Radin lupa, sederet wanita cantik lainnya pun berharap sama, yakni tanggung jawabnya. Namun pemuda ini memang paling malas mikir, baginya nikmati di depan, urusan belakangan.Besok malamnya, Radin kembali berkunjung ke rumah Hanum, tapi kali ini beda, ia ingin pamit akan pulang ke Jakarta.Wajah Hanum langsung terlihat berubah, agak murung, mereka hanya duduk lesehan berhampar tikar di ruang tengah, yang sudah kelar dan tinggal di cat dindingnya, 7 tukang bangunan masih lembur mengerjakan di bagian luar.Setelah meletakan lauk makan malam, Hanung duduk di dekat ibunya, dan mendengarkan percakapan Radin dan ayahnya.Jadi besok nak Radin pulang kembali ke Jakarta?”Darlan, ayah Hanum bertanya sambil menatap wajah brewokan pemuda ini.“Betul paman…oh ya paman, Hanum kan ingin kuliah ke bidanan, aku siap bantu biayanya, sekaligus biaya sehari-harinya!”“Oh ya…waduh, tak nyangka kamu benar-benar orang
Bagi Radin, uang buat Hanum dan keluarganya bak membuang ingus saja, di rekeningnya kini cuanya makin bertambah. Bukan lagi 10 triliun, tapi sudah mencapai 35 triliun, 10 turunan pun tak bakal habis uang pemuda ini, tentu dengan catatan, uang tak berseri itu di kelola dengan baik.Aldot yang sangat menyayangi putra sulungnya ini memang tak tanggung-tanggung memberikan hartanya.Bukannya mencari kos-kosan, besoknya mereka malah kembali larut dalam percintaan, hingga 5 hari 5 malam, sampai akhirnya mereka kecapekan sendiri.Setelah mendapatkan kos buat Hanum, barulah Radin pamit pulang ke Jakarta dan janji kelak akan mencari waktu mengunjungi Hanum, atau Hanum yang menyusul ke Jakarta.Hanum terang saja ceria tak terkira, apalagi saat tahu Radin mentransfernya uang yang bikin kakinya gemetaran, yakni 7 miliar rupiah dan ada laporan bangking di smartphone nya yang sebelumnya di belikan Radin.“Ini buat biaya kamu kuliah dan sehari-hari, sekalian
Radin membawa Lavina dan sang kameramen Budi ke sebuah kafe yang sangat eksklusife, namun Budi diminta meninggalkan kameranya dan microphone nya di mobil mewah itu, sehingga kini mereka jalan biasa bertiga.Gara-gara kamera plus microphone inilah kelak Radin dan Lavina justru makin dekat dan bakal terlibat petualang seru bersama.Keduanya sampai bengong dan kaget mengetahui kafe ini benar-benar mewah dan Lavina melihat yang datang ke sini hanya orang-orang tajir melintir plus pejabat tertentu saja. bahkan ada beberapa orang yang Lavina kenal.Tapi wanita cantik ini paham, di tempat beginian, dia harus jaga atitude, karena pasti mereka itu bakal pura-pura tak kenal dirinya, karena ini tempat privasi banget. Lavina tentu tak ingin menurunkan derajatnya, apalag dia termasuk presenter terkenal dan banyak warga yang familiar dengan wajahnya.“Jadi gimana bang..?” desak Lavina lagi sambil menatap wajah tampan Radin yang sudah merapikan brewoknya.
“Lavina…apa yang melatar belakangi kamu ingin liput soal aku dan perkelahianku dengan Geng Cicangi itu?” Radin kini bertanya hati-hati dan serius.Tanpa di duga Lavina izin ingin merokok dulu, iapun mengambil rokok mentholdnya dari dalam tasnya.Setelah menghembuskan asap rokoknya, Lavina tertawa kecil melihat Radin yang terus menatapnya begitu.“Sorry bang, biar lancar ajah mikirnya…!” ceplos Lavina cuek.Radin hanya senyum saja melihaya gaya cuek gadis cantik ini, dia malah menyodorkan asbak sehingga Lavina tak perlu sembarangan buang abu rokoknya.“Oh yaa, soal Geng Cicangi, tau nggak abang, kalau pimpinanya adalah Bolak Siwandjaja, yang kini anggota dewan di propinsi itu, pria ini sangat menarik loh, karena mau nyalon di Pilkada Jabar, tapi banyak gosip miring menerpanya, terkait Geng Cicangi ini?”“Gosip miring apa…? Artinya kamu tau banyak ya tentang Bolak Siwandjaja ini?&r
Radin memilih sebuah meja dengan dua kursi yang terlihat kosong, club atau kafe ini dinamakan Club Cicangi.Sebelumnya, smartphone juga di ambil sekuriti, semua pengunjung tanpa kecuali, baik pria dan wanita, wajib meninggalkan smartphonenya di meja sekuriti ini.Radin mulai menatap satu persatu yang hadir di klub ini, lumayan rame, sudah terisi 60 persen meja dan kursi di sini.Waitres datang menawarkan menu, Radin minta wine yang ringan, rokok sebungkus, dan camelan ringan. Pemuda bangor ini sempat tersenyum kecil melihat tampilan waitress yang berpakaian super ketat dan terbuka di bagian dada, teringat gaya Ira dulu.Tapi setelah kenal Ira, Radin tidak lagi memandang rendah, dia beranggapan, jangan dilihat dari pakaiannya, tapi sikapnya.Walaupun berpakaian minim, waitress cantik dengan make up agak menor ini terlihat sopan dan tidak berlebihan.“Pesanannya ini aja Om…mau teman nggak, ada teman saya yang masih nganggur buat nemani Om?”Radin menatap waitres ini, lalu mengangguk, si
Setelah membayar sewa kamar 500 ribu, keduanya pun masuk kamar ini di antar seorang room boy. Usai menerima tips dua lembar uang 100 ribuan, si room boy membungkukan badannya lalu mempersilahkan Radin dan Eva masuk kamar sambil permisi.Bukannya melayani Radin, Eva terlihat ambruk di kasur dan karena gadis ini ternyata belum terbiasa mabuk.Tapi Radin lega, setidaknya dia tak perlu harus menolak secara halus melayani gadis ini, sebelumnya tadi saat menuju lorong Eva sudah berbisik, 1 jam biayanya 1 juta dan kalau Radin nginap 3 juta yang langsung di iyakan Radin tanpa sekalipun menawar.Radin langsung membayar 3 juta ke kasir khusus, sesaat sebelum memboking kamar ini, yang artinya saat ini Radin akan nginap di homestay ini.Radin sempat juga melirik paha Eva yang hanya kenakan rok mini, hingga dalemannya terlihat jelas.Radin lalu mengangkat tubuh Eva ke kasur dan melepas heelnya. “Kasian, masih muda sudah harus begini…!” pikir Radin.Setelah itu Radin membuka pintu kamar ini perlaha
Melihat Radin berjalan bersama Eva, 3 sekuriti menatap tajam wajah Radin, apalagi saat melihat Eva yang kini berpakaian biasa dan menuju ke tempat Mami Curi, mucikari yang selama ini banyak merekrut dan membujuk wanita-wanita muda untuk jadi PSK.Mereka aneh kenapa Eva bak mau pergi jauh, padahal gadis belia ini baru semingguan berada di sini dan di gadang-gadang bakal jadi calon primadona di kafe plus-plus ini, karena kecantikannya dan juga bentuk tubuhnya yang memang aduhai.Kini Mami Curi kaget dan menatap tajam wajah Radin yang akan menebus Eva 50 juta dan bermaksud membawa keluar dari tempat ini.“Siapa bilang 50 juta, dia harus bayar 100 juta, baru bisa pergi dari sini!” cetus Mami Curi dengan pandangan kurang senang pada Radin dan wanita muda ini.Kagetlah Radin terlebih Eva, tidak mengira Mami Curi akan memanfaatkan situasi ini dengan menaikan ‘harga’ sampai 300 persen, padahal dulu dia hanya ‘membeli’ Eva 25 juta rupiah.“Hahh…kok…segitunya!” wajah Eva langsung pucat dan dia
Saat melihat taksi yang tadi malam mengantarnya masih ada di parkiran kafe ini, Radin minta sang sopir agar segera jalan dan pergi dari tempat ini.Eva yang bak orang linglung di dorong Radin masuk ke dalam taksi ini dan meninggalkan tempat yang berubah jadi menyeramkan ini, akibat amukan pemuda nekat dan pendendam ini.Sepanjang jalan menuju ke hotelnya, Eva bungkam saja, gadis belia ini benar-benar syok menyaksikan keganasan Radin menghajar 7 orang sekaligus dan 3 orang putu lengannya, dua orang kabur dan sisanya pingsan.Seumur-umur baru kali ini Eva melihat adegan kekerasan berdarah-darah ini di depan hidungnya langsung.Bahkan si sopir yang tadi malam mengenalkan diri dengan nama Kang Imus juga tak berani bertanya, dia ikut melihat langsung keributan tadi dan juga melihat dua tangan sekuriti yang putus di penggal Radin dengan golok milik para centeng itu.Kang Imus juga sama, sampai gemetaran melihat ganasnya Radin bertindak dan menghajar para sekuriti di kafe ini.Bahkan sampai
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman