Radin bekerja tak banyak bicara, pria tampan dalam mobil ini terlihat keluar dari mobil, dia hanya kenakan him warna putih dan celana hitam, dengan sepatu pantopel mengkilap.Kacamatanya belum di lepas, karena cuaca memang sedang panas-panasnya. Dia mendekatinya Radin yang terus bekerja dengan tekun dan tidak menyadari pria tampan ini sedang memperhatikannya.Baju Radin terlihat sobek di bahu, sepatu septinya juga sobek sedikit di bagian jempol, sangat kontras sekali dengan penampilan pria tampan ini, pakaiannya sangat berkelas dan tubuhnya mengeluarkan aroma lembut yang harum, sampai Radin ikut mencium bau harum itu.Tapi Radin tak memperdulikan itu semua, dia tetap bekerja tekun dan akhirnya selesailah pekerjaannya tersebut.Lalu dengan cepat memasang kembali ban tadi ke mobil tadi dan kini selesailah pekerjaan itu, sesuai dengan ucapannya tadi, yakni kurang dari 15 menitan.“Sudah selesai…Om…!” Radin terpana sambil mendongak menatap pria tampan ini, karena Radin hanya sedada pria t
Radin malah ingin menantang preman ini, terlihat ia tak mau bergerak, tapi otot-ototnya di tubuhnya mulai menegang.Tak ada ketakutan sama sekali dalam dirinya, walaupun masih berumur 12 tahunan, tapi badannya taak beda jauh dengan preman ini.“Heehh lu malah diem, mau ku bacok juga lohh…aduhhh…!” si pemulung yang berubah jadi begal ini terjengkang ke tanah, sebuah pukulan menyamping yang keras Radin layangkan ke wajah membuat si preman ini terjatuh.Belum cukup itu, baru saja ingin berdiri sebuah tendangan kembali Radin layangkan dan tepat mengenai wajahnya.Si begal apes ini pecah bibirnya, giginya terlihat copot dua biji, saking kerasnya tendangan si anak tanggung ini.Radin membiarkan si pemulung yang ternyata kini berubah jadi preman sekaligus begal ini berusaha bangkit sambil mengucapkan sumpah serapahnya.Beberapa warga yang melihat ini hanya menonton, mereka kaget sekaligus senang, seorang preman yang ditakuti di daerah ini, sekarang di hajar seorang remaja tanggung.Radin men
Paginya, Kapolres Jakarta Barat Kombes Joko Sutisno membaca laporan anak buahnya tentang di tusuknya seorang pentolan preman, oleh seorang anak tanggung dan kini jadi perhatian di mana-mana.Joko juga kaget, dapat laporan ajudannya, katanya saudara si anak tanggung itu sampai ikutan nginap di Mapolres ini, menunggui adiknya itu, tapi dia tidurnya di ruang tunggu.Joko pun keluar dari ruangannya dan bermaksud menuju ke tahanan, namun langkah tertahan, saat melihat puluhan wartawan mencegatnya.“Ada apa yaa..?” sampai Joko heran melihat puluhan wartawan yang sudah menghadangnya.“Komandan mau konfirmasi, benarkah seorang pentolan preman di tusuk di Gang Pahlawan, hingga sekarat di rumah sakit oleh korbannnya, yang seorang anak tanggung dan kini di tahan di Mapolres ini?” seorang reporter cantik memberondong Kombes Joko dengan pertanyaan.“Hmm…iya, saya baru baca laporannya..!”“Pak, sesuai UU Anak, kan tak boleh di tahan di sel ini, tapi harus di pisahkan dengan orang dewasa!” desak war
Sebagai jawabannya, Aldot memperlihatkan wajah papa nya Brandon saat masih anak-anak dan se usia Radin sekarang.Dulu foto ini Aldot ambil saat ia berada di rumah Ressa, ada ada foto papahnya dan neneknya Kanah, foto Brandon yang mengenakan celana seragam sekolah dengan sepatu boncos di depan.“Hah…kok si Radin mirip banget yaa dengan papah mertua waktu muda?” seru Joko kaget. Aldot lalu mengisahkan dimana kenal remaja tanggung ini.“Makanya aku penasaran…siapa tahu dia anak papah dari wanita lain, kan papah masih ganteng Jok, walaupun sudah tua!” ceplos Aldot tersenyum sendiri.“Ahh masa papa mertua main gila, setahuku papah mertua sejak menikah udah tobat, paling anak kamu kaleee…kan kekasih kamu di mana-mana dulu, nah bisa jadi tuh ada yang nyangkut ha-ha-ha!” sanggah Joko sambil tertawa terbahak.Aldot ikutan tertawa dan keduanya kemudian lama ngobrol, soal kelakuan masalalu dan melupakan soal Radin serta Sonia.Itulah pertemuan Sonia dan Radin dengan Aldot, keduanya lalu ramai be
Sonia kaget saat Radin minta izin untuk bertanding di octagon, gadis cantik yang tak pernah lepas kerudung ini sampai menatap lama wajah adiknya yang makin tampan tapi dingin ini.“Kamu sudah siap wajah bonyok, badan juga..?” Sonia yang kini hanya sampai sebahu Radin ini sampai lama menatap wajah adiknya.“Resiko ka, tapi ini bukan perkelahian jalanan, ini pertandingan profesional, semoga dengan jadi atlet ini, kehidupan kita bisa berubah, tidak lagi tinggal di kos sempit ini!”“Hmmm…ya sudahlah…kaka restui!” Sonia yang baru lulus SMU namun tidak kuliah karena tak punya biaya membolehkan Radin bertanding.Sonia masih kerja membantu di warteg Ustazah Lutfiah, bahkan saking percayanya dengan Sonia, warteg itu justru kini di kelola Sonia dengan memperkerjakan 4 orang anak panti asuhan.Radin juga minta izin ke Bang Ramon, tak lagi kerja sampai sore, karena jam 4 sore atau habis Ashar dia langsung ke Sasana Bang Uhai dan berlatih serius.Basad sang sahabat dekat ikutan mendukung karir Rad
“Loe ulang bakal telima bayalan 35 juta, bila menang KO lagi, loe ulang dapat bonus 7 juta dan bakalan dapat endolse,” janji Koh Balu. Bahkan saking senangnya dengan Radin, dia membelikan remaja ini sebuah motor sport seharga 25 jutaan, walaupun second tapi Radin sangat senang karena ini motor pertama yang ia miliki. Mendengar angka kontrak yang besar bagi ukurannya ini, Radin mulai berpikir tak perlu nyewa kos lagi.“Kenapa tak beli rumah saja, walaupun kredit, tapi kan milik sendiri, biarpun rumahnya kecil, lagian uang yang dulu diberi si Om itu, masih kaka tabung sampai kini, kan bisa buat uang muka!” batin Radin.Memiliki uang sendiri, membuat Radin mulai memikirkan penampilannya, yang selama ini dikatakan Basad jadul dan sembarangan serta sulit dapat cewek.“Padahal ente itu tampan, tapi penampilan ente kayak gitu, sulit dapat pacar bro!” ejek Basad, yang kini malah ngaku udah 3X putus nyambung.Radin biasanya tak begitu menanggapi, karena dia memang tipikal nggak suka cari paca
“Ini kembar beda wajah ya tante,” kelakar Basad sambil menatap wajah Rianti dan Resa bergantian, sukar menentukan siapa yang paling cantik.Karena keduanya memang sangat cantik, agaknya menurun ibunya masing-masing. Kania hanya tertawa kecil dan dengan apa danya bilang kalau Rianti dan Resa umurnya sama tapi tak kembar, karena Resa dan Rianti beda ibu.“Rianti duluan lahir, dia lebih dulu selama 3hari, baru lahir adiknya Ressa. Oh ya bentar, saya mau nelpon papahnya anak-anak, ntar khawatir dengan insiden ini, karena papanya banyak punya link di kepolisian,” Kania lalu menelpon suaminya dan Radin serta Basad hanya mendengarkan.Terutama Radin yang sama sekali tak berpikiran aneh, dia malah senang-senang saja bisa berkenalan dengan wanita cantik ini, yang ia tahu kalau bukan orang sembarangan ini, terlihat dari gaya bicara dan juga pakaiannya.Radin malah salut, seorang wanita higclass seperti Kania, mau berkenalan dengan dirinya dan Basad, bahkan dengan ramah mengajaknya ke kafe mehon
Sambil mempersiapkan diri latihan keras, karena akan berhadapan dengan Julian Tibo sang Juara Intercontinental, Radin juga disibukan dengan ujian kenaikan kelas. Sejak menjadi atlet tarung bebas dan kini berubah penampilan, Radin tak sadar dia jadi perhatian para gadis-gadis cantik di sekolah. Basad lah yang memberitahu, tapi seperti biasa Radin hanya angkat bahu dan tak memperdulikan semua itu, sehingga tak banyak yang tahu siapa Radin ini. Fokusnya benar-benar pada pertandingan yang di gelar makin dekat dan akan disiarkan secara live oleh sebuah stasiun TV swasta nasional. Namun semuanya berubah saat pulang ujian sekolah, ada 10 buah motor dari sekolah SMU lain yang bikin kehebohan, dengan menyerang anak-anak SMU 58. Anak-anak SMU 58 otomatis geger dan berlarian masuk ke dalam gerbang sekolah, Radin yang melihat itu geram bukan main. Apalagi saat melihat seorang siswa wanita SMU 58 yang terluka di lengan terkena sabetan clurit. Dia mengambil sebuah tongkat bisbol dan mengejar
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman