Sambil mempersiapkan diri latihan keras, karena akan berhadapan dengan Julian Tibo sang Juara Intercontinental, Radin juga disibukan dengan ujian kenaikan kelas. Sejak menjadi atlet tarung bebas dan kini berubah penampilan, Radin tak sadar dia jadi perhatian para gadis-gadis cantik di sekolah. Basad lah yang memberitahu, tapi seperti biasa Radin hanya angkat bahu dan tak memperdulikan semua itu, sehingga tak banyak yang tahu siapa Radin ini. Fokusnya benar-benar pada pertandingan yang di gelar makin dekat dan akan disiarkan secara live oleh sebuah stasiun TV swasta nasional. Namun semuanya berubah saat pulang ujian sekolah, ada 10 buah motor dari sekolah SMU lain yang bikin kehebohan, dengan menyerang anak-anak SMU 58. Anak-anak SMU 58 otomatis geger dan berlarian masuk ke dalam gerbang sekolah, Radin yang melihat itu geram bukan main. Apalagi saat melihat seorang siswa wanita SMU 58 yang terluka di lengan terkena sabetan clurit. Dia mengambil sebuah tongkat bisbol dan mengejar
Radin mengantar langsung Rara ke rumahnya, saat menunggu ojek daring yang akan menjemputnya, Radin ngobrol santai di teras rumah Rara yang mewah ini. Ibundanya Kombes Dara belum pulang.Tiba-tiba keluarlah seorang wanita yang berusia sekitar 38 tahunan, masih sangat cantik dan sangat fashionable.“Tante Ange…kapan datang dari Paris, ehh tante nggak ngabar-ngabarin mau pulang ke Indonesia,” Rara langsung memeluk tantenya ini, Radin hanya menatap saja wanita jelita itu berpelukan dengan Rara.“Rara, kamu makin cantik ajahh, eh sama siapa…pacar yaa…? Loh tangan kamu kenapa kok pake perban segala?” Angelina kaget melihat lengan keponakannya begitu“Ini tante kenalin, namanya Radin, teman sekolah Rara. Tadi ada tawuran di sekolah, tapi semua penyerang di sikat sama Radin ini tante!”“Hahhh…hebat banget, jagoan donk teman kamu ini!” Radin berdiri dan menyalami Angelina, rada kede
Di ronde kedua Radin yang kembali fresh merubah taktik, ia menggunakan tendangan-tendangan kuat, sasaran kaki dan perut Julian Tibo.Tapi kali ini ia cerdik, tak lagi asal merangsek maju, tapi setiap kali menendang mundur dan itu terus di lakukannya, hingga cemoohan penonton luar biasa terdengar, tapi Radin tak peduli.Ada satu orang yang sejak Radin naik ring selalu mengoloknya, orang ini bukan sembarangan, dia adalah sang Juara Nasional di kelas yang sama, yakni Lukas Jeno, sejak konpers lalu, gestur tubuhnya sangat melecehkan sang petarung muda ini.Dialah di sisi ring octagon paling kenceng suaranya mengolok-ngolok Radin, entah apa penyebabnya, tapi Radin mencatat dalam hati orang ini.Saat Julian Tibo secara tiba-tiba merangsek maju, Radin secara kilat memutar tubuhnya dan sebuah tendangan gledek ia layangkan dan…blukkkkk…wajah Julian Tibo telak kena.Sang juara bertahan ini goyah, lalu Radin kembali menendang dan kena perutnya, tak ayal Julian Tibo terkapar, Radin yang melihat i
Sonia melongo mendengar kisah adiknya ini, tadi malam dia tak sempat bertanya apapun, karena saat adiknya datang agak tengah malam, dia sudah tidru.Kini saat pagi hari, sambil mengompres wajah bengap adiknya Radin menceritakan soal kontrak besar yang hari ini akan dia tanda tangani di kantor Kanah Group.“Jadi setelah tanda tangan kontrak, kamu akan cari apartemen buat kita yaa..?” Radin mengangguk dan tersenyum pada Sonia, walaupun akhirnya meringis juga, karena wajahnya masih berasa nyiut-nyiut.“Kaka sebenarnya ngeri liat kamu bertarung, nih liat wajah kamu begini setiap kali habis bertarung!” sungut Sonia sambil memperhatikan adiknya yang minum obat dari Bang Uhai, pelatihnya.“Tak apa kak, siapa kira dengan ini malah mengubah nasib kita…aku juga ingin kakak lanjutin kuliah…dan jangan lagi jualan di warteg!”“Iya sihh…kaka cita-cita…ingin jadi dokter sebenarnya…tapi kamu kan tahu, biayanya tak sedikit…biarlah ga usah, uang hasil kamu bertarung di tabung saja!” sela Sonia, tapi Ra
Kemudian Horman melanjutkan kisahnya, terkait hasil penyelidikannya, kalau Radin dan Sonia merantau di Jakarta dan sempat jadi pemulung lalu tinggal di Panti Asuhan dan kini tinggal di sebuah kos kecil.Horman panjang lebar mengisahkan penyelidikannya selama 3 mingguan ini. Aldot mengangguk menerima laporan anak buahnya yang memang masih seorang polisi aktif ini.“Baiklah Horman, tolong kamu rahasiakan hal ini dengan siapapun, termasuk dua nyonyah besar yaa juga pada si Radin itu…jangan sampai bocor, belum saatnya ini kita buka!” Horman pun langsung bilang siap.Tanpa sepengetahuan Kania dan Maya, Aldot diam-diam juga makin intens berkomunikasi dengan Angelina. Karena mereka berdua mempunyai sebuah rahasia besar, yang hanya mereka berdua tahu.Rahasia ini kelak akan menjadi ‘bom waktu’ bagi rumah tangganya dengan kedua wanita jelita itu..!Kita kembali ke Radin dan Wina, kini si Juara Intercontinental ini ditemani Win
Walaupun baru pertama kali, daya tahan Radin ternyata sangat tangguh, Wina sampai 3X ke puncak, barulah remaja ini mengaum bak singa bertemu musuh.Tentu saja Wina kelabakan juga, apalagi bak kecanduan, Radin kembali ganas padahal belum kering, setelah beristirahat tak sampai 30 menitan.Wina tak kuasa menolak, jiwa remaja dan sedang puber-pubernya, membuat wanita cantik ini hanya bisa pasrah, saat ‘muridnya’ ini kembali mengelutinya di kursi tamu ini.Radin tak munafik, selama ini ia sering nonton adegan dewasa melalui smarthone jadulnya, sehingga saat menikmati langsung, dirinya bak singa kelaparan yang di sodori daging segar di depan mata dan kesempatan ini tak disia-siakannya.Apalagi Wina sesuai ekpestasinya selama ini, mempunyai wajah cantik, badan mulus karena rajin di rawat, di tambah bodynya yang sangat denok.Radin pun tanpa sungkan menyatakan menyukai wanita yang umurnya jauh di atasnya, yakni 7 tahunan lebih tua.Radin pada dasarnya haus kasih sayang, di saat ia butuh bela
“Ehh…anu…besok biar saya saja yang ambil ke dealer, tolong alamat lengkapnya!” cetus Violina yang minta di panggil Vio pun dengan tersenyum, saat menanyakan kemana mengirimkan mobil berharga setengah miliaran lebih ini sambil menatap wajah tampan dingin remaja ini.“Ehhh…anu, biar besok saja saya ambil, agak siangan yaa…?”“Baiklah, besok jam 2 siang yaa, saya tunggu, mobilnya akan kami siapkan, untuk sementara pakai plat dari dealer dulu yaa, ntar bulan depan akan keluar STNK nya berikut plat nomor polisinya,” Vio pun menjelaskan dengan ramah prosedurnya, Radin hanya mengangguk.Selesai semua proses admin, Radin pun permisi sambil mau nelpon taksi online, lalu menuju ke lobby mal mewah ini.Namun, hari ini Radin kena apesnya, hampir 5 mobil online yang dia pesan semuanya mencancle, karena makin senja sangat macet ke arah mal mewah ini.“Heii Radin, kok belum belum pulang,” Violina yang lewat di lobby dengan mobil sedan-nya langsung buka kaca dan menyapa remaja ini.“Anu mba…dari tadi
Paginya, Radin kaget mendengar ada suara isak tangis di toilet, saat itu ia kaget karena terbangun ke siangan, hingga mau buru-buru mandi dan pastinya mau ambil wudhu.Namun langkahnya tertahan mendengar suara isak tangis, setelah ia mendengarkan secara seksama, Radin sadar yang menangis adalah Vio, pelan-pelan ia mengetuk pintu toilet dan memanggil nama Vio.Tak lama pintu toilet terbuka dan Vio dengan wajah sembab keluar dari kamar mandi ini.“Vio, kenapa kamu menangis…apakah karena..?” Radin bertanya hati-hati.“Bukan mas…bukan itu…anu…!” Violina terlihat ragu menyampaikan alasannya, Radin lalu menarik tangan Vio dan kini mengajaknya duduk di kasur.“Ceritalah, apa yang terjadi, tak usah ragu..!” bujuk Radin pelan.Dan meluncurlah kisah Violina, kalau ibunya di kampung mau di usir dari rumah mereka, karena ibunya berhutang pada seseorang dan mau di tagih paksa, atau kalau tak bayar maka ibu dan neneknya akan di usir di rumah tersebut.“Mereka sudah menagih hingga 3X dan katanya har
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman