BERSAMBUNG
Brandi kini fokus sembuhkan kakinya yang patah, yang makin hari makin tunjukan kesembuhan yang menakjubkan.Brandi seolah jadi bagian dari suku ini, dia makan dan minum dengan mereka dan Brandi kagum dengan kepolosan warga di sini, yang hidup dengan alam, tanpa ada alat canggih.Tapi mereka tetap bahagia dan tidak pernah terlihat kelaparan ataupun bentrok dengan sesamanya.Dua minggu kemudian, Brandi lega, ‘gips’ kayu sudah di lepas dari kakinya, tulang kakinya yang patah di bagian tulang kering hanya menyisakan warna kebiru-biruan.Rasa sakit yang dua minggu lalu dia rasakan seakan tak ber efek lagi.Takjub tak terkira Brandi melihat kesembuhan kakinya yang di pikirnya sangat ajaib ini. Ramuan obat dan pijatan kecil Amoi mampu menyambung tulangnya yang patah, tanpa tersentuh obat-obatan modern.Tapi Amoi tetap melarang Brandi berlari, kecuali jalan pelan untuk membiasakan kakinya yang mulai sembuh sangat cepat ini.Setiap pagi dan sore Brandi berjalan pelan dan makin hari makin cepat,
Hari 5 Brandi akhirnya sampai di sisi sungai di mana dulu dia terguling, dia pun lalu ingat saat jalan tertatih-tatih dengan kaki kiri yang patah dan kini sudah sembuh.Bergidik juga Brandi, andai dia tak hanyut dan di tolong Amoi dan warganya, bisa jadi dia kini tinggal nama dan tak ada yang tahu jasadnya di hutan perawan Papua ini.Brandi pun tak ragu menyusuri jalan yang pernah dia lewati.Kesabaran Brandi berbuah manis, akhirnya Brandi sampai juga di pesawat kecil yang jatuh.Brandi sampai sampai takjub sekaligus ngeri juga melihat pesawat kecil ini ringsek berat dan terpotong dua.“Di mana kedua pengawal itu, apakah masih hidup ataukah sudah mati?” gumam Brandi sambil mendekati potongan pesawat ini.Matanya kini melihat-ihat tempat ini, tapi kedua pengawal itu tak terlihat.Brandi hanya menemukan senjata milik kedua orang itu, tapi jasad atau tubuh kedua orang tersebut tak terlihat.“Jangan-jangan mereka sudah mati dan dimangsa binatang buas,” pikir Brandi lagi, sambil amankan dua
Ternyata bukan tempat yang dekat sarang Mr Chino Hamuk, butuh waktu berhari-hari bagi Brandi untuk sampai di sana.“Kenapa aku tak panggil Pelda Majid dan Loha?” batin Brandi, teringat kedua ‘saudaranya’ ini. Dia butuh parnert yang sehati dan hanya dua orang ini yang benar-benar Brandi butuhkan saat ini, apalagi keduanya sudah berpengalaman di hutan Papua.Brandi pun mulai berpikir keras bagaimana mengontak kedua orang ini, sayangnya alat komunikasinya sudah di ambil anak buah Mr Chino Hamuk.Saat dia bersama Letda Bram dan Letda Mani tertembak di desa yang di kepala sukui Bolu.'Kematian' dua orang rekannya ini yang bikin dendam Brandi sangat kuat, untuk bikin perhitungan dengan kelompok penyeludup tersebu.Teringat ini, Brandi pun percepat langkahnya, agar sampai ke tujuan, target pertamanya adalah, akan ambil kembali alat komunikasi canggih miliknya tersebut.Setelah 6 harian, akhirnya kesabaran Brandi membuahkan hasil, dari sebuah bukit, dia melihat markas Mr Chino Hamuk.Tempat y
Begitu melihat penjagaan super ketat, Pelda Majid dan Loha saling pandang, lalu menatap Brandi.Tapi saat melihat Brandi tenang-tenang saja, keduanya pun lega, artinya Brandi sebagai ‘leader’ paham apa yang harus dilakukan, mereka siap jalankan tugas!Brandi sudah beri petunjuk, di mana posisi Patricia berada dan kini ke sanalah mereka menuju.“Kita harus selamatkan wanita-wanita yang jadi mainan mereka, kasian mereka tak berdosa,” itulah rencana Brandi saat ini.Kini ketiganya menuju sebuah titik yang mirip mess, mereka lega, penjagaan di sini tak begitu ketat.Agaknya para penjaga pikir, para wanita yang mereka jadikan penghibur ini tak bakalan bisa kabur dari tempat ini, sehingga penjagaan malah tidak ada sama sekali.Bahkan kamera pengawas pun hanya ada satu, yang di taruh di depan mess, sehingga Brandi ajak kedua rekannya ini bergerak melalui samping.Dengan leluasa kini Brandi, Majid dan Loha sudah masuk ke dalam mess itu dan mulai mencek satu persatu-satu kamar-kamar ini.“Anjri
“Tuan Brandi, mereka itu kelompok mafia lintas negara, mereka kerjasama dengan perusahaan emas lokal di sini. Keruk sebuah gunung emas, lalu 85 persen hasilnya mereka selundupkan ke Australia, kemudian emas-emas tadi di jual ke luar negeri lagi, hanya 15 persen dari seluruh hasil tambang emas itu mereka laporkan ke pemerintah Anda,” kata Patricia, hingga Brandi, Majid dan Loha geleng-geleng kepala.Pat juga katakan lagi, praktek jahat mereka ini sudah berlangsung hampir 3,5 tahunan ini, setelah izin tambang mereka peroleh dari pemerintah Indonesia.“Jadi bisa tuan bertiga bayangkan, berapa banyak harta negara kalian mereka rampok selama ini. Dan asal tuan bertiga tahu, selama ini sudah 10 pilot mereka bunuh, karena ketahuan ingin tahu dan kepergok membongkar barang-barang yang mau di selundupkan tersebut,” kata Pat lagi bergidik. “Gila coii, kejam sekali dan mereka ini perampok berdalih investasi,” sela Loha, yang memang aslinya jenius ini, tapi tak bisa lanjutkan study karena keter
Tak butuh waktu lama, setelah makan siang dengan roti hingga kenyang, karena Brandi melarang mereka bikin api di siang hari, sebab akan mengundang perhatian karena pasti berasap.Seakan sudah di atur, Majid kini mojok bersama Sandra dan Loha terlihat sudah main peluk cium dengan Cicil.Cicil ternyata menyukai warna kulit gelap seperti Loha, yang dia katakan eksotis, sehingga Loha tak usah capek-capek merayu, Cicil sudah berhasil dia taklukan. Sedangkan Majid beda lagi, walaupun kulitnya tak seputih Brandi, tapi badan kokohnya serta selalu bersikap serius membuat Sandra juga nyaman berada di dekat pemuda yang pernah patah hati ini.Gara-gara tahu Pelda Majid hanyalah perwira yang miskuennn…!!!Brandi dan Pat jangan di tanya, keduanya sudah menghilang dari pandangan 4 orang ini dan sudah saling lumat di balik sebatang pohon.Dan tak lama kemudian, sudah saling adu mekanik sambil berdiri dan kadang saling jongkok, lalu ganti lagi sambil gaya rebahan, dengan hanya beralaskan pakaian mere
Brandi beri kode ke Majid dan Loha, duanya bergerak cepat masuk ke gudang ini dan Brandi bergegas mengambil kunci pesawat ampibi, dia sudah tahu tempatnya.Ini mereka berpacu dengan waktu, mereka bertiga bergegas bergerak sesuai planning sebelumnya, Majid dan Loha ambil granat dan senjata semampu mereka di gudang.Tak sampai 15 menitan, Majid dan Loha sudah keluar dari tempat gudang itu dan….!Bummmm…bummm…bummm…ledakan granat nenas mulai meledak di beberapa titik.Gegerlah tempat itu, ratusan penjaga yang tertidur berhamburan keluar, tapi mereka terpaksa berlindung, saat Brandi yang sudah sukses ambil kunci pesawat menembaki mereka.Kekacauan pun melanda tempat ini, aksi tembak menembak tak terelakan.Brandi, Majid dan Loha tak tahu, saat ini Mr Chino Hamuk tidak berada di tempat ini.Yang ada hanya anak buahnya, akibatnya mereka hanya bertindak untuk selamatkan diri dari serbuan trio nekat ini, karena tak ada komando.“Loha, cepat jemput Pat, Sandra dan Cicil, aku dan Majid melindung
“Jumlahnya ada 3 peti,” cetus Loha, tanpa tedeng aling-aling, hingga Majid makin melongo.“Pantas pesawat ini sangat berat saat take off tadi,” ceplos Majid, lalu tertawa berderai, tak menyangka di pesawat curian mereka ini, ada 'harta karun' tak sengaja terbawa.Loha kini berpaling ke arah 3 bule cantik ini.“Heloo ayank-ayangk kami, kini kita berenam akan jadi miliuner, di pesawat ini kita membawa 3 peti emas putih,” cetus Loha, hingga ke 3 bule ini tertawa berderai dengan wajah berbinar-binar .Nasib baik ternyata menaungi Brandi cs, gara-gara aksi mereka tersebut, alat komunikasi di markas Mr Chino Hamuk rusak parah dan tak bisa di gunakan lagi.Apalagi setelah genset sudah terbakar hebat dan pastinya harus di ganti dengan yang baru.Sehingga Mr Chino yang saat ini berada di Australia, sama sekali belum tahu apa yang terjadi dengan markasnya tersebut, anak buahnya tak bisa mengontaknya segera.“Kali ini kita harus rubah plannning, kita tak lagi simpan emas-emas ini di Indonesia, ta
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba
“Abang Topan, kok diam sihh, eh Abang mau kemana, jangan tinggalin Greta Bang, papa dan mamii sudah mati, kenapa Abang malah ikutan pergiiiii, Greta takut Bangg, Greta kini sendiri, Abang Brandi juga tak peduli dengan Greta…Abangggg!”Tiba-tiba Greta menangis sesengukan, Brandi berbalik dan tak jadi pergi, dia lalu mendekat Greta lagi dan memeluknya erat.Matanya berkaca-kaca, Brandi sekaligus ingat ucapannya pada Greta dulu, saat masih di rumah sakit, setelah sakau di rumah orang tuanya.Dia kala itu janji akan menjaga Greta bak adik sendiri dan janji itu pun pernah dia ucapkan pada Mr M dahulu.Brandi lupa dengan janjinya ke gadis cantik yang malang dan salah didik sejaak kecil ini.Kini semuanya harus dia bayar mahal, Greta jadi gila begini dan istri tercintanya jadi korban, termasuk bayinya dengan Fanny."Ya Tuhann...ini semua salahku, andai dulu Greta ku jaga dengan baik, belum tentu Fanny dan bayi kami jadi korban, Greta hanya butuh perhatian," batin Brandi, sambil kejapkan mata
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model