Pembaca yang budiman,author selalu update lanjutannya setiap hari mulai pukul 7.00 WITA atau 6.00 WIB pagi, tapi kalau ada yang bilang telat mulu, mungkin dari sistem yaa, moga ini jadi masukan, agar sistemnya tak lelet meng up lanjutan kisah aseek ini, tks, salam MRD_BB
“Namaku Hagu, Tante Weni!” Hagu pun buru-buru kenalkan namanya.Tante Weni malah menatap wajah Hagu dengan seksama, dia seolah kaget.“Wajah kamu…mengingatkan aku pada seseorang di masa lalu? Dari mana kamu berasal Hagu?” Tante Weni kini bertanya lagi.“Aku…sebenarnya bukan asli Indonesia tante, tapi hanya seorang turis, aku berasal dari Suriah,” aku Hagu apa adanya, sambil menatap wajah wanita setengah tua ini.Nampak sekali wanita ini cantik saat muda, tapi kini terlihat menua dan tubuhnya juga agak kurus!Kaki Tante Weni terlihat mengecil dua-duanya, tanda sudah lama tak bisa berjalan lagi. Ini bikin Hagu jadi iba dan tak jadi langsung meninggalkan wanita ini.“Masa sihh…wajah kamu nggak terlihat terlalu ke Arab-araban, malah lebih banyak wajah Indonesia-nya,” cetus Tante Weni, yang kini malah minta Hagu dorong kursi rodanya ke sebuah kafe yang tak jauh tempat mereka ini.“Iya tante, justru ke datangan saya ke Indonesia, salah satuya mau cari orang tua saya itu, moga saja kelak kete
“Heii kamu yang berwajah bulat, ke sini,” bentak seorang tentara berpangkat Kapten dengan wajah bengis. “Siappp, Ndan!” sahut si pemuda ini cepat dan berlari kencang ke depan. Begitu berada di depannya, si Kapten ini sampai mendongak menatap wajahnya. Tinggi pemuda ini hampir 182 centimeteran, sedang si kapten ini hanya sebahunya. Dia lalu memutari tubuh pria kurus berbadan kokoh ini, sambil lihat-lihat apakah ada tato atau cacat di badannya. “Hmm…kamu aslinya mana, Indonesia atau apa sih..?” bentaknya lagi masih dengan suara menggelegar. “Asli Indonesia Ndan, ibu dan almarhum bapak asli Kalimantan!” sahutnya cepat, pandangannya tetap tajam ke depan. Sang Kapten hanya mengangguk-anggukkan kepala. “Tadi kamu telat 5 detik, sekarang kamu putari lapangan ini 10X, cepat laksanakan!” lagi-lagi tanpa ampun keluarkan perintah tegas. Bak anjing dipukul di pantat, pemuda ini lalu bergerak cepat dan kelilingi lapangan yang luasnya mirip lapangan bola ini hingga 10X. Serdadu berpangkat Kapten Ud
“Hmm… kalau kelak ketemu lagi, dan dia ajak duel, ya sudah aku ladeni,” pikir Brandi tanpa rasa takut sedikitpun.Diam-diam dia geregetan dengan gaya Aldot yang dianggapnya sok jagoan. Apalagi melihat gaya kecentilan si cewek itu, gemas bukan main pemuda ini.Turun dari stasiun peron di kawasan Pasar Turi, Brandi langsung naik taksi ke Bandara Juanda dan terbang ke Banjarbaru.Brandi sampai di rumahnya, berjarak 5 jam perjalanan dari bandara. Tak ada yang berubah dari rumah ibunya juga desanya ini meski telah 2 tahun lamanya dia tinggalkan karena menempuh pendidikan di Akademi Militer di Magelang.“Ibu ke mana yaa, rumah kok sepi,” batin Brandi sambil duduk di teras dan letakan tas ranselnya.Tiba-tiba sebuah motor masuk ke halamannya. Wajah Brandi langsung semringah. “Halo calon perwira penerbang, tepat dugaanku kamu hari ini datang!” kata seorang pria seumuran dengannya, sambil mencopot helmnya.“Panjul, panjang umur kamu! Tumben muncul ke sini” Brandi langsung sambut dan peluk sahabat de
“Ada yang harus aku urus, Bu. Aku pamit dulu.”Brandi yang telah memiliki janji temu dengan Bos Syamsudin lantas pamit pada ibunya tanpa berkata jujur.Seorang diri, Brandi menemui Bos Syamsudin yang kini tengah menatapnya tanpa kedip.Mereka saling adu pandangan tajam, Brandi dan auranya yang dingin karena hasil tempaan di Akmil nyatanya mampu membuat nyali Bos Syamsudin sedikit ciut. Meski dengan penampilannya yang sederhana, hanya mengenakan kaos dan jeans, juga rambut cepak… aura kesatria Brandi masih terlihat.“Kamu minta waktu sampai lulus Akmil?” Bos Syamsudin tertawa keras. “2 tahun, kamu kira itu waktu yang singkat?!” sungut bos Syamsudin sambil menatap kesal wajah Brandi.“Aku masih pendidikan Om, tak mungkin cari uang.” Brandi menyebutkan alasannya. “Aku belum ada gaji, karena belum dinas di kesatuan!”“Itu urusan kamu, aku hanya ingin uangku berikut bunganya kembali.” Om Syamsudin mendengus. “Kuberi waktu seminggu lagi dari sekarang, kalau kamu tak sanggup lunasi hutang ibumu, k
"Maaf…!” Dengan tertatih dibantu dua orang Brandi bangkit, tapi dia langsung terguling dan roboh pingsan di sisi tubuh Brandon Hasim Zailani.Brandon yang kaget mendorong perlahan tubuh Brandi yang masih menimpa lengannya, ada darah berceceran kecipratan ke tubuhnya.“Cepat bawa anak muda ini ke rumah sakit, Ali kejar penembak aku itu,” perintah Brandon pada ajudannya, sambil bangkit berdiri dan mengibas-kibaskan pakaiannya.Bersama beberapa anggota kepolisian, ajudan Brandon mengejar dua penembak tadi. Warga yang tadi berdesak-desakan berebut sembako, otomatis membubarkan diri ketakutan.Pengamanan pun diperketat! Aparat bersenjata ambil alih kendali dari Satpol PP yang semula jaga keamanan. Kegegeran ini sampai jadi viral ke mana-mana, sebab ada warga yang sempat memvideokannya dan mengunggahnya ke sosial media. Korban yang merupakan bukan sosok biasa membuat video tersebut cepat naik. Sementara itu, Brandi yang semula pingsan, baru sadar ketika sudah berada di rumah sakit dan hari sud
Bos Syamsudin sumringah. Hari ini, Brandi telah menepati janji untuk melunasi utang berikut bunga. “Aku minta kwitansi tanda lunas,” cetus Brandi kalem.Bos Syamsudin tanpa banyak tanya langsung bikinkan kwitansi tersebut. Saat menyerahkan ke Brandi, dia kaget, baru sadar pemuda tampan jangkung ini kenakan tongkat dan disandarkan di kursi tempatnya duduk.“Kamu kenapa Brandi, jatuh atau kenapa?” tanya Syamsudin heran, kini nada suaranya berubah lebih ramah.“Hanya kecelakaan kecil, tertembak orang tak dikenal." Brandi menyahut enteng.“Tertembak… kamu punya musuh?” tanya Syamsudin lagi kepo sekaligus terperanjat.“Bukan musuhku, tapi akan kupastikan aku akan membalasnya dengan lebih kejam!" wajah Brandi dibuat sangar kemudian. "Akan kucari mereka, dan kalau sudah tertangkap, gantian aku yang akan tembak kepala mereka."Wajah bos Syamsudin langsung berubah pias, dan tak butuh waktu lama, usai memastikan jumlah uangnya pas, mereka pun langsung pamit dari rumah Brandi.Sikap ‘aneh’ bos Syamsu
Pertemuan tak sengaja dengan Audrey siang tadi di pasar, membuka luka lama yang sudah berusaha sekuat tenaga dia lupakan.“Jadi laki-laki itu yang menikahi Audrey dan kini mereka sudah punya anak….” gumam Brandi tanpa sadar, saat dirinya tengah termenung di depan teras.“Ngapain kamu ingat-ingat si Audrey, dia sudah jadi bini orang,” tiba-tiba ibunya menyahut, galak sambil letakan kopi jahe kesukaan Brandi di atas meja.“Anu bu, tadi tak sengaja ketemuan di pasar!” sahut Brandi sambil seruput minumannya.“Sudahlah, kelak bila kamu lulus di Akademi Militer, ibu yakin bejibun wanita cantik antre jadi pacarmu. Kamu tuh ganteng kayak Om Brandon,” ceplos Ela, lalu terkekeh.Brandi tersenyum melihat kelakuan ibunya, semenjak dapat uang kaget dari pria itu, ibunya benar-benar memuji habis Brandon dan selalu bilang wajahnya mirip dengan orang kaya itu.Gara-gara ucapan ibunya itulah Brandi iseng-iseng buka di mesin pencarian ponselnya, nama Brandon Hasim Zailani.Dia kaget saat melihat ada satu fot
Brandi termenung, kalimat Paman Ando terakhir tadi bikin dia kaget. “Audrey mau bercerai…?” Kenapa mereka harus cerai...? pikir Brandi menatap jalanan yang lumayan ramai, sambil hela nafas panjang. “Mikir apa sih, katanya mau ziarah ke makam ayahmu, sono cepatan pergi, ntar keburu sore, n-tuh liat udah mau hujan lagi,” semprot Ela, hingga Brandi pun buru-buru pergi, hindari kebawelan ibunya.Besoknya, Brandi benar-benar terbang kembali ke Surabaya dan langsung masuk ke Akmil.Pelatihan berat pun kembali Brand jalani, di sisa waktu kurang dari 1,7 bulanan lagi sebagai siswa perwira calon penerbang angkatan udara.Brandi lupakan semua soal Audrey dan ingin segera kejar ketertinggalannya selama liburan hampir 2 bulanan.Inilah yang paling Brandi tunggu-tunggu, dia juga sudah mulai pegang kemudi pesawat latih.Mental yang kuat, serta nyali besar, membuat kehebatan Brandi di atas rata-rata teman seangkatannya.Setelah hampir 1 tahun berlatih, Brandi tak takut bermanuver di atas udara, p
“Namaku Hagu, Tante Weni!” Hagu pun buru-buru kenalkan namanya.Tante Weni malah menatap wajah Hagu dengan seksama, dia seolah kaget.“Wajah kamu…mengingatkan aku pada seseorang di masa lalu? Dari mana kamu berasal Hagu?” Tante Weni kini bertanya lagi.“Aku…sebenarnya bukan asli Indonesia tante, tapi hanya seorang turis, aku berasal dari Suriah,” aku Hagu apa adanya, sambil menatap wajah wanita setengah tua ini.Nampak sekali wanita ini cantik saat muda, tapi kini terlihat menua dan tubuhnya juga agak kurus!Kaki Tante Weni terlihat mengecil dua-duanya, tanda sudah lama tak bisa berjalan lagi. Ini bikin Hagu jadi iba dan tak jadi langsung meninggalkan wanita ini.“Masa sihh…wajah kamu nggak terlihat terlalu ke Arab-araban, malah lebih banyak wajah Indonesia-nya,” cetus Tante Weni, yang kini malah minta Hagu dorong kursi rodanya ke sebuah kafe yang tak jauh tempat mereka ini.“Iya tante, justru ke datangan saya ke Indonesia, salah satuya mau cari orang tua saya itu, moga saja kelak kete
Hagu langsung minta nomor rekening Ayu dan dalam hitungan menit, Ayu sumringah bukan main, ada laporan bangking di ponselnya, uang 400 juta sudah di rekeningnya.Ayu tak ragu lagi langsung memeluk tubuh kokoh Hagu, dia sudah tak sabaran ingin tuntaskan horny-nya yang naik ke ubun-ubun sejak beberapa hari lalu.Hagu menutup hatinya, agar tidak merasa bersalah dengan Sofia, karena hari ini dia ingin tuntaskan keinginan Ayu, bercinta dengannya.Ayu bak berada di padang pasir yang tandus, dia butuh di beri air agar rasa hausnya hilang.Sudah lama dia tidak bercinta, semenjak Aguan di hajar Hagu dan malah nambah gundik lagi. Ayu saat ini sudah bukan lagi prioritas si rentiner, dia lebih suka menggeluti gundik-gundiknya yang baru dan masih muda-muda.Bertemu Hagu yang dia kagumi dan royal, serta kini sudah memberinya uang tak sedikit, agar dirinya bebas dari kukungan Aguan, membuat Ayu pun lepas kendali.Kalau beberapa hari lalu di kamar wanita ini Hagu tak begitu perhatikan body Ayu, kini d
Tok…tok…!Pintu kamar hotel Hagu ada yang mengetuk. Hagu senyum di kulum.“Hmm…umpan makin jinak, Ayu benar-benar datang,” batin Hagu dan langsung ke menuju pintu kamar hotelnya. Ini adalah hari ke tiga setelah dia menyelinap ke kamar Ayu di rumah Aguan.Seraut wajah cantik yang di poles make up cetar langsung terpampang di depan pintu, walaupun masih berpakaian sopan, tapi baju ketat yang di pakai Ayu tetap tampilkan lekuk tubuh aduhainya.Tanpa ragu si cantik ini memeluk Hagu dan memberikan ciuman panasnya, sampai berbunyi kericupan.Hagu santai saja meladeni, dia memang punya misi besar dan tak mau terbawa suasana.“Kangen banget aku sayang, udah nggak sabaran pingin kamu keloni dengan ular gede kamu itu,” desah Ayu.“Sabar sayang, bagaimana soal informasi yang kamu janjikan?” Hagu merenggangkan pelukan Ayu, karena info soal Aguan yang paling utama ada di otaknya saat ini, bukan lampiaskan nafsu.“Hmm…itu, oke deh, tapi janji yaa, setelah ini kita nggak boleh kemana-mana, pokoknya a
“Iya udah gapapa…eh boleh nggak aku sementara sembunyi di sini?”“Bo-boleh kok tuan…tapi aku nggak di perkaosss ehh…tidak di apa-apain kan?”Hagu kembali tersenyum lebih lebar, lalu bak gaya seorang Cassanova, dia bangkit dan menowel pelan dagu Ayu.“Bodoh banget ganggu wanita se cantik Ayu,” bisik Hagu, sampai dengus nafasnya menerpa wajah Ayu, si gundik cantik ini kontan lagi-lagi malu-malu meong.Tak bisa di pungkiri, pesona Hagu di mataya jauh di atas Aguan yang berperut aga gendut itu.Mana tubuh Hagu wangi pula, belum lagi bentuk bodynya yang kokoh dan tinggi besar, Ayu pun sudah membayangkan bagaimana bentuk isi di dalam celana d pria tampan ini.“Ihh tuan bisa ajahhh…jadi deg-degaan atuhhh!” bisik Ayu lagi, mulai termakan kegenitan Hagu.“Kalau Ayu mau tidur silahkan, aku bentar lagi keluar kok, nunggu hujan reda!” kata Hagu lagi bikin alasan.“Aihh kenapa buru-buru, ngadem ajah di sini, ntar pas keluar, ketahuan sama penjaga si Aguan, bahaya! Mending tengah malam atau pagi-pa
Sampai 4 malam Hagu memantau rumah Aguan yang terlihat di jaga ketat 5 centengnya yang beda dengan centeng terdahulu di rumah mewahnya tersebut.Tak terlihat lagi 3 centengnya yang lama, inilah yang membuat Hagu tak mau buru-buru menyatroni rumah si rentiner ini.Malam ke 5, Hagu berencana akan masuk secara diam-diam ke rumah Aguan. Sore sebelumnya dia sudah melihat ada mobil Aguan yang datang. Artinya orang yang dia pantau saat ini ada di rumah.Sofia juga sudah cerita, Aguan punya beberapa rumah, bukan hanya di Pelabuhan Ratu, di Bandung dan Jakarta juga punya.Hujan turun sejak sore dan makin lebat setelah malam, namun tidak surutkan langkah Hagu malam ini bergerak.Nasib baik berpihak ke Hagu, para penjaga Aguan terlihat asyik bersantai ria sambil minum miras.Hagu kini sudah melompati pagar samping di bagian kiri dari depan, kini dia berindap-indap sambil memperbaiki topinya, agar wajahnya tak kena air, jaket kulitnya juga anti air, sehingga Hagu tak khawatir basah.Tanpa kesulita
Hagu makin lupa diri saja, apalagi kini Sofia makin rajin rawat perabotannya. Sofia ternyata pernah kerja di salon kecantikan khusus wanita, sehingga tahu cara merawat perabotannya tetap menggigit dan wangi, walaupun ular Hagu siang malam mengaduk-ngaduk pelepasannya.Tak terasa…mereka 1 bulan berada di hotel ini. Hagu pun cuek saja, saat tagihan kamarnya sudah lebih 100 jutaan, karena tarif kamarnya 3 jutaan perhari.Belum lagi makanan yang mereka pesan, keduanya ogah keluar kamar, maunya bersama terus.Namun, indahnya bulan madu ini terhenti, saat Mang Kulik menelpon ke Sofia dan bilang rumah dan tokonya sudah beres semua, tinggal taman belakang yang masih dikerjakan.“Kita lanjut di rumah saja, sayang duit di buang-buang kalau kelamaan di hotel, cari uang itu susah loh, aku sejak lahir, baru kali ini menikmati jadi orang kaya…!” bisik Sofia, Hagu pun mengangguk.Mudah di duga, di rumah ini pun mereka makin liar saja bercinta di manapun mau, Sofia yang makin bahagia dari hari ke hari
“Sementara biarlah kita di sini dulu, di samping untuk keamanan, juga biar rumah kamu cepat kelarnya. Aku juga akan selidiki si Aguan, aku yakin penembak diriku ada hubungannya dengan si rentiner itu,” sela Hagu lagi dan Sofia yang khawatir pun mengangguk.Saat bicara begitu Hagu baru nyadar, wajah Sofia yang kini di make up tipis makin jelita saja, telinganya juga sudah ada anting-anting, juga leher dan lengannya ada emas.Apalagi saat ini Sofia kenakan jeans dipadu dengan blouse, kecantikannya makin terpancar saja, dengan rambut panjangnya yang melewati bahu dibiarkan tergerai.“Kamu…cantik sekali Sofia?” ceplos Hagu spontan, hingga wajah khawatir Sofia langsung merah dadu.“Ehemm…udah kepingin lagi yaa…tapi…lengan dan bahu kamu gimana?” bisik Sofia sambil mendekati Hagu dan Sofia tak ragu memeluk tubuh kokoh pemuda ini.Setelah saling melumat, aktivitas asyik ini terpaksa di hentikan, Hagu merasa tak leluasa, apalagi lengan dan bahunya masih terasa nyiut-nyiut.“Sabar yahh…tunggu be
Ketika sadar 1 jam kemudian usai operasi singkat, dua wajah inilah yang terlihat Hagu di sisi ranjangnya. Sehingga pemuda ini makin kagum saja sekaligus tak menyangka Brandi dan Lydia masih menemaninya di rumah sakit ini.“Kalian…kenapa belum pulang, nanti ortu kalian nyari?” kata Hagu sambil menatap kedua kakak adik yang memang terlihat orkay ini, namun tidak sombong, pemberani dan tak kenal takut.“Sengaja Bang, kami kasian sama Abang, kan nggak ada yang menemani, namaku Lydia Bang…wajah Abang kok mirip wajah kakek buyut saat muda sihh?” ceplos Lydia spontan hingga bikin Hagu terkejut.“Kakek buyut? Siapa kakek buyut kalian Lydia?” tanya Hagu bengong sendiri.“Kakek buyut kami namanya Brandi Hasim Zailani Bang, sama dengan namaku, nama aku ini di kasih beliau ketika lahir,” sela Brandi tertawa kecil.“Astagaa…jadi kalian ini anaknya Om Ryan, sepupunya Abang Balanara?” tanpa sengaja Hagu sebutkan nama ortu dan sepupu keduanya.“Lohh…Abang kenal dengan papa kami, juga si bulay Bang
Cittt…!Baru juga 10 menitan keluar dari showroom, hampir saja Hagu menabrak sebuah mobil yang nyelonong tiba-tiba.Hagu sampai mengelus dada, andai tak spontan injak rem, bisa jadi moncong mobilnya akan menabrak sebuah mobil sport yang identik dengan kemewahan.Hagu keluar dari mobilnya dan mendekati mobil sport mewah ini, dia bermaksud akan menegur sopir mobil ini, yang nyelonong begitu saja.Namun Hagu tertegun, saat melihat dua orang sedang asyik berdebat, itu terlihat sebab mobil sport mewah ini gunakan atap terbuka.Sesaat Hagu terdiam dan menonton saja ulah dua orang di dalam mobil mewah iniDi belakang setiran seorang remaja yang usianya paling banter 13 tahunan di sampingnya seorang gadis yang cantik jelita yang usianya juga masih muda antara 14-15 tahunan“Tu kan apa kaka bilang, kamu sih bandel banget, kedua mami kan sudah ngelarang kamu bawa mobil ke jalan raya, hampir saja nabrak si Abang itu!” sungut si cantik ini.“Kaka Lydia sih ngagetin,” si adiknya tak mau kalah.Tokk