BERSAMBUNG
Melihat kedekatan Bryan dan Rebecca, dengan cerdik di manfaatkan Mami Latini sengaja bikin gosip panas, kalau kedua artisnya ada skandal cinta…biasa untuk naikan rating!!!“Bryan kita cari kelapa muda yuks, mumpung lagi rehat nih,” ajak Rebecca, saat mereka kembali istirahat syuting di panas yang menggantang saat ini.Bryan mengiyakan. ‘Heii jangan jauh-jauh yaa kita hanya istirahat 1,5 jam, ntar si bos sutradara ngamuk!” keduanya di tegur sang astrada alias asisten sutradar, Bryan dan Rebecca angkat jempol.Mami Latini malah diam-diam memoto kedua artisnya ini dan dia sengaja kirimkan ke media sosialnya.Bahkan saat melihat Bryan dan Rebecca duduk saling mepet, makin senanglah si ngondek ini.“Yakin dah eike, ni film bakalan meleduk kayak kompor gas kelak dan eike akan dapat bonus dobel, Rebecca kan sedan naik daun, si Bryan model yang juga naik daun, klop dehhh ahhh!” gumam Mami Latini terkekeh sendiri.Tanpa Mami Latini sadari, tanpa dia bikin gosip pun, kedua artisnya akan viral t
“Tolong lepaskan Rebecca dia tak tahu apa-apa dengan masalah kita,” Bryan mencoba bernego, sambil menahan kemarahan di hatinya.“Enak saja, sebelum kamu bersedia ikut denganku lagi, tak bakal aku lepaskan,” dengus tante Weni dengan wajah marah.“Tapi buat apa kamu menahannya? Ingat hilangnya kami berdua di lokasi syuting, pasti bikin heboh dan kalian semua bakalan di cari-cari polisi.”Bryan coba menakuti tante Weni, wanita cantik sampai terdiam seakan memikirkan ucapan Bryan barusan.Apa yang Bryan katakan tidak membual, lokasi syuting film Santri Pekok geger bukan main, gara-gara kehilangan dua pemeran utamanya.Sang sutradara yang mirip Mami Latini gayanya yang agak ngondek, mencak-mencak tak karuan pada seluruh kru. Sudah 3,5 jam lebih Bryan dan Rebecca tak kelihatan batang hidungnya.Hilangnya dua pemeran utama di filmnya membuat syuting hari ini berantakan.Tapi dia langsung terkejut, saat ada kru yang mengaku melihat Bryan dan Rebecca di bawa orang tak di kenal alias OTK ke dala
“Tunggu dulu, jangan buru-buru, kita pelan-pelan saja menuju ke pondok itu,” bisik Bryan dan kini waspada, Rebecca pun mengangguk.Kedua kini berindap-indap dan sambil pasang telinga dan mata. Bryan agak aneh dengan pondok ini, begitu dekat tambah curiga saat mendengar suara percakapan di dalam pondok tersebut.“Lama amat si Bonco dan si Lodo bawa anak yang di culik itu,” terdengar suara dari dalam pondok kecil ini.“Gila juga bos kita, berani sekali culik anak itu, ayahnya seorang jenderal polisi dan kabarnya terkenal tak segan dor penjahat,” terdengar sahutan rekannya.“Iya, andai upahnya tak gede, nggak bakalan aku mau ikut-ikutan nyulik anak orang penting ini,” kata rekannya lagi.“Tapi si bos kita ini agaknya punya dendam lama dengan si jenderal itu, entah dendam apa? Dia bilang kalau tebusan tak di kirim, jangan segan bunuh saja sandera yang kita culik itu?” sahut temannya lagi.Bryan dan Rebecca yang mendengarkan percakapan ini saling pandang dalam gelap. Tak mereka sangka, pond
“Heii apa yang terjadi Amo,” terdengar seruan dari dalam pondok, teriakan singkat Bonco membuat mereka curiga.Dua orang keluar dari pondok sambil nyalakan senter dari ponsel masing-masing, mereka terheran-heran sekaligus curiga.“Londo kamu cek ke sana, aku ke arah sini,” kata orang itu, sambil cabut pistol dari pinggangnya.Orang yang bernama Londo juga mencabut pistolnya dan kini sama seperti rekannya, mulai curiga, dia pun dengan hati-hati menyusuri bagian sisi kiri pondok ini.Namun sekian lama muter-muter, dia tak menemukan siapapun, sepi dan tiada suara, makin curigalah keduanya.“Uri, gimana di sana, apakaha kamu menemukan si Bonco dan Amo?” teriaknya pada rekannya. Sampai 3X Londo mengulangi panggilannya, tapi sama sekali tak ada sahutan.Akibatnya pria yang bernama Londo ini tiba-tiba merasa serem, tengkuknya meremang tak bisa di cegah.“Kenapa tak ada suara si Uri, lampu ponselnya juga tak nyala, duh mana hutan ini dikatakan angker lagi!” gumamnya mulai ketakutan sendiri, d
Setelah hampir 1,5 jam menembus hutan belantara, mobil MPV manual ini akhirnya sampai juga ke jalan raya yang tak terlalu lebar, jalanannya pun kadang ada lubang kecil.“Kemana kita sekarang, ponsel kita nggak bawa?”Rebecca bertanya, karena Bryan hentikan mobilnya, dia bingung ambil jalan ke kiri atau kanan.“Aku lapar Bang Bryan, kak Becca, cari makan yuks,” tiba-tiba kepala Sandrina nongol di antara Bryan dan Rebecca.“Ya udah, kalau gitu kita ambil ke arah kiri saja,” sahut Bryan dan mobil pun belok ke arah kiri.Bryan tak tahu kalau mereka saat ini masih berada di hutan wilayah Hutan Gunung Salak yang terkenal sebagai hutan dengan mistis-nya yang bikin merinding siapa saja kalau lewat, apalagi ini sudah tengah malam.“Bang, lihat ada lampu, kayaknya itu sebuah rumah, moga ini rumah makan, Sandrina udah 2 harian nggak karuan makan, laper banget!”Bryan mengangguk dan kini tancap gas menuju ke tempat yang di tunjuk Sandrina.Ternyata tebakan Sandrina benar, ini sebuah warung makan,
Bryan melirik Rebecca dan Sandrina masih enak-enakan tidur, sudah 2,5 jam lebih setir mobil ini, Bryan belum juga menemukan jalan pertigaan seperti kata kakek misterius itu.Dia juga tak bisa cepat-cepat menjalankan mobil, selain banyak tanjakan berbelok tajam, jalanan juga tak terlalu mulus.Tapi otak Bryan tak lepas dari wajah kakek tua itu.“Wajahnya…serasa kenal, matanya mirip mata…astagaa…iya mirip Om Chulbuy, ayahnya si Sandrina ini. Sebentar…aku sendiri…nggak jauh beda dengan mata Om Chulbuy dan kakek itu, juga Sandrina?”Bryan seakan baru tersadar kalau matanya dengan mata si kakek itu termasuk Sandrina mirip.Apalagi ayahnya si cantik ini, bukan hanya mirip tapi sama persis, bedanya kulit Chulbuy lebih terang, si kakek agak gelap.“Apa maksudnya yaa aku wajib jaga Sandrina dan Topan? Keluarga juga bukan, hanya kebetulan bertemu lalu menolong keduanya dan malah di kasih surprise si Topan, yakni mobil mewah!”Tak sadar Bryan bergumam sendiri, dan kini jawaban itu semua buntu…!P
Chulbul dan Cynthia lega bukan kepalang saat melihat Sandrina sehat wal afiat, tak henti-hentinya Cynthia memeluk putri kesayangannya yang di culik 4 hari yang lalu di sekolahnya, saat bubaran sekolah.“Duehh badan kamu bau asem sayang,” ceplos Cynthia, tapi tetap memeluk putri kesayangannya ini.Chulbuy kini mendekati Bryan dan Rebecca. “Terima kasih Bryan…dan…?”“Becca Om, Rebecca Alona!” sahut Rebecca memotong ucapan Chulbuy.“Iya Becca, kalian sudah selamatkan anakku…padahal tadi malam usai serahkan uang tebusan, aku sangat khawatir, para penculik itu tak menyerahkan Sandrina,” kata Chulbuy yang kini terlihat lega.“Jadi uang tebusannya?” sela Bryan kaget. “Iya Bryan, uang tebusannya sudah mereka bawa kabur…tapi tak apa, yang penting anakku selamat. Soal uang nanti anak buahku akan terus lacak, mereka masih di Indonesia, belum kabur ke luar negeri,” sahut Chulbuy kalem.Bryan dan Rebecca sampai saling pandang, kehilangan uang hingga 1 triliun dalam bentuk pecahan dolar amerika bag
Bryan hanya menatap tumpukan tawaran main film baru yang di sodorkan Mami Latini, tapi satupun belum ada yang ia ambil, apalagi tanda tangan.Bahkan tawaran lanjutkan sekuel film Santri Pekok II, III dan IV yang disodorkan sang produser dengan bayaran fantastis bagi Bryan, belum ia ACC, boro-boro di tanda tangani.Bryan hanya mau tanda tangani kontrak jadi bintang iklan saja..!Kerjanya singkat, bayarannya wow, itulah salah satu alasannya mau tanda tangan.Itupun ada syaratnya, nggak boleh ada iklan yang mirip degan susu formula yang mengontraknya duluan.“Beri aku waktu dulu mami, aku capek banget!” alasan Bryan, ketika si ngondek ini mendesaknya segera ambil semua kontrak-kontrak bernilai waah ini.“Ya dyeeehhh, tapi jangan lama-lama yaa…sayang donk ye lewatkan kesempatan ini, mana bayarannya mehong banget lagi cyinnnn.”Si ngondek inipun permisi dengan dua asistennya, setelah Bryan bilang ingin rehat dulu. Bryan kini sudah tinggal di apartemen lumayan mewah yang lama kosong milik Ri
Setelah menunjukan barang di maksud, puluhan orang mulai angkuti barang-barang yang jadi incaran mereka.Di peti-peti yang di angkut ini tertulis perangkat lunak Kanah Industries Ltd. Barang-barang bernilai jutaan dolar amerika ini sedianya akan di kirim ke penerimanya di Mesir dan Jordania.Mahyudin yang saat itu sedang cebok di toilet, sama sekali tak tahu telah terjadi perompakan di kapal mereka.“Duehh gara-gara banyak makan sambel jadi gini akibatnya, perutku jadi mules,” batin Mahyudin.Begitu dia keluar toilet, remaja tanggung ini kaget bukan main saat mendengar bentakan-bentakan dan sebagian barang-barang di kapal ini di angkuti puluhan pria bermasker bak ninja itu.“Waah gawat, ternyata benar kata ayah angkat, para bajak laut beraksi,” batinnya dan langsung bersembunyi.Di usia 15 tahunan, Mahyudin bukanlah remaja tanggung penakut, justru ia terkenal sangat pemberani.Dia lalu mendekati salah satu perompak yang terlihat sedang mengawasi para penumpang dengan senjata terkokang
Waktu melesat bak anak panah…Hari ini genap 8 tahun Mahyudin menjadi ABK kapal milik Kapten sekaligus Nakhoda Purnomo.Usianya pun ini sudah 15 tahun, andai dia sekolah umum, Mahyudin harusnya sudah lulus sekolah menengah pertama dan masuk sekolah menengah atas.Biarpun tak pernah injak bangku sekolah, tapi soal kemampuan otaknya, remaja tanggung ini miliki kepintaran di atas rata-rat. Tubuhnya makin tinggi saja, kalau tak berbincang dengan anak pendiam ini, semuanya pasti mengira anak ini seorang pemuda, minimal 20 tahunan, tubuhnya sudah hampir 178 centimeteran tingginya.Makan dan minum teratur, juga istirahat yang cukup saban hari, membuat tubuh Mahyudin berkembang dengan sangat baik.Satu hal yang membuat semua ABK dan juga pastinya Purnomo kagum, semakin remaja, wajah Mahyudin yang cool dan jarang banyak bicara ini semakin tampan.Wajahnya juga mulai keluar bulu-bulu halus…tanda brewokan, termasuk di lengan, dada dan kakinya. Sehingga dugaan Purnomo dan ABK lainnya kalau Mahyu
Kini Mahyudin sudah berusia 7 tahun, tapi perawakannya bak anak berusia 10-12 tahunan, karena tubuhnya agak tinggi. Kulitnya yang dulu terang kini sudah berubah agak sawo matang.Selama 1,5 bulanan ia ikut berlayar dengan kapal besar ini, makanan terjamin, sehingga tubuhnya juga mulai agak berisi.Pakaianya sudah di belikan Purnomo saat kapal ini bersandar di pelabuhan yang disinggahi.Bajunya kini pas di badannya, tak lagi kedodoran, juga sepatunya. Walaupun harganya murah, tapi Mahyudin sangat senang. Bahkan tak sungkan dia panggil Purnomo dengan sebutan ‘ayah angkat’."Gak kalah juga aku dengan om-om ABK lainnya," batin Mahyudin senyum-senyum sendiri di cermin.Purnomo sudah tahu riwayat Mahyudin, dengan jujur anak ini sebutkan semua, juga tujuannya kenapa mau ke Kecamatan Cicangi, lalu ke Kelurahan Cicangki di Sukabumi, yang uniknya malah tak tahu di mana itu Cicangki…!Melihat kerajinan dan juga semangat anak ini, Purnomo lama-lama menjadi suka dan walaupun selama ini tidak perna
Plakk…seorang ABK menepuk dahinya setelah kapal ini sudah berlayar selama 4 hari dan kapal ini justru sudah berlayar menuju ke Malaysia dan akan langsung ke China.Kapal ini memang 70 persen angkut barang dan 30 persen bawa penumpang, sehingga tak pernah lama bersandar di satu pelabuhan.Selalu berlayar hingga ke luar negeri dan baru beristiharat setelah muter dan balik lagi ke Pelabuhan Tanjung Priok, dengan jangka waktu hingga 1 atau 2 bulanan. “Kamu kenapa Suryo,” tegur si kapten kapal.“Maaf kapten, saya lupa ada seorang anak yang kita kurung di ruangan, gara-gara dulu ketahuan mau curi dompet penumpang lain,” sahut Suryo.“Astagaaaa…cepat keluarkan, kalau mati jadi masalah kita semua, bisa masuk penjara kita,” tegur si kapten kapal, Suryo pun langsung buru-buru ke ruangan di mana Mahyudin di sekap.Suryo lega, anak yang di kurung ini tidak apa-apa, malah Mahyudin nyengir saja sambil asek makan makanan kaleng yang terdapat di ruangan ini.Suryo makin geleng-geleng kepala, Mahyu
Mahyudin benar-benar kalut, dia pun terus berjalan semakin jauh di dek kapal untuk mencari orang yang mau berbaik hati menolongnya.Tak pernah dia sadari, kakaknya pingsan dan ada penumpang lain yang lalu melaporkan hal ini ke awak kapal.Dua orang ABK kapal datang dan membawa tubuh kurus Risna ke ruang perawatan, nyawa Risa tertolong dan setelah di obati dan di beri makan, Risna pun ketiduran, tanpa tahu apa yang terjadi dengan adiknya.Saat itulah Mahyudin yang sudah habis akal, karena semua orang tak mau menolongnya, ia pun mulai nekat.Ketika itu dia melihat seorang penumpang sedang enak-enakan ketiduran, dompetnya terlihat tersembul keluar separu dari kantong belakang celananya.Mahyudin melihat kiri dan kanan, lalu perlahan-lahan dia mendekat dan…tangan kecilnya pelan-pelan menarik dompet itu.“Heii kamu maling ya, plakkk!”Tubuh kurus dan kecil Mahyudin terjengkang, sakitnya bukan main, matanya langsung melihat banyak kunang-kunang, pukulan berikutnya menghantam dirinya.Selain
Risna akhirnya ajak Mahyudin untuk tetap berangkat ke Pelabuhan Triksakti, seminggu setelah Bibi Bainah di makamkan di TPU desa itu.Kedua anak kecil yang baru kali ini jalan tanpa di dampingi Bibi Bainah nekat saja pergi. Risna mengaku selalu teringat Bibi Bainah kalau mereka terus berada di sini. Keduanya sudah sepakat akan kembali ke kampung halaman ibu mereka.“Kita akan tanya-tanya nanti sesampainya di Jawa Barat, di mana Cicangi itu berada” kata Risna besarkan hati adiknya, Mahyudin mengangguk.Dengan bekal uang 2,5 juta hasil tabungan mereka selama ini yang dikumpulkan Bibi Bainah, kedua anak kecil ini saling berpelukan sambil ketiduran dalam sebuah travel yang membawa mereka ke Pelabuhan Triksakti.“Heiiii kalian bangun ini sudah sampai, tuh loket nya di sana kalau kalian ingin beli tiket pulang ke Jawa,” kata si sopir travel ini.Risna bangun dan memanggul tasnya, Mahyudin juga panggul tas lusuhnya, dia hanya kenakan sepatu butut, juga kakaknya. Mereka hanya bawa bekal beru
Seorang anak lelaki kecil kurus hanya bisa memunguti jualannya yang berhamburan di tanah, jualan gorengannya baru saja di hamburkan anak-anak nakal yang suka membully-nya.Anehnya, tidak ada tangisan ataupun keluhan dari bibirnya yang merah bak perempuan ini. Hanya matanya tajam menatap anak-anak nakal yang menjauh sambil terus olok-olok dirinya.“Dasar anak yatim piatu, nggak sekolah lagi, dekill pulaaaa…!” olok anak-anak nakal yang usianya di atas dirinya, sambil joget-joget.Semua jualannya yang baru laku beberapa potong terpaksa dia masukan ke kantong kresek. Dia pun berlalu dan tak menggubris olok-olokan itu, jalannya tetap ditegap-tegapkan.Makin di tertawakan saja kelakuannya.Namun anak kecil berusia 6 tahun ini tak peduli, dia tetap jalan menyusuri jalan kampung dan akhirnya tiba di rumah gubuk reot-nya.“Di bully lagi ya Din? Makanya bibi bilang jangan lewat sana, cari jalan lain yang aman, kan sayang jadinya jualan rugi,” tegur bibi-nya sambil menatap wajah anaknya ini.“Bi…
“J-jadi…sebenarnya…papaku dan paman Park Hyung?”“Iya Widya…kalian ini keturunan aku di masa lalu dengan Park Hymin, nenek buyutmu!” sahut Hagu sambil menahan senyum, geli sendiri…kini sang cucut justru jadi istrinya di dunia masa depan.“Ihh…artinya aku ini cucut buyut nenek Park Hymin dan Abang donk?” ceplos Widya menahan tawa, lucu sekali baginya.Aneh bagi-nya, masa Abang angkat sekaligus suaminya saat ini adalah kakek buyutnya sendiri, tapi di masa lalu...? Sulit dipercaya, batin Widya. “Jangan tertawa sayang, asal kamu tahu, wajahmu itu 100 persen pek keteplek wajah nenek buyutmu, Park Hymin!”Widya Min Hoo atau kini Widya Hasim Zailani kontan berhenti tertawa.“Hadeuhh sayang, coba cerita yang jelas, biar aku nggak makin puyeng!” ceplos Widy, kini wajahnya berubah serius.Akhirnya Hagu pun ceritakan semua pengalamannya, yang di awali dengan kedatangan roh Datuk Hasm Zailani yang mengajaknya ke alam masalalu, untuk menolong anaknya, Dean Hasim Zailani.Kemudian terjadilah skanda
“Iya sayang, inilah papa kamu itu, ayoo beri salam buat papa!” sahut Widya kalem. Melihat sikap Widya ini, Hagu makin terkejut dua kali.Terkejut pertama, Winnie si bocil cantik ini adalah anaknya, terkejut kedua, sikap Widya pek keteplek Park Hymin di masalalu, yang memang kalem dan selalu senyum!Padahal Widya yang dia kenal selama ini adalah gadis lincah dan bersemangat, tapi kini Widya berubah 180 derajat!Tanpa sadar Hagu berjongkok dan menatap lekat-lekat wajah Winnie, yang di tatap bukannya takut malah mendekati dirinya.“Papa…kenapa sih baru sekarang muncul, huhh seballll!” cetus Winnie, sikapnya yang marah dan merajuk membuat Hagu menahan tawa, lucu dan kelakuannya persis sama seperti Widya dahulu.Sifat manja dan suak merajuk yang bikin Hagu selalu kangen dan kini menurun ke Winnie.Hagu langsung mendekap erat anaknya ini dan si anak pun sama, pelukan ini luluhkan kemarahannya.“Mulai saat ini kita tak akan berpisah lagi sayang,” Hagu lalu gendong dan menciumi pipi montok Win