BERSAMBUNG
Trattt…trattt…trattt…tembakan mulai terdengar, Chulbuy langsung merunduk, saat desingan peluru melayang di atas kepalanya, mau tak mau dia secara kilat merunduk.Tak mau mati konyol oleh desingan peluru yang makin deras menuju ke arah mereka.“Bangsatt…!” batinnya, lalu mulai bergerak maju ke arah musuh yang justru tahu keberadaan mereka di tempat ini.Kanika juga sama, tanpa banyak bicara dia juga mulai keluar dari gua persembunyian mereka, karena di sini tak leluasa bergerak.Bunyi tembakan makin ramai saja, suara-suara 'aku kena' dan jeritan kesakitan mulai terdengar. Chulbuy tentu saja tau, ada anak buah Letda Yansyah yang tertembak.Chulbu langsung pasang kacamata khusus yang bisa melihat dalam gelap, karena halimun makin tebal. Kanika juga sama.“Hmm…kalian bersembunyi di sana rupanya,” batin Chulbuy, saat melihat ada gerakan di sebuah hutan yang lebat.Dupp..dupp..dupp..!Tiga tembakan Chulbuy lepaskan.Aughhh….! Terdengar 3 orang berteriak kesakitan dan tak lama kemudian tak te
Keduanya tetap siaga dan waspada, sehingga tidak tidur semalaman sampai pagi. Tentu saja keduanya khawatir kalau-kalau musuh datang menyergap.Paginya...!Tiba-tiba ponsel satelit Chulbuy berbunyi, ternyata yang menelpon Letda Yansah, untung saja baterai masih ada, walaupun hanya tersisa 15 persen.“Kami tersesat Letnan, tapi kami baik-baik saja,” lalu Chulbuy sebutkan titik lokasinya dan Letda Yansyah sangat kaget, tahu lagi-lagi keduanya nyasar.Karena titik lokasi itu sangat jauh dari tempat mereka sebelumnya, tapi dia lega Chulbuy juga bilang ia dan Kanika baik-baik saja.Yansyah sebut ada 3 anak buah di pasukannya yang tertembak, tapi untungnya hanya menyerempet saja dan sudah di jemput pakai helikopter untuk di tangani secepatnya.“Kami juga menemukan 9 mayat yang kemarin sore menyerbu kita dan sedang kami identifikasi,” lapor Letda Yansyah.Setelah disepakati titik lokasi di mana mereka bertemu, telpon pun di tutup, Chulbuy dan Kanika lalu bersiap lanjutkan perjalanan menuju ke
Baru saja Chulbuy akan membidik, dia kaget tiba-tiba saja ada berondongan senjata dari arah depan.“Kanika sudah mulai beraksi,” batinnya dan ia pun mulai arahkan moncong senjata otomatisnya.Gegerlah tempat ini, 10 an orang langsung berhamburan keluar dari bangunan di tengah ini, rata-rata melompat dari jendela bahkan ada yang sampai mendobrak dinding, untuk hindari serangan dari Kanika.Umpatan kemarahan menambah kehebohan tempat ini. Tapi tanpa mereka sadari, saat itulah Culbuy beraksi.Tanpa ampun semuanya di berondong Chulbuy dan teriakan histeris dan kesakitan pun bergema, bersamaan dengan bunyi tembakan yang memekakan telinga.“Mati kalian bangsat-bangsat yang suka membokong pasukan keamanan dan serbu warga tak bersalah,” teriak Chulbuy dan terus menembaki tanpa mau berlindung.Aksi gilanya ini makin membuat pasukan bersenjata itu kelabakan setengah mampus, depan belakang mereka kini di serbu di tengah hari bolong.Saat itulah Chulbuy mellihat seseorang yang merunduk-runduk, aga
“Jadi kalian ini dari sebuah suku di Pegunungan Bintang yang kepala sukunya bernama Amoi?” tanya Chulbuy sambil menyantap makanan ala kadarnya yang di masak Mobina, tapi dia makan dengan lahap.Dengan sinar api unggun yang sengaja di buat di halaman bangunan ini, ke 13 jasad tadi sengaja mereka kubur sekitar 20 meteran dari tempat ini, sehingga tak begitu seram.“Betul tuan Chulbuy dan madam Kanika, Amoi itu kepala sukunya, jaraknya sekitar satu hari jalan kaki dari sini, dulu mereka serbu kampung kami dan membawa kami ke sini dan di bujuk agar mau jadi kelompok mereka, tapi kami menolak!” sahut Bansen, yang tadi merintih sakit asam lambung dan kini sudah sembuh.Mereka terus mengobrol dengan akrab setelah sebelumnya saling kenalkan diri.Tentu saja Chulbuy tak tahu, kalau Amoi yang mereka sebut kepala suku tersebut, sahabat dekat ayahnya.Bahkan pernah di undang Brandi ke Jakarta dan pulangnya bawa oleh-oleh satu kontainer buat warganya, karena Amoi menolak di beri duit.Jelang tengah
Chulbuy langsung melumat bibir Kanika, sejak tahu si cantik ini janda, Chulbuy tak ragu lagi tunjukan ‘kejentongannya’.Dia tentu masih ingat pesan paman Bahran, agar jangan sesekali ganggu bini orang, atau ilmu kebalnya ruwah alias tembus, dan dia bisa kena terbunuh oleh musuh-musuhnya kelak.Tapi kalau janda, beda ceritanya.Kanika tak ragu singkapkan kaosnya dan membiarkan mulut Chulbuy bermain sepuasnya di puncak jaya miliknya, yang menjulang dan putih bersih dengan ujungnya yang berwarna pink.“Suka ya…?” bisik Kanika mulai tak tahan dengan ulah si playboy ini.“Bukan suka lagi, doyann…!” balas Chulbuy mesem, dan Kanika terpekik manja, saat mulut Chulbuy mulai turun ke perutnya dan…menarik celana militernya, sekalian dengan segitiga bermudanya. Kanika malu-malu meong, saat hutan yang rimbun terpampang jelas. “Indah sekali…!” bisik Chulbuy mulai naik spanning dan lupa di mana kini mereka berada.Sekian lama memendam hasrat, saat ini ibarat bendungan, jebol dan siap membanjiri apa
Kanika diminta segera pulang oleh atasannya dan melapor ke markas, padahal….dia kepingin lebih lama berada di Papua bersama Chulbuy.“Aku kelak akan minta cuti dan kembali ke sini,” janji Kanika dan keduanya bikin Kapolda Brigjen Topak yang melihat dari kejauhan melongo. Ketika keduanya saling melumat.Kanika juga geleng-geleng kepala saat saldo di rekeningnya masuk uang hingga…40 juta baht thailand atau 20 miliaran kalau dirupiahkan.“Kamu bikin aku harus lapor saja ke bagian komisi kekayaan negara, karena aku kini jadi miliuner, nanti di kira hasil korupsi lagi,” sungut Kanika manja, dengan bibir tersenyum, sesaat sebelum masuk ke mobil.“Kalau nggak mau di periksa, ajukan berhenti jadi polisi dan tinggal bersamaku di sini?” cetus Chulbuy, hingga Kanika kaget.“Hmm…kita lihat saja nanti honey,” bisik Kanika lagi.Lalu Kanika masuk ke mobil dan langsung ke bandara dan terbang dengan private jet yang disewakan Chulbuy menuju ke Bangkok langsung, tanpa melewati Jakarta.“Wanita yang je
“Kamu suka ya, andai kamu gede, kakek kasih buatmu,” ceplos Brandi sambil menyeruput kopi hitamnya, lumayan enak juga bikinan si bocil ini.“He-he…kakek mah becanda, pasti mehong ya kek?” kata si bocil ini lugu.“Mayan…harganya hampir 1 M,” sahut Brandi tersenyum dan dia malah suka sekali melihat keluguan dan kepolosan si bocil ini.“Woww…berapa duit itu kek? Pasti penuh tas kalau dimasukin yaa?” sahutnya lagi terkekeh dan perlihatkan gigi susunya yang tanggal di depan, mau tak mau Brandi ikutan tertawa.Lucu dan ganteng sekali anak ini, entah siapa orang tuanya, pikir Brandi.“Kamu pintar sekali, usiamu berapa, eh siapa namamu?” tanya Brandi lagi.“Namaku Topan Om, usiaku baru 5 tahun, tahun depan kata mama langsung masuk TK nol besar, kalau ada duit sihh!” sahut si bocil ini.“Hmm…gitu yaa, ayah kamu di mana?” tanya Brandi lagi penasaran.“Ayah…kata mama sih…ada, tapi?”“Tapi kenapa Topan, ayahmu kawin lagi atau pergi kerja ke luar kota…?” desak Brandi.“Sssstt…kek, jangan bilang-bil
Malamnya di rumah Oktaviani dan keluarganya…!“Kamu di mana Chul?” Brandi menelpon anak sulungnya.“Di rumah, temani si putri, kenapa pah?” sahut Chulbuy, saat di telpon ayahnya dari Batupecah.“Segera kamu ke Batupecah sini, secepatnya, jangan tunggu lama-lama,” terdengar suara Brandi tegas. Persis kayak merintah anak buahnya saja.“Loh, ada apa sih, kok mendadak, papa atau mama baik-baik saja kannn?” sahut Chulbuy terkaget-kaget, sampai tak enak pikirannya gara-gara perintah papanya ini.“Pokoknya papa nggak mau dengar apapun alasanmu. Besok kamu harus terbang, pakai private jet biar cepat!” desak Brand lalu, lalu klik telpon di matikan.Chulbuy sampai bingung sendiri.“Ada apa Bang, kok papa minta Abang ke Batupecah secepatnya?” Putri Zeremiah yang duduk di sampingnya sampai heran sendiri.“Itu yang Abang heran put, ya udah besok pagi Abang terbang!”“Aku ikut,” sahut Putri, yang ikutan khawatir kalau kenapa-kenapa pada kedua orang tuanya. Saat kedua ortu ke Batupecah, Chulbuy mema
Kini keduanya duduk sambil menikmati bekal yang mereka bawa, kisah yang barusan Datuk sampaikan benar-benar bikin Hagu bergidik.Tak pernah dalam mimpi sekalipun, Hagu akan bertemu dengan roh Datuk Hasim Zailan junior, bahkan hebatnyamereka kini bisa bercakap-cakap layaknya dua manusia biasa.Kadang dia menatap wajah Datuk yang selalu muram, kadang tangannya sengaja menyentuh lengan Datuk, untuk memastikan, kalau roh ini benar-benar ‘hidup’.Datuk yang tahu kelakuan Hagu menahan senyumnya.“Jangan takut, aku saat ini tetap berujud manusia, tapi…asal kamu tahu, aku tak bisamembunuh siapapun. Lagianmasa takut dengan roh saudara sendiri…!” seloroh Datuk.“Masa sih Bang…minggu yang lalu kan saat kita bertempur Abang menembaki pasukan Jepang?”“Itu semua…kamulah yang melakukan! Emangnya kamu nggak sadar yaa saat berduaan dengan Park Hymin, ayahnya Park Min diam saja? Padahal asal kamu tahu Prem, tidak sedikit laki-laki yang ingin jadikan Park Hymin istri…!”Hagu tentu saja menggeleng mend
“Bang Hagu…hati-hati!”Park Hymin langsung pegang tangan Hagu, saat pamit meninggalkan tempat ini.“Iya…makasih?”Keduanya saling tatap dan kini tak ragu saling peluk. Datuk Junior hanya memandang keduanya, lalu angkat bahu, seakan memaklumi perasaan kedua orang muda ini.Sejak bicara kemarin pagi hingga kini, hubungan Hagu dan Park Hymin makin dekat, mereka sering curhat satu sama lain.Mereka seolah teman lama yang baru bertemu.Kadang keduanya berjalan-jalan di bibir pantai dan Park Min ayahnya termasuk Datuk anehnya, tidak melarang apalagi menegur keduanya.Awalnya Hagu sempat bertanya, kenapa Park Hymin tak suka dengan Datuk Junior.Park Hymin terkekeh dan bilang, dia sudah anggap Datuk itu pamannya sendiri saking dekatnya dan tak ada rasa cinta, kecuali cinta ponakan dan paman saja. “Kekasih Abang Datuk dulu adalah kakak aku, tapi mereka tak berjodoh, karena kakakku meninggal dunia tertembak pasukan Jepang, sejak saat itulah Bang Datuk selalu murung hingga ini…!” Hagu pun m
“Iya Park Hymin, aku ingin selamatkan salah satu keturunanku ini…inilah kenapa aku membawa adikku si Hagu dari alam berbeda. Yang kalau di masa depan dia paman luarku, untuk bantu aku di sini. Awalnya aku mau ajak Prem, tapi tak bisa, karena Ange sedang hamil, Prem tak bisa meninggalkanya, si Ange amat manja agaknya...!” sahut Datuk sambil hembuskan asap cerutunya, lalu senyum kecil.“He-he…Angelina…! Cakep banget ya nama salah satu cicitku di masa depan, sayang ya si Prem, terlebih si Ange tak bisa di bawa ke sini, penasaran aku mau lihat wajahnya, secantik apa dia?” sahut Park Hymin tiba-tiba, hingga mata Hagu melotot.“Kalau di bawa akan ada musibah besar Hymin, kita jangan berlebihan melawan gravitasi alam, aku saja dengan bolak-balik ke dunia masa depan, usiaku tak bakalan panjang lagi, inilah resiko yang harus aku terima…!” sahut Datuk lagi-lagi dengan suara pelan dan tenang.“Ihh segitunya…menakutkan sekali!” sahut Park Hymin terkaget-kaget.Hagu lalu muncul dan di tatap Park Hy
Pesta pun berakhir setelah hampir tengah malam, Hagu tentu saja di buat kagum dengan gaya Datuk Junior yang sangat berwibawa dan gayanya sangat berkharisma.“Pantas Bang Prem bilang, kalau ingin attitude dan gaya berbusana, contoh-lah Bang Datuk ini…benar-benar falmboyan sejati, cara pakaian dan cara bicaranya benar-benar top habis…!” batin Hagu.“Hagu kita pindah ke pondok yang disediakan Tuan Park Min.” Datuk ajak Hagu bangkit.Hagu pun mengangguk dan mengikuti langkah Datuk. Saat berjalan begini, tiba-tiba Hagu teringat, orang tuanya Ange atau besann-ya Prem marga-nya juga Park...?Jangan-jangan mereka ini ada hubungan, pikir Hagu.“Bang Datuk….apakah Park Min ini…kakek buyutnya si Ange?” ceplos Hagu tiba-tiba dan tanpa di duga-duga Datuk langsung mengangguk ambil senyum.Hagu kontan melongo.“Dan…ini kelak ada hubungannya dengan kamu juga salah satu keturunan kamu di masa depan!” sahut Datuk, lagi-lagi dengan suara kalem.“A-apa…maksud Abang..???”“Aku tak bisa menjelaskan saat ini
"Kita melawan tentara Jepang, ini tahun 1945! Saat ini kita membantu Korea, yang di jajah negara kate ini,” sahut Datuk sambil membidik dua tentara Jepang dan tak lama...door...doorr, dua serdadu bidikannya terjungkal, terkena tembakan akurat Datuk.“Bang, aku bisa mati nggak kalau kena peluru?” Hagu masih ngeyel bertanya, sambil kagum melihat tembakan Datuk yang hebat ini.“Tentu saja, makanya kamu hati-hati agar jangan tertembak, sudah jangan banyak tanya, ayo kita tembaki pasukan Jepang, agar desa ini bisa di pertahankan pasukan Korea.”Usai berkata begitu Datuk lalu berlari dan berlindung di sebuah lubang.Tuinggg…“Sompretttt…hampir aku kena!” teriak Hagu dan dia buru-buru merunduk dan kini dia pun mulai bidik pasukan musuh. "Ini bukan mimpi, ini nyata!" batin Hagu mulai waspada.Pertempuran benar-benar seru dan Hagu yang tak pernah berkhayal berada di masa lalu berkali-kali hampir saja kena tembak musuh.“Bangsat…ini sih bukan ilusi, ini benaran!” dengus Hagu marah bukan kepa
Ryan paham anak sulungnya ini sedang galau, kehilangan wanita yang di sayangi memang terlihat dari wajah anaknya ini.Hagu rupanya tipikal orang yang tak suka pura-pura, dia lalu curhat pada ayahnya. Ryan senyum saja, tuh dia juga punya dua istri. Aneh kok bisa nurun ke Hagu, pikirnya geli sendiri.“Kalau kamu ingin pergi ke Korea, tidak apa-apa silahkan! Tapi ingat tetap waspada, kamu masih di incar orang-orang jahat, yang namanya musuh, di manapun kamu berada pasti akan di buru. Ada baiknya kamu latihan menembak dulu dengan Prem,” sara Ryan.Sebagai mantan milisi Ryan tahu Hagu kadang suka bertindak sembrono dan nekat, terbawa darah mudanya yang gampang panas.Dan...Hagu juga tak kenal takut! Benar-benar turunan Klan Hasim Zailani sejati, yang tak keder dengan musuh. Hagu pun mengangguk, dia senang sekali ayahnya ternyata sangat bijak. Ibunya beda lagi, malah mendesak padanya agar segera menikah!Tak main-main, Fareeha bilang...ibu kandung Saleha, yang juga sepupunya sering menanyak
Hagu pun ini putuskan langsung menemui Widya, Hagu tak sadar, inilah bedanya dia dengan klan Hasim Zailani lainnya, anak muda ini tak lupa dengan janji dengan wanita, walaupun telat.Hagu masih ingat jalan menuju ke rumah yang dulu diberikan Balanara, sehingga tak takut lagi nyasar, beiarpun harus di bantu peta satelit, karena Hagu belum begitu hapal Jakarta.Namun, begitu sampai di sini, lagi-lagi dia kaget, Widya tidak berada di sini lagi. Bahkan rumah inipun sepi dan terkunci rapat, tak ada satupun penghuni yang ada di sini, termasuk ART-nya dahulu.Merasa penasaran, Hagu pun tancap gas menuju ke rumah Bibik Ayin yang selama ini jadi ART-nya Widya dan tinggal-nya di Bogor.Akan tetapi lagi-lagi Hagu terdiam, Bibik Ayin ternyata sudah meninggal dunia 6 bulan yang lalu, atau 5 bulan setelah pulang kembali ke sini.“Ibu nggak pernah cerita kemana Mba Widya-nya pergi Om,” sebut anak Bibik Ayin, saat Hagu bertanya kemana kekasihnya itu menghilang. Otak Hagu pun buntu, dua anak Sofia
“Dua tahun yang lalu mantan suaminya datang, lalu mengajak Sofia rujuk, namun Sofia menolak dan bilang dua sudah memiliki suami,” pria setengah tua yang sebelumnya kenalkan dirinya Haji Ibak sesaat menatap tajam wajah Hagu.Orang tua ini agaknya sudah bisa menebak, inilah ‘suami’ kedua mendiang Sofia. Hati Hagu pun bak teriris sembilu, ingat memang dia adalah 'suami' siri Sofia.Haji Ibak melanjutkan kisahnya, mantan suami pertama Sofia lalu marah dan terjadilah pertengkaran fatal, yang berakibat meninggalnya Sofia.“Sofia tak sengaja tertusuk belati yang di bawa mantan suaminya, lalu pria ini kabur dengan membawa anak tertuanya yang bernama Risna. Sedangkan anak keduanya yang masih berusia kurang dari 2 tahun di bawa sepupu Sofia.”Namun mantan suami Sofia berhasil di tangkap polisi dan saat melakukan perlawanan mantan suami Sofia itu tertembak dan tewas, kata Haji Ibak menambahkan kisahnya.Hagu sampai menghela nafas, tak menyangka tragisnya kehidupan Sofia dan pastinya suaminya yang
Dua bulan kemudian…Hari ini Hagu resmi di kenalkan sebagai sulung dari Ryan Hasim Zailani, seluruh keluarga Klan Hasim Zailani ngumpul.Rumah besar Ryan bak acara reuni keluarga saja, kakek Radin tentu saja yang paling di tuakan. Biarpun usianya sudah mendekati 68 tahunan, tubuh si kakek ini tetap kokoh dan tegap.Chulbuy yang kini juga berusia 65 tahunan tak kalah gagahnya.Tapi semua sepakat, yang paling ganteng di usia matang ini pemenangnya Balang Hasim Zailani, di usia 53 tahun, Balang di puji tak kalah dari dua anak laki-lakinya, Balanara dan Prem yang sudah memiliki istri.Hagu juga di tasbihkan sebagai nama resminya, bukan Reyhan, karena pemuda lebih suka nama itu!“Hmm…jadi siapa yang patut kamu curigai kira-kira Hagu,” Prem langsung tanya sepupunya ini.Balanara yang duduk di samping juga penasaran, siapa yang patut di curigai sebagai penembak sepupu mereka ini.Ketiganya sengaja duduk santai di taman, sambil menatap sepupu-sepupu mereka yang ramai berceloteh, termasuk ortu-