BERSAMBUNG
Chulbuy langsung melumat bibir Kanika, sejak tahu si cantik ini janda, Chulbuy tak ragu lagi tunjukan ‘kejentongannya’.Dia tentu masih ingat pesan paman Bahran, agar jangan sesekali ganggu bini orang, atau ilmu kebalnya ruwah alias tembus, dan dia bisa kena terbunuh oleh musuh-musuhnya kelak.Tapi kalau janda, beda ceritanya.Kanika tak ragu singkapkan kaosnya dan membiarkan mulut Chulbuy bermain sepuasnya di puncak jaya miliknya, yang menjulang dan putih bersih dengan ujungnya yang berwarna pink.“Suka ya…?” bisik Kanika mulai tak tahan dengan ulah si playboy ini.“Bukan suka lagi, doyann…!” balas Chulbuy mesem, dan Kanika terpekik manja, saat mulut Chulbuy mulai turun ke perutnya dan…menarik celana militernya, sekalian dengan segitiga bermudanya. Kanika malu-malu meong, saat hutan yang rimbun terpampang jelas. “Indah sekali…!” bisik Chulbuy mulai naik spanning dan lupa di mana kini mereka berada.Sekian lama memendam hasrat, saat ini ibarat bendungan, jebol dan siap membanjiri apa
Kanika diminta segera pulang oleh atasannya dan melapor ke markas, padahal….dia kepingin lebih lama berada di Papua bersama Chulbuy.“Aku kelak akan minta cuti dan kembali ke sini,” janji Kanika dan keduanya bikin Kapolda Brigjen Topak yang melihat dari kejauhan melongo. Ketika keduanya saling melumat.Kanika juga geleng-geleng kepala saat saldo di rekeningnya masuk uang hingga…40 juta baht thailand atau 20 miliaran kalau dirupiahkan.“Kamu bikin aku harus lapor saja ke bagian komisi kekayaan negara, karena aku kini jadi miliuner, nanti di kira hasil korupsi lagi,” sungut Kanika manja, dengan bibir tersenyum, sesaat sebelum masuk ke mobil.“Kalau nggak mau di periksa, ajukan berhenti jadi polisi dan tinggal bersamaku di sini?” cetus Chulbuy, hingga Kanika kaget.“Hmm…kita lihat saja nanti honey,” bisik Kanika lagi.Lalu Kanika masuk ke mobil dan langsung ke bandara dan terbang dengan private jet yang disewakan Chulbuy menuju ke Bangkok langsung, tanpa melewati Jakarta.“Wanita yang je
“Kamu suka ya, andai kamu gede, kakek kasih buatmu,” ceplos Brandi sambil menyeruput kopi hitamnya, lumayan enak juga bikinan si bocil ini.“He-he…kakek mah becanda, pasti mehong ya kek?” kata si bocil ini lugu.“Mayan…harganya hampir 1 M,” sahut Brandi tersenyum dan dia malah suka sekali melihat keluguan dan kepolosan si bocil ini.“Woww…berapa duit itu kek? Pasti penuh tas kalau dimasukin yaa?” sahutnya lagi terkekeh dan perlihatkan gigi susunya yang tanggal di depan, mau tak mau Brandi ikutan tertawa.Lucu dan ganteng sekali anak ini, entah siapa orang tuanya, pikir Brandi.“Kamu pintar sekali, usiamu berapa, eh siapa namamu?” tanya Brandi lagi.“Namaku Topan Om, usiaku baru 5 tahun, tahun depan kata mama langsung masuk TK nol besar, kalau ada duit sihh!” sahut si bocil ini.“Hmm…gitu yaa, ayah kamu di mana?” tanya Brandi lagi penasaran.“Ayah…kata mama sih…ada, tapi?”“Tapi kenapa Topan, ayahmu kawin lagi atau pergi kerja ke luar kota…?” desak Brandi.“Sssstt…kek, jangan bilang-bil
Malamnya di rumah Oktaviani dan keluarganya…!“Kamu di mana Chul?” Brandi menelpon anak sulungnya.“Di rumah, temani si putri, kenapa pah?” sahut Chulbuy, saat di telpon ayahnya dari Batupecah.“Segera kamu ke Batupecah sini, secepatnya, jangan tunggu lama-lama,” terdengar suara Brandi tegas. Persis kayak merintah anak buahnya saja.“Loh, ada apa sih, kok mendadak, papa atau mama baik-baik saja kannn?” sahut Chulbuy terkaget-kaget, sampai tak enak pikirannya gara-gara perintah papanya ini.“Pokoknya papa nggak mau dengar apapun alasanmu. Besok kamu harus terbang, pakai private jet biar cepat!” desak Brand lalu, lalu klik telpon di matikan.Chulbuy sampai bingung sendiri.“Ada apa Bang, kok papa minta Abang ke Batupecah secepatnya?” Putri Zeremiah yang duduk di sampingnya sampai heran sendiri.“Itu yang Abang heran put, ya udah besok pagi Abang terbang!”“Aku ikut,” sahut Putri, yang ikutan khawatir kalau kenapa-kenapa pada kedua orang tuanya. Saat kedua ortu ke Batupecah, Chulbuy mema
“Hei janda denok, rame nih warungnya hari ini, minta uangnya dong. Asem nih mulut, nggak nge-rokok dari tadi!” kata seorang preman itu, sambil angkat sebelah kakinya ke atas kursi kayu.Cynthia yang tak mau ribut lalu ambilkan uang 50 ribuan dan menyodorkannya ke orang tersebut.“Ck…ck..ck…jualan rame masa ngasih cuman segini, untung kamu cantik kayak artis, kalau jelek, udah ku obrak-abrik ni warung,” kata si preman ini, dari mulutnya tercium bau alkokohol, lalu gebrak meja jualan, sampai gelas kopi bekas dua orang tadi minum terbalik.Cynthia sampai pucat wajahnya, tapi beda dengan Topan, wajah si kecil ini mengeras, tak terima ibunya di bentak dan di gertak.“Dasar preman, enak betul minta-minta, aku dan mama capek jualan tahu,” sela Topan tidak takut sama sekali.Mulutnya buru-buru di tutup Cynthia dengan tangannya, khawatir anaknya kenapa-kenapa gara-gara sikap pemberaninya. Topan agaknya nurun gaya ayah dan kakeknya, pemberani!“Su-sudah..ini uang 100 ribu, tolong jangan lagi di
Topan merosot dari tubuh Chulbuy dan dia dengan cekatan bantu ibunya menyusun semua barang-barang dan mengangkat lalu dengan langkah perlahan bawa semua barang ini.Wajahnya kadang menatap ke Chulbuy, tapi dia lebih takut dengan ibunya.“Sini Topan, biar papa yang bawa,” Chulbuy kasian sekali melihat anaknya kesulitan membawa banyak barang yang lumayan berat bagi seumuran dia.Kasihan Topan, selain bingung karena sejak tadi Chulbuy selalu sebut dirinya ‘papa’, makin pusing lagi lihat ibunya tiba-tiba berubah jutek dan cuek dengan papanya ini.Chulbuy makin trenyuh, Cynthia dan Topan tinggal di sebuah rumah bidakan yang tak terlalu besar dan harus masuk gang.“Cynthia sampai ke titik nol setelah ayahnya tersangkut korupsi, tapi aneh juga, kok nyasar sampai ke sini?” batin Chulbuy iba, sambil meletakan barang-barang tadi di teras rumah bidakan ini, yang berjarak 50 meteran dari warung kecil di pinggir jalan tadi .Selama itu pula, Cynthia tetap pasang wajah jutek dan tidak menyapa Chulbu
Topan benar-benar aji mumpung, dia belanja pakaian sepuasnya saat di ajak Chulbuy ke sebuah toko pakaian terlengkap yang ada di Batupecah ini.Tak ada mal seperti di Jakarta atau Banjarbaru, di sini hanya toko pakaian merangkap supermarket, tapi lumayan luas dan apa saja ada, termasuk barang bermerek.Cynthia…hanya belanja dua lembar pakaian, peralatan make up dan keperluan wanita lainnya, dia sampai beberapa kali menegur Topan yang kalap ambil ini dan itu.Tapi saat menatap wajah Chulbuy, dia semangat lagi karena Chulbuy kedipkan mata, sebagai kode Topan boleh belanja apa saja.Topan tak ragu ambil 4 pasang sepatu, 10 pasang baju dan celana dan…inilah yang bikin Chulbuy terharu, anaknya beli sajadah, sarung dan kopiah, juga baju koko.“Makasih Cynthia…kamu sudah didik Topan jadi anak soleh,” bisik Chulbuy, hingga Cynthia kaget, karena bisikan itu hampir saja menyentuh pipinya.“Jangan dekat-dekat, kita bukan lagi muhrim,” dengus Cynthia, hingga Chulbuy gantian kaget.“Tapi…aku nggak p
Kaget pertama baru tahu suami Cynthia ternyata Chulbuy polisi yang dulu bikin tante Dewi mangkel tak terkira, padahal dulu dia pikir Topan anak ‘nggak benar’, tak di sangka mereka pernah menikah siri.Kaget kedua, tak menyangka Chulbuy ini cucu salah satu orang terkaya di Indonesia dan anak mantan Panglima.Walaupun dulu sempat marah dengan Chulbuy, tante Dewi dengan berbesar hati memaafkan ‘mantunya’ ini, saat Chulbuy tanpa ragu cium tangannya dan memohon maaf atas kelakuannya di masalalu.“Kumaafkan, jagalah Cynthia dan Topan cucuku dengan baik, walaupun Cynthia bukan anak kandungku, tapi sejak kecil dia ku urus dan ku jaga dengan baik layaknya anak kandung,” kata tante Dewi dengan suara bergetar.Chulbuy juga trenyuh melihat tante Dewi yang tak seperti dulu lagi, penampilannya kini sederhana, kenakan hijab lagi.Tante Dewi yang di masa lalu sangat pongah dengan kekayaan mereka, kini tak bisa berkata-kata. Saat tahu betapa tajir melintirnya keluarga Chulbuy ini, kekayaan mereka dulu
“Kemana si Bryan yaa, kok belum balik-balik sampai jam segini,” kata Cholil sambil menikmati makanan ‘super enak’ di hotel ini, dia lihat jam di meja kerja hotel ini suda menunjukan pukul 20.30 atau setengah sembilan malam, yang artinya sudah 3 jam lebih pergi.Kadir yang sejak makanan datang sudah terbangun malah tertawa saja.“Kamu ini kayak nggak tahu saja, sadar nggak, sejak di mobil sore tadi, tante Weni sering nge-lirik Bryan, so….malam ini pasti donkkk...ehem-ehem?”“Akaiii…enaknya!” seru Cholil agak iri.“Kalau kamu mau, ntuh lihat, ada tulisan message…lihat terapisnya bening coi,” sahut Kadir.“Tapi…yang bayar siapa…?” sahut Cholil polos.“Ahh kamu ini! Kan sudah di jamin tante Weni, ayooh cepatan, pesan dua sekaligus, aku juga pingin,” ceplos Kadir.Cholil pun lalu pencet angka yang tertera dan terdengar suara perempuan, Cholil dengan gaya sok taunya, tanpa ragu langsung pesan dua terapis sekaligus.Tak lama kemudian, datanglah dua terapis dan sukses bikin Cholil serta Kadir
“Masuk Bryan,” tante Weni buka pintu kamar dan persilahkan Bryan masuk.Bryan tak berani menatap wajah dan body seksi tante Weni, walaupun hatinya penasaran.Tante Weni tentu saja tak bisa di samakan dengan gadis-gadis kampung yang biasa mereka intip saat mandi, atau Ning Utari yang berkulit hitam manis.Tubuh tante Weni mulus dan licin, putih bening lagi, kayak kulit peranakan Tionghoa.“Kenapa nunduk begitu, tubuh tante jelek yaa?”“Ahh anu-anu…nggak kok tante, tante mahh bening dan mulus…eh maksudnya tubuh tante bagus bangettt!” sahut Bryan, lalu nunduk lagi malu-malu.“Ihh kamu ini bikin gemes ajahhh!” jari lentik tante Weni langsung cubit pipi Bryan, hingga remaja ini makin salting saja.“Tadi tante mau minta tolong, tolong apa tante?” tanya Bryan polos, sambil menahan deburan jantungnya yang makin tak karuan.“Tante pegal banget, dari Surabaya bawa sendiri mobil, sengaja nggak bawa sopir, kamu mau nggak pijatin kaki tante, nanti ada deh upahnya, mau yaahh?”“M-mau tante, bo-boleh
Tanpa pikir panjang, Bryan dan Cholil langsung memasukan Kadir ke mobil ini, yang ternyata wanita muda yang di tolong Bryan dari aksi copet tadi.“Kalian hebat sekali, berani duel dengan kelompok copet itu,” kata si wanita muda ini kagum pada keberanian 3 remaja tanggung ini saat bermaksud ambil mobil di parkiran.Dia tadi melihat semua aksi mereka, sampai gemetaran juga dirinya.“Terpaksa tante, daripada mati konyol, ta iyaa…!” sahut Cholil.Untung saja hanya 15 menitan jalan, ada sebuah klinik dan mobil ini di belokan dan Kadir yang masih sadar langsung di berikan pertolongan.Setelah Kadir di beri perawatan, barulah Bryan dan Cholil lega. Sahabat mereka kini diminta istirahat dulu.“Namaku Weni, panggil tante Weni yaah, aku dari Surabaya, tapi sering ke Jakarta dan Bali ngurus bisnis!” wanita muda ini kenalkan namanya, mereka kini berada di teras klinik ini.Bryan dan Cholil baru nyadar, Weni sangat cantik, apalagi saat ini kenakan kaos ketat yang mencetak dua gunung kembarnya.Di p
Ketiganya kini berbaur dengan puluhan ribu penonton lain menyaksikan lomba seru karapan sapi ini.Keseruan ini membuat ketiganya sangat terhibur, apalagi Bryan yang baru pertama kali nonton, selama ini dia tak bisa nonton karena tak punya ongkos!Saat itulah Bryan melihat seseorang yang berusaha mencopet tas milik seorang wanita.Wanita ini agaknya seorang wisatawan yang pastinya tertarik nonton karapan sapi, kini tak sadar tas mewahnya sedang di rogoh seseorang.Begitu berhasil mencopet ponsel dan dompet lalu secepat kilat kedua benda ini di simpan di jaketnya. Si copet ini bergeser dan persis mendekati Bryan.“Hei copet, kembalikan ponsel dan dompet ibu itu,” tegur Bryan. Si Copet ini kaget bukan kepalang, aksinya malah ketahuan orang.“Anak kecil jangan sembarangan bicara, ta tusuk kamu!” si copet ini tiba-tiba keluarkan belatinya. Orang-orang yang berada di sekitaran Bryan dan si copet kontan menjauh. Kadir dan Cholil yang kebetulan saat itu sedang cari minuman dan makanan ringan
“Burungnya hebat banget ya ada gelangnya, di mana dia sunatnya, kok bisa sebagus itu bentuknya,” sela Cholil dan keduanya lalu terbahak-bahak.Di sekolah hari seninnya, di kantin sekolah saat istirahat pertama…!Bryan…tenang-tenang saja di ‘sidang’ dua sahabatnya ini.“Jadi sejak malam kita ngintip itu, sampai kini kamu sudah jadi kekasih gelapnya si janda denok yaa?” tanya Kadir.“Iya…!” sahut Bryan santai tak ada gunanya lagi di tutupi, tuh kelakuannya sudah ketahuan kedua sahabat dekatnya ini.“Weww….berarti udah jalan 3,5 bulanan lebih nih, enak nggak brayyy?” sela Cholil menahan tawa.Bryan hanya senyum mesem saja, Kadir dan Cholil terbahak.Mereka memang iri dengan keberuntungan Bryan, tapi tak pernah dengki. Persahabatan mereka melebih saudara kandung.“Ahh kalian ini kura-kura dalam perahu saja, emanknya aku nggak tahu kelakuan kalian? Kan kalian diam-diam juga sering boking cewek di lokalisasi kan? Apalagi kalau ortu kalian habis jual garam dan banyak untung, hayoo ngaku?”Br
Cholil dan Kadir akhir-akhir ini sering heran sendiri, kenapa si Bryan sering ngantuk di kelas, apalagi kalau hari minggu dan senin.Padahal hari minggu jadwal mereka latihan beladiri dengan Cak Hasan, Bryan yang biasanya paling jago kalau di adu, kini malah banyak kalahnya, karena konsentrasinya pecah.“Aneh…kayak kurang tidur saja, perasaan, paling lama jam 9 malam, pelajaran di ponpes selesai, ngapain sih dia setelah jam segitu?” gumam Kadir ke Cholil.“Ssstt…kamu pernah lihat dia lepas baju nggak?” kata Cholil, hingga Kadir terdiam sesaat lalu ngangguk.“Kenapa emank, kagak ada yang aneh, badannya tetap kurus kok, walaupun kini makin putih aje kayak kena garam!”Kadir memang tak bohong, tubuh Bryan dari hari ke hari makin kinclong saja.“Aku pernah lihat..di dadanya ada beberapa cupang.” Ceplos Cholil, mata Kadir langsung terbelalak.“Ambooooiiii benarkah ta iyaaa?” Cholil langsung mengangguk dan Kadir tertawa terkekeh, kini mereka sadar, sahabat mereka bukan lagi remaja tanggung
Tanpa ragu, Ning Utari langsung pegang si perkutut ngantuk ini. Bryan langsung kena setrum saat tangan lentik Ning Utari memegang perkutut istimewanya ini.Ning Utari antara kaget, kagum dan ingin tertawa, saat si perkutut ini tiba-tiba bangun dan langsung gas full, setelah bersentuhan dengan tangan lentiknya.Makin geleng-geleng kepala lagi begitu sudah full, kurang dikit ukurannya dari lenganya.“Gilee…kalah milik mantan suamiku, belum juga dewasa sudah begini ukurannya,” batin Ning Utari terkagum-kagum.Dan…inilah yang tak di sangka-sangka Bryan, bibir merah Ning Utari kini sudah menyedot kepala perkututnya sampai gelangnya, hampir tak muat mulut mungilnya.Tentu saja ini pengalaman baru yang tak pernah Bryan berani impikan.Malam ini si perkututnya pecah ‘perjaka’ di mulut Ning Utari, janda cantik manis yang usianya baru 24 tahunan usianyaBryan bahkan seperti mimpi, saat Ning Utari menarik ke kamar dan meminta dia rebahan, lalu aktivitas asoy ini lanjut lagi.Tak lama kemudian, se
“Ssstt...b-bukan…a-aku bukan maling, aku hanya sembunyi,” sahut Bryan terbata, takut suara si wanita ini terdengar warga yang sedang mengejarnya.“Ihh tunggu dulu…kamu ini kan santrinya haji Modik, hayooo…ngapain kamu?” si wanita ini langsung kenal wajah Bryan dan kini nada suaranya berubah lebih ramah, tak lagi membentak seperti tadi.“Iya…kaka, aku Bryan, santri pa haji, t-tolong jangan teriak ya, aku tadi barusan ngintip penganten, lalu ketahuan dan kabur…ehh iyaalahh kenapa jadi keceplosan?” Bryan kaget sendiri karena keceplosan.“Hahhh…hi-hi-hi, ihh nakalnya ni anak, hayo keluar dari sini,” tiba-tiba Bryan terkejut, kupingnya di jewer wanita ini dan otomatis dia terpaksa keluar dari persembunyiannya.“Duduk…!” perintahnya sambil menunjuk kursi makan di dapur ini.Si wanita manis ini makin lebar senyumnya saat melihat wajah Bryan yang sangat tampan terlihat makin pucat pasi, persis maling yang sedang ketangkep hansip.“Hayoo cerita, apa saja yang sudah kamu lihat, kalau bohong ku l
Dengan berindap-indap ke tiganya mulai ‘kabur’ dari ponpes ini, di usia yang sudah 13 tahunan lebih, jiwa penasaran ketiganya memang sedang tinggi-tingginya.Ketiganya juga baru saja akil baligh, peralihan dari anak-anak ke remaja!Cukup jauh juga tempat yang di tuju, sampai-sampai mereka harus susuri pematang sawah.“Nah ntuh rumahnya,” tunjuk Kadir, merujuk sebuah rumah kayu yang lumayan bagus.“Hati-hati, jangan sampai kita di kira maling, abis kita bonyok di keroyok warga,” kata Cholil, rada ‘ngeri-ngeri sedap’, pikirnya geli sendiri.Bryan, diam saja, tapi hatinya mulai dag dig dug duer juga, sebab inilah pertama kalinya mereka nekat intip penganten baru.Tujuan mereka tertolong bulan yang tertutup awan, sehingga cukup gelap, hanya ada penerangan lampu listrik jalanan dan lampu listrik di teras warga.Kini mereka sudah berada di sisi dinding rumah si panganten baru ini, rumah ini terbuat dari papan, sehingga dengan mudah mereka bisa ngintip sela-sela dinding rumah tersebut.Walau