BERSAMBUNG
Brandi benar-benar tidak mengunjungi Alice, dia disibukan dengan persiapan-persiapan dengan Tony.Terkait info kelompok teroris yang berencana lakukan pembajakan pesawat komersil dari London ke Dubai, yang masih ada hubungan dengan kelompok gangster Marko.Walaupun ia sempat menelpon wanita cantik ini, tapi hanya bilang belum bisa ke apartemennya saat ini.Jawaban Alice biasa-biasa saja, sehingga makin kuat tekad Brandi, belum saatnya ia berkunjung ke apartemen wanita ini. Namun di saat sibuk persiapkan diri, 1 minggu sebelum rencana aksi itu, Brandi dapat telpon dari Zafera di Dubai. “Brandi, ayahku baru saja tewas di bunuh orang?” kata Zafera, hingga Brandi kaget bukan main.“Di bunuh…apakah sudah ada jejak pelakunya Zafera?” tanya Brandi terkejut dengan informasi ini.Apalagi seingatnya Tuan Amir Thamrin punya banyak pengawal, yang selalu menemaninya kemanapun sang taipan yang juga kerabat kerajaan ini jalan.“Kami curiga, Safana dan kekasihnya terlibat pembunuhan itu, tapi kedua
Namun baru saja akan bergerak, Brandi langsung terdiam, saat sebuah senjata menodong ke kepalanya.“Mau apa kamu merangkak, cepat bangun bangsat,” kata orang ini, saat Brandi melirik, ternyata inilah orang yang tadi keluar dari toilet, sebelum dia masuk setelah orang ini keluar.Bukkk….aughhh! seru Brandi kaget, sekaligus meringis juga.Sebuah sepakan mendarat ke tubuhnya, hingga Brandi terjengkang dan jatuh menimpa penumpang lain.Saat itulah makin keras guncangan pesawat ini, penumpang pesawat makin geger dan keluarlah pengumuman dari para teroris yang minta agar penumpang yang bisa kendalikan pesawat, untuk segera ke ruang kokpit.Saat si pembajak ini ingin menembaknya, Brandi langsung berkata dia bisa kemudikan pesawat jumbo jet ini.Si pembajak ini langsung menahan senjatanya. “Bagus, cepat kamu ke kokpit, kalau bohong, ku tembak kepalamu,” bentak si pembajak ini.Para penumpang mulai panik dan masing-masing berdoa dengan keyakinan masing-masing.Brandi sengaja tak mengamuk, sebab
Si pembajak ini tak punya pilihan lain, apalagi dia tak punya ke ahlian apapun soal pesawat jumbo jet ini.Sambil menatap tajam wajah Brandi, dia pun menurunkan senjatanya dari kepala Brandi, yang masih kenakan headphone khusus ini.Kepala si kepala bajak ini makin nyiut-nyiut dan makin tambah pusing, saat pesawat besar ini makin lama makin turbulensi parah.Karena masih masuk awan yang tebal dan pandangan kiri kanan pun hitam pekat, seolah sedang malam saja.Brandi makin berani saja sengaja tidak mau memindahkan pesawat ini dari awan tebal ini. Diam-diam dia tertawa dalam hati melihat kondisi si kepala bajak yang makin pusing tersebut."Mampus kalian," batin Brandi puas, untungnya si co pilot juga paham apa yang dilakukan Brandi, sehingga Brandi tak perlu lagi beri petunjuk atau isyarat, yang bisa dicurigai sang kepala bajak ini.Padahal kalau ia mau, tinggal di naikan saja pesawat ini, maka akan terbebas dari awan tebal tersebut, dan juga akan terbebas dari turbulensi luar biasa ini.
Brandi kini cek lewat layar digital di mana bandara terdekat, untuk daratkan pesawat jumbo jet ini, ia juga minta Scott si Co Pilot, untuk mengontak bandara terdekat dan minta izin mendarat darurat.Namun semuanya tiba-tiba berubah total, di awali dengan bunyi tembakan di kursi VIP, lalu pintu kemudi pesawat terbuka dan Brandi serta Scott kaget bukan main, saat muncul seorang laki-laki berkumis tebal menodongkan pistol ke arah keduanya.“Kamu harus daratkan pesawat ini ke Tel Aviv, lakukan segera atau pistolku ini akan tembak kalian berdua dan kita semua mampus!” bentak pria tak di kenal ini.“Bangsat, ternyata masih ada teroris sisanya,” batin Brandi dan mau tak mau rubah lagi haluan menuju ke Israel, padahal awalnya akan mendarat di Yordania dan terpaksa kini menaikan lagi pesawat ini, padahal bahan bakar mulai tipis.Hatinya mulai tak tenang, jangan-jangan yang tertembak tadi Tony…? Pria ini agaknya lebih pintar dari rekan-rekannya yang tewas tadi, dia menatap layar digital ini da
Brandi tak berkutik, dia di jebloskan ke tahanan, permintaannya untuk mengontak markas besarnya di tolak otoritas keamanan Israel.Bahkan yang bikin dia kesal bukan main, dia di damprat dan dikatakan salah satu teroris yang sangat berbahaya.“Hmm…teroris dengkulmu, ada yang tak beres ini,” batin Brandi, saat di jebloskan ke dalam sel negeri zionis ini.Brandi bahkan merasa aneh sekali, tidak ada intoregasi apapun terhadapnya. Dia di tahan tanpa tahu apa kesalahannya, padahal dia baru saja basmi teroris di pesawat jumbo jet, yang pastinya bikin geger seluruh dunia.Dia bahkan kaget sendiri, dirinya di gabung dengan tahanan dari warga Palestina, seolah dia dianggap sebagai pejuang dari negeri yang sedang di landa perang ini.Dan dianggap teroris oleh pemerintah zionis. Brandi bahkan banyak termenungnya, kenapa nasibnya apes betul saat ini...!Dia juga tak tahu bagaimana nasib rekannya, Tony, yang tertembak di perut. "Semoga dia baik-baik saja," gumam Brandi.Sudah satu minggu Brandi di k
“Hati-hati…jaga diri saudaraku,” bisik Ismail lagi, sebelum Brandi di tarik dengan kasar keluar dari tahanan ini, sambil di bentak kasar dan dikatakan babi, agar bergerak cepat."Brengsek, awas kamu," batin Brandi kesal bukan main.Brandi dan tahanan lainnya di masukan di mobil khusus dan di kawal satu mobil jeep terbuka, yang berisi 4 serdadu, di dalam mobil tahanan di jaga dua serdadu bersenjata lengkap.Brandi mulai cari akal untuk membebaskan diri. “Inilah kesempatanku,” batin Brandi.Setelah 3 jam lebih, perjalanan mulai memasuki padang pasir, untung saja ini sore hari, sehingga panas matahari tidak begitu terasa.Brandi melirik ke 14 tahanan yang rata-rata berbadan kurus. Karena jeleknya menu yang di makan setiap hari terlihat mulai terkantuk-kantuk.Dua serdadu itu sama saja, tapi salah satunya malah sibuk main ponsel, walaupun mata mulai sepet.Tratt…tratt…tiba-tiba terdengar bunyi tembakan, hingga seluruh tahanan terjaga, termasuk dua serdadu tadi, yang kaget bukan kepalang, s
“Minum brother!” Mat Bani sodorkan minuman khas Palestina, yang di terima Brandi dan langsung di tengak sampai tersisa separu.“Kami sengaja cegat mobil tahanan itu, karena 7 orang tahanan ini anggota kami,” kata Mat Bani yang juga bilang sudah seminggu mereka pantau dan hari ini putuskan beraksi.“Terima kasih, kalau tidak ada kalian, mungkin aku sudah di masukan entah penjara yang mana lagi,” sahut Brandi.“He-he-he, kalian itu bukan di pindahkan ke tahanan lain, tapi akan di pindahkan ke alam akhirat alias akan di eksekusi. Makanya kami bergerak cepat dan tempat eksekusinya sudah dari tempat penghadangan tadi!” ceplos Mat Bani, hingga Brandi kaget bukan kepalang.“Bangsat betul…mending satu tahanan itu kita penggal lehernya, lalu jasadnya kita lempar ke jalanan Tel Aviv, biar mereka geger,” dengus Brandi marah bukan main.“Tenang brother, justru tahanan ini kita jadikan sandera untuk bebaskan rekan-rekan kita, termasuk sang pemimpin kelompok ini, namanya Tuan Ismail,” sahut Mat Bani
Setelah rencana sangat matang, 2 minggu kemudian Brandi dan Mat Bani, di iringi puluhan pasukannya mulai bergerak senyap mendekati markas musuh.Ini sebenarnya misi yang sangat tak mungkin alias mission impossible, pangkalan musuh mempunyai senjata berat dan jumlah pasukannya pun berkali-kali lipat di bandingkan pasukan Mat Bani ini.Namun nyali mereka bikin Brandi kagum juga, sangat nekat dan malah seperti sengaja cari mati.“Mati yang kami cari justru syahid, surga menanti,” kata Mat Bani seolah wakili suara hati anak buahnya.Brandi pun senyum saja dan tidak menjawab. Ibadahnya saja masih belang kambingan..!Kini dia dan ikut mobil jeep yang dulu di rampas dari pasukan zionis, mereka bergerak malam hari, agar tak ketahuan musuh yang punya peralatan tempur canggih.Bahkan lampu kendaraan pun sengaja di matikan, agar pergerakan senyap mereka tak terlihat. Namun Brandi kagum juga, mereka hapal jalan-jalan tikus yang pastinya tak akan di sangka-sangka pihak musuh. Begitu berjarak 3 kil
“Namaku Hagu, Tante Weni!” Hagu pun buru-buru kenalkan namanya.Tante Weni malah menatap wajah Hagu dengan seksama, dia seolah kaget.“Wajah kamu…mengingatkan aku pada seseorang di masa lalu? Dari mana kamu berasal Hagu?” Tante Weni kini bertanya lagi.“Aku…sebenarnya bukan asli Indonesia tante, tapi hanya seorang turis, aku berasal dari Suriah,” aku Hagu apa adanya, sambil menatap wajah wanita setengah tua ini.Nampak sekali wanita ini cantik saat muda, tapi kini terlihat menua dan tubuhnya juga agak kurus!Kaki Tante Weni terlihat mengecil dua-duanya, tanda sudah lama tak bisa berjalan lagi. Ini bikin Hagu jadi iba dan tak jadi langsung meninggalkan wanita ini.“Masa sihh…wajah kamu nggak terlihat terlalu ke Arab-araban, malah lebih banyak wajah Indonesia-nya,” cetus Tante Weni, yang kini malah minta Hagu dorong kursi rodanya ke sebuah kafe yang tak jauh tempat mereka ini.“Iya tante, justru ke datangan saya ke Indonesia, salah satuya mau cari orang tua saya itu, moga saja kelak ket
Hagu langsung minta nomor rekening Ayu dan dalam hitungan menit, Ayu sumringah bukan main, ada laporan bangking di ponselnya, uang 400 juta sudah di rekeningnya.Ayu tak ragu lagi langsung memeluk tubuh kokoh Hagu, dia sudah tak sabaran ingin tuntaskan horny-nya yang naik ke ubun-ubun sejak beberapa hari lalu.Hagu menutup hatinya, agar tidak merasa bersalah dengan Sofia, karena hari ini dia ingin tuntaskan keinginan Ayu, bercinta dengannya.Ayu bak berada di padang pasir yang tandus, dia butuh di beri air agar rasa hausnya hilang.Sudah lama dia tidak bercinta, semenjak Aguan di hajar Hagu dan malah nambah gundik lagi. Ayu saat ini sudah bukan lagi prioritas si rentiner, dia lebih suka menggeluti gundik-gundiknya yang baru dan masih muda-muda.Bertemu Hagu yang dia kagumi dan royal, serta kini sudah memberinya uang tak sedikit, agar dirinya bebas dari kukungan Aguan, membuat Ayu pun lepas kendali.Kalau beberapa hari lalu di kamar wanita ini Hagu tak begitu perhatikan body Ayu, kini
Tok…tok…!Pintu kamar hotel Hagu ada yang mengetuk. Hagu senyum di kulum.“Hmm…umpan makin jinak, Ayu benar-benar datang,” batin Hagu dan langsung ke menuju pintu kamar hotelnya. Ini adalah hari ke tiga setelah dia menyelinap ke kamar Ayu di rumah Aguan.Seraut wajah cantik yang di poles make up cetar langsung terpampang di depan pintu, walaupun masih berpakaian sopan, tapi baju ketat yang di pakai Ayu tetap tampilkan lekuk tubuh aduhainya.Tanpa ragu si cantik ini memeluk Hagu dan memberikan ciuman panasnya, sampai berbunyi kericupan.Hagu santai saja meladeni, dia memang punya misi besar dan tak mau terbawa suasana.“Kangen banget aku sayang, udah nggak sabaran pingin kamu keloni dengan ular gede kamu itu,” desah Ayu.“Sabar sayang, bagaimana soal informasi yang kamu janjikan?” Hagu merenggangkan pelukan Ayu, karena info soal Aguan yang paling utama ada di otaknya saat ini, bukan lampiaskan nafsu.“Hmm…itu, oke deh, tapi janji yaa, setelah ini kita nggak boleh kemana-mana, pokoknya
“Iya udah gapapa…eh boleh nggak aku sementara sembunyi di sini?”“Bo-boleh kok tuan…tapi aku nggak di perkaosss ehh…tidak di apa-apain kan?”Hagu kembali tersenyum lebih lebar, lalu bak gaya seorang Cassanova, dia bangkit dan menowel pelan dagu Ayu.“Bodoh banget ganggu wanita se cantik Ayu,” bisik Hagu, sampai dengus nafasnya menerpa wajah Ayu, si gundik cantik ini kontan lagi-lagi malu-malu meong.Tak bisa di pungkiri, pesona Hagu di mataya jauh di atas Aguan yang berperut aga gendut itu.Mana tubuh Hagu wangi pula, belum lagi bentuk bodynya yang kokoh dan tinggi besar, Ayu pun sudah membayangkan bagaimana bentuk isi di dalam celana d pria tampan ini.“Ihh tuan bisa ajahhh…jadi deg-degaan atuhhh!” bisik Ayu lagi, mulai termakan kegenitan Hagu.“Kalau Ayu mau tidur silahkan, aku bentar lagi keluar kok, nunggu hujan reda!” kata Hagu lagi bikin alasan.“Aihh kenapa buru-buru, ngadem ajah di sini, ntar pas keluar, ketahuan sama penjaga si Aguan, bahaya! Mending tengah malam atau pagi-p
Sampai 4 malam Hagu memantau rumah Aguan yang terlihat di jaga ketat 5 centengnya yang beda dengan centeng terdahulu di rumah mewahnya tersebut.Tak terlihat lagi 3 centengnya yang lama, inilah yang membuat Hagu tak mau buru-buru menyatroni rumah si rentiner ini.Malam ke 5, Hagu berencana akan masuk secara diam-diam ke rumah Aguan. Sore sebelumnya dia sudah melihat ada mobil Aguan yang datang. Artinya orang yang dia pantau saat ini ada di rumah.Sofia juga sudah cerita, Aguan punya beberapa rumah, bukan hanya di Pelabuhan Ratu, di Bandung dan Jakarta juga punya.Hujan turun sejak sore dan makin lebat setelah malam, namun tidak surutkan langkah Hagu malam ini bergerak.Nasib baik berpihak ke Hagu, para penjaga Aguan terlihat asyik bersantai ria sambil minum miras.Hagu kini sudah melompati pagar samping di bagian kiri dari depan, kini dia berindap-indap sambil memperbaiki topinya, agar wajahnya tak kena air, jaket kulitnya juga anti air, sehingga Hagu tak khawatir basah.Tanpa kesulit
Hagu makin lupa diri saja, apalagi kini Sofia makin rajin rawat perabotannya. Sofia ternyata pernah kerja di salon kecantikan khusus wanita, sehingga tahu cara merawat perabotannya tetap menggigit dan wangi, walaupun ular Hagu siang malam mengaduk-ngaduk pelepasannya.Tak terasa…mereka 1 bulan berada di hotel ini. Hagu pun cuek saja, saat tagihan kamarnya sudah lebih 100 jutaan, karena tarif kamarnya 3 jutaan perhari.Belum lagi makanan yang mereka pesan, keduanya ogah keluar kamar, maunya bersama terus.Namun, indahnya bulan madu ini terhenti, saat Mang Kulik menelpon ke Sofia dan bilang rumah dan tokonya sudah beres semua, tinggal taman belakang yang masih dikerjakan.“Kita lanjut di rumah saja, sayang duit di buang-buang kalau kelamaan di hotel, cari uang itu susah loh, aku sejak lahir, baru kali ini menikmati jadi orang kaya…!” bisik Sofia, Hagu pun mengangguk.Mudah di duga, di rumah ini pun mereka makin liar saja bercinta di manapun mau, Sofia yang makin bahagia dari hari ke har
“Sementara biarlah kita di sini dulu, di samping untuk keamanan, juga biar rumah kamu cepat kelarnya. Aku juga akan selidiki si Aguan, aku yakin penembak diriku ada hubungannya dengan si rentiner itu,” sela Hagu lagi dan Sofia yang khawatir pun mengangguk.Saat bicara begitu Hagu baru nyadar, wajah Sofia yang kini di make up tipis makin jelita saja, telinganya juga sudah ada anting-anting, juga leher dan lengannya ada emas.Apalagi saat ini Sofia kenakan jeans dipadu dengan blouse, kecantikannya makin terpancar saja, dengan rambut panjangnya yang melewati bahu dibiarkan tergerai.“Kamu…cantik sekali Sofia?” ceplos Hagu spontan, hingga wajah khawatir Sofia langsung merah dadu.“Ehemm…udah kepingin lagi yaa…tapi…lengan dan bahu kamu gimana?” bisik Sofia sambil mendekati Hagu dan Sofia tak ragu memeluk tubuh kokoh pemuda ini.Setelah saling melumat, aktivitas asyik ini terpaksa di hentikan, Hagu merasa tak leluasa, apalagi lengan dan bahunya masih terasa nyiut-nyiut.“Sabar yahh…tunggu b
Ketika sadar 1 jam kemudian usai operasi singkat, dua wajah inilah yang terlihat Hagu di sisi ranjangnya. Sehingga pemuda ini makin kagum saja sekaligus tak menyangka Brandi dan Lydia masih menemaninya di rumah sakit ini.“Kalian…kenapa belum pulang, nanti ortu kalian nyari?” kata Hagu sambil menatap kedua kakak adik yang memang terlihat orkay ini, namun tidak sombong, pemberani dan tak kenal takut.“Sengaja Bang, kami kasian sama Abang, kan nggak ada yang menemani, namaku Lydia Bang…wajah Abang kok mirip wajah kakek buyut saat muda sihh?” ceplos Lydia spontan hingga bikin Hagu terkejut.“Kakek buyut? Siapa kakek buyut kalian Lydia?” tanya Hagu bengong sendiri.“Kakek buyut kami namanya Brandi Hasim Zailani Bang, sama dengan namaku, nama aku ini di kasih beliau ketika lahir,” sela Brandi tertawa kecil.“Astagaa…jadi kalian ini anaknya Om Ryan, sepupunya Abang Balanara?” tanpa sengaja Hagu sebutkan nama ortu dan sepupu keduanya.“Lohh…Abang kenal dengan papa kami, juga si bulay Bang
Cittt…!Baru juga 10 menitan keluar dari showroom, hampir saja Hagu menabrak sebuah mobil yang nyelonong tiba-tiba.Hagu sampai mengelus dada, andai tak spontan injak rem, bisa jadi moncong mobilnya akan menabrak sebuah mobil sport yang identik dengan kemewahan.Hagu keluar dari mobilnya dan mendekati mobil sport mewah ini, dia bermaksud akan menegur sopir mobil ini, yang nyelonong begitu saja.Namun Hagu tertegun, saat melihat dua orang sedang asyik berdebat, itu terlihat sebab mobil sport mewah ini gunakan atap terbuka.Sesaat Hagu terdiam dan menonton saja ulah dua orang di dalam mobil mewah iniDi belakang setiran seorang remaja yang usianya paling banter 13 tahunan di sampingnya seorang gadis yang cantik jelita yang usianya juga masih muda antara 14-15 tahunan“Tu kan apa kaka bilang, kamu sih bandel banget, kedua mami kan sudah ngelarang kamu bawa mobil ke jalan raya, hampir saja nabrak si Abang itu!” sungut si cantik ini.“Kaka Lydia sih ngagetin,” si adiknya tak mau kalah.Tok