Share

Bab 67

last update Last Updated: 2024-02-23 00:17:26

Bawahan Evan menemui Aisha di dalam kediaman Ansel. “Mohon maaf Nyonya. Tuan Evan menitipkan pesan.” Secarik kertas diberikan bersama sebuah amplop.

Aisha tidak heran saat keberadaannya ditemukan karena kemana lagi dia akan pergi selain pada Ansel, maka pasti Evan berpikiran hal yang sama. Secarik kertas bertuliskan kalimat panjang hasil tulis tangan Evan dibacanya tanpa ragu. Isinya sudah pasti perintah supaya dirinya kembali. Lalu, sebuah amplop dibuka yang didalamnya terdapat sejumlah uang untuk bekal hidupnya yang entah sampai kapan berada dalam kediaman sang kakak.

“Katakan pada Evan. Hari ini aku tidak akan pulang!” Sikap angkuh Aisha yang selalu membenci semua bawahan Evan.

“Baik Nyonya, saya akan mengatakannya.” Anggukan patuh pria tinggi besar itu. Saat ini Alea barusaja kembali dari warung untuk membeli bahan pokok.

“Sya, ada apa, apa Evan menjemput kamu?” Wajahnya melukiskan banyak sekali perasaan keberatan.

“Iya, Kak. Tapi Aisha tidak akan kembali hari ini,” jawaban lemb
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 68

    Pada tengah malam, antek-antek Evan mengawasi kediaman Ansel serta memberikan laporan secara berkala. “Nyonya Aisha tetap di rumah.” Laporan yang diberikan pria ini sangat akurat karena dia berada di sini sejak sore hari hanya saja tidak satu pun keluarga Ansel menyadari persembunyiannya. “Awasi terus. Aku tidak ingin kehilangan istriku!” tegas Evan bersama seringai liciknya karena maksud tidak ingin kehilangan yang dikatakannya adalah untuk menyikasa Aisha bukan karena wanita itu sangat berarti di hidupnya. “Baik, Tuan,” patuh pria berpakaian santai ini. Alasan tempat persembunyiannya tidak ditemukan oleh keluarga Ansel itu karena pria ini menyewa kontrakan tepat di hadapan kediaman Ansel maka tidak seorang pun menyadari jika dirinya bukan manusia biasa, melainkan mata-mata yang ditugaskan oleh Evan.“Jika memungkinkan, bawa Aisha padaku pada tengah malam. Tapi jangan pernah meninggalkan jejak, buat kejadian ini seolah-olah murni karena Aisha pergi atas keinginannya.”“Saya akan me

    Last Updated : 2024-02-24
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 69

    Hari berganti, Ansel mendapatkan panggilan dari polisi tetapi bukan untuk dimintai keterangan melainkan untuk membebaskannya dari tuduhan karena ternyata Aisha mengunjungi kantor polisi tanpa sepengetahuannya, wanita itu melaporkan kejahatan Evan pada ayahnya hingga Adhitia terbaring, hanya saja wanita itu tidak menyertakan buktinya, tetapi karena salah satu anggota kepolisian adalah rekan Adhitia maka laporan Aisha diterima dan kasus ini akan diselidiki. Ansel membuang udara lega. 'Baguslah, saat ini aku terbebas dari tuduhan. Sisanya tinggal aku serahkan pada kepolisian. Aku yakin kejahatan Evan akan segera terkuak!' Kini, Ansel menjenguk ayahnya yang masih berada dalam perawatan serta pengawasan. "Ansel baru tahu kalau papa punya rekan yang berpropesi sebagai polisi dengan jabatan tinggi, papa tidak pernah mengatakannya pada Ansel," kekehnya. Adhitia menarik senyuman bersama beberapa kalimat yang tidak dapat dimengerti oleh Ansel, tetapi pria ini yakin jika Adhitia sedang menyah

    Last Updated : 2024-02-26
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 70

    "Naima memang wanita seperti itu. Dia wanita baik-baik yang berasal dari keluarga yang baik. Jadi rasanya sangat tidak mungkin jika Naima berkawan dengan orang-orang yang berkebalikan dengan dirinya." Embusan udara panjang dibuang. "Hanya saja mengapa bawahanku bisa tiba-tiba mengatakannya jika memang tidak melihat Naima dalam keadaan seperti itu." Tawa kegelian Reza. "Aku yakin bawahanmu salah lihat. Dia memang tidak salah melaporkan tentang Naima, tapi sepertinya orang yang dilihatnya bukan Naima." Ansel mencoba menutupi kenyataan tentang wanita yang sejak tadi menjadi bahan obrolannya dan Evan, kemudian mengajukan pertanyaan penting, "Apa bawahanmu mengirimkan foto?" "Tidak karena saat itu kami sedang berkomunikasi lewat telepon, tapi tiba-tiba bawahanku mengalihkan pembicaraan pada Naima hanya saja dia bilang Naima berlalu sangat cepat dan singkat maka tidak sempat memfotonya ataupun mengalihkan panggilan menjadi video call." Ansel tidak ingin hal ini berlarut-larut apalagi ber

    Last Updated : 2024-02-27
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 71

    Aisha dan sekretaris Evan sudah berhadapan, wanita berpakaian formal ini menyambut hangat si wanita, "Selamat siang Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" Sikap ramah penuh hormat menyertai. 'Saya membutuhkan banyak informasi tentang perusahaan. Pasti kau tahu banyak hal!' Ingin sekali mengatakan hal ini secara langsung, tetapi itu tidak mungkin karena jika kalimat ini dilontarkan maka orang luar akan menebak-nebak yang terjadi pada keluarganya. "Bagaimana keadaan perusahaan? Saya diperintah papa untuk mengunjungi lapangan secara langsung." Kalimatnya disampaikan penuh wibawa, pun Aisha mengganti kalimatnya agar lebih elegan."Senang mendapatkan kunjungan dari Nyonya." Wanita ini selalu bersikap penuh hormat apalagi di hdapannya kini adalah putri dari pemilik perusahaan. Sebuah kertas disodorkan. "Sebenarnya perusahaan baik-baik saja karena selalu memiliki peningkatan yang pesat, tetapi akhir-akhir ini terdapat pengurangan dana." "Pengurangan dana?" Dahi Aisha berkerut heran. Segera, ke

    Last Updated : 2024-02-29
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 72

    Ansel barusaja membuka email yang dikirimkan Aisha. "Kenapa Aisha bisa mengirimkan data-data parusahaan. Apa Aisha sedang di perusahaan papa!" Seharusnya Ansel merasa puas dengan kemajuan Aisha saat ini karena informasi yang diberikan adiknya sangat penting, tetapi nyatanya pria ini mengkhawatirkan adiknya yang sedang berada di dalam lingkungan berhaya. [Kakak sudah menerima semuanya. Pulanglah!] Perintah tegas ini dikirimkan lewat email karena hanya ini satu-satunya alat komunikasi Aisha saat ini. "Syukurlah kakak sudah mendapatkan semua data yang Aisha kirim." Embusan udara lega dihembus Aisha, tetapi wanita ini belum bisa meninggalkan perusahaan karena dia masih mengunduh data penting lainnya. Namun, terbesit sebuah ide gila. 'Apa lebih baik laptop ini aku bawa saja?'Aisha segera menutup laptopnya setelah selesai mengunduh data. Benda itu dikantongi, tetapi sekretaris segera berkata santun, "Mohon maaf Nyonya, jika sudah selesai laptopnya dikembalikan saja ke tempatnya karena itu

    Last Updated : 2024-03-02
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 73

    Aisha menggambar wajah penuh rasa takut karena mungkin Evan akan menyakitinya secara fisik, tetapi ternyata bayangannya sangat berkebalikan dengan kenyataan karena Evan segera menunjukan wajah sendu setelah menggambar ekspresi berang. "Sayang, apa kau tidak pernah mencintaiku?" Saat ini Aisha sedikit menurunkan rasa gugupnya, tetapi rasa takut tetap berlipat ganda. "Jangan menanyakan hal bodoh." Suaranya sedikit bergetar karena bibirnya bergetar ketakutan. Evan segera memegangi pelipisnya, kemudian mendesah panjang yang terdengar sangat lirih. Lalu kembali menatap Aisha. "Kita bersama karena dijodohkan, tetapi bukankah sudah banyak hal yang kita lakukan bersama. Apakah kamu tidak pernah menganggap satu saja moment kebersamaan kita sebagai hal spesial?" Suara serta tatapan Evan seolah sangat tersakiti, tetapi Aisha tidak luluh sama sekali karena ini adalah kebiasaan suaminya. Aisha tidak memberikan jawaban apapun bahkan dengan sengaja tatapannya dialihkan ke arah lain. Intinya dia

    Last Updated : 2024-03-02
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 74

    Makan malam Evan dan Aisha bersama banyak menu, seolah pria ini menyambut kembalinya sang istri dengan suka cita padahal ini hanya termasuk basa-basi saja. "Sayang, makan yang banyak. Sudah cukup lama kamu meninggalkan rumah, sudah beberapa hari juga kamu tinggal dengan Ansel yang kehidupannya pas-pasan, aku rasa di sana kamu tidak bisa memakan banyak hal, hanya seadanya." 'Manusia iblis. Kehidupan kakak begitu karena kamu!' Aisha tidak menanggapi, wajahnya sangat tenang dan datar. Evan tidak ingin keberadaannya diabaikan, maka dengan sengaja menaruh sebuah teman makan di piring milik Aisha. "Cobalah menu favoritku ini, aku belum pernah memakannya sekali pun." Senyuman dipasang sangat lembut. Saat ini Aisha masih bergeming, enggan meladeni suami psikopatnya. 'Tuhan, kapan kehidupan kami membaik. Harus sampai kapan kami seperti ini, mengapa kau memberikan kehidupan seperti ini pada kami? Jika kami berdosa, kami harap dosa ini segera habis dengan jalan penderitaan yang kami hadapi.'

    Last Updated : 2024-03-03
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 75

    Aisha dibuat menganga saat melihat garis dua yang ditunggunya selama beberapa detik saja. "Tidak!" Kini satu tangannya menangkup mulutnya yang menganga, yang seolah ingin mejerit sekencangnya karena hasilnya sangat mengecewakan. Ini adalah salah satu hal buruk yang tidak pernah diharapkannya. Tetesan air mata mengalir begitu saja hingga membasahi pipinya yang kemerahan. "Kenapa kamu harus hadir. Kamu anaknya Evan. Aku tidak menginginkan kamu ...," rintihan Aisha sangat membatin karena seorang manusia yang hadir di rahimnya adalah keturunan orang jahat, tetapi di sisi lain manusia ini juga adalah darah dagingnya, "Sayang ...," panggilan Evan kembali mengudara sangat lembut, tetapi pria ini tidak pernah ingin membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci, "bagaimana hasilnya, kamu sudah melihatnya?" pertanyaan lembutnya. Aisha terisak hingga Evan mampu mendengarnya dari balik pintu, saat inilah pintu kamar mandi dibukanya untuk memeriksa Aisha yang sejak tadi ditunggunya. "Sayang. Ada

    Last Updated : 2024-03-03

Latest chapter

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 96. End

    Hari berganti, Ansel masih belum kembali dan saat ini Alea mulai menangis tersedu, tetapi untungnya Rina tetap di sisinya dan wanita ini juga yang membantu menenangkan ibu satu anak ini. Namun, kebaikan Rina tidak membuat Ansel kembali. Lelaki itu menghilang hingga satu minggu lamanya. Setiap hari Alea dan Aisha mencoba mencari tanpa melibatkan polisi karena mereka yakin hilangnya Ansel karena perbuatan Evan. Namun, hingga saat ini Aisha tidak menemukan bukti kecurigaannya. Tidak mudah untuk Alea menjalani kehidupannya selama satu minggu ini, Ocean sering menangis dan Alea tidak bisa fokus pada apapun. Jika saya Rina tidak di sisinya mungkin saat ini Alea sudah mendekati kehancurannya. Hari ini, Rina tidak tahan melihat Alea menderita. Maka, dia menghubungi Reza untuk mencari tahu keberadaan Ansel. Wanita ini yakin Reza bisa membantu karena Alea sudah melarangnya melaporkan hilangnya Ansel pada polisi. Sementara, saat ini Ansel disekap oleh Evan. Ya, pelakunya memang Evan. Sudah s

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 95

    Ansel menemui hari sialnya lagi karena akibat tindakannya dia disandera oleh Evan tanpa sepengetahuan Alea maupun Aisha. Jadi seakan-seakan Ansel menghilang tanpa jejak. Pada pagi ini Alea menunggu suaminya pulang, tapi hingga pukul sembilan dia tidak mendapatkan kabar apa pun. Alea menemui Rina untuk meminta bantuan menghubungi Ansel, tetapi nomor suaminya tidak aktif. "Ansel kemana dan kenapa nomornya tidak aktif, apa menemui Aisha?" Alea khawatir, hanya saja dia tidak ingin memikirkan hal aneh.Alea kembali ke rumahnya, di pangkuannya Ocean merengek padahal anaknya sudah diberikan susu. "Kenapa sayang ...." Lembutnya saat membelai pipi Ocean.Alea tetap melakukan kegiatan seperti biasanya, tetapi Ansel masih belum kembali bahkan ketika matahari sudah berada di puncak langit. Rengekan Ocean hanya berhenti sesaat, sejak pagi-pagi bayi itu terus merengek dan tidak pernah tidur nyenyak. "Nak, kenapa ..., jangan seperti ini ..., papa belum pulang dan tidak bisa dihubungi, mama khawatir

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 94

    Ansel tertangkap sebelum pria ini menemukan hal penting, maka bawahan yang ditugaskan Evan membawanya secara halus ke hadapan Evan supaya kedok tuannya tidak terbongkar di hadapan para karyawan.Saat ini Evan bertepuk tangan di hadapan Ansel yang berdiri geram. "Kakak ipar, kau memang hebat, kau bisa menebak keberadaan surat-surat penting milikku. Tapi ... aku yakin kau belum menemukan apapun karena tidak semudah itu. Aku sudah menyimpannya sangat rapat dan sulit dijangkau." Sunggingan bibir Evan mengudara sangat menyebalkan di dalam indera penglihatan Ansel. Saat ini Ansel tidak berkata apapun, arah matanya hanya selalu mengikuti gerakan Evan tanpa pernah berkedip sama sekali, bahkan bola matanya hanya berisi api yang siap membakar Evav."Jangan marah. Santai saja. Kakak ipar tidak boleh terlalu tegang karena memiliki anak dan istri yang harus dicukupi. Hm ... apakah rumah sekecil itu tidak membuat kalian pengap heuh? Rasanya untuk bernapas saja terlalu sulit," hina Evan bersama sun

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 93

    Jumlah kunci yang dimiliki satpam tidak sama dengan sebelum Ansel meninggalkan gedung ini, maka pria ini semakin yakin jika surat-surat penting milik Adithia disimpan di dalam salah satu ruangan di gedung ini. Setelah mencari tahu akhirnya Ansel menemukan satu ruangan yang tidak memiliki kunci. Dia berdiri tepat di depan pintu, ruangan ini memang terisolasi karena pernah terjadi hal tidak diinginkan. Ruangan ini tidak pernah disukai para karyawan karen lokasinya terlalu tinggi hingga mereka mengeluhkan jarak dengan lobby utama. "Ck, apa dugaanku benar. Kau menyimpan semua surat penting milik papa di tempat ini, tempat yang dibenci semua orang? Ya, memang masuk akal jika kau menyimpannya di sini karena tidak ada yang berniat memasuki ruangan ini!" Ansel selalu berhasil membaca isi kepala Evan yang dipenuhi dengan hal-hal licik. Begitupun dengan yang ini, ini mudah untuknya. Namun, apakah dugaannya benar?Ansel tidak memiliki kunci untuk ruangan ini karena salah satu kunci yang berkura

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 92

    Alea berwajah sendu ketika kembali masuk ke dalam rumah hingga menimbulkan pertanyaan besar dari Ansel sekalian merangkul istrinya, "Sayang, ada apa hm ...." Usapan lembutnya segera membelai punggung Alea.Alea tersedu di dalam pelukan Ansel, tetapi segera mengadukan isi hatinya, "Aku mengingat cerita ibu panti tentang asal-usulku karena tadi bu Rina bercerita tentang anaknya yang hilang."Rangkulan Ansel semakin dalam setelah mendengar kalimat sendu istrinya. "Tidak apa, itu hanya kebetulan ...." Usapan lembut di punggung Alea tidak berhenti bahkan semakin sering membelai penuh kasih sayang, tidak lupa mengecup puncak kepala sang istri. Setelah berhasil menenangkan diri, Alea melepaskan diri dari pelukan Ansel, kemudian segera membahas Deon. "Bukan teman kamu yang akan menyewa rumah, tapi saudaranya." Tatapannya masih berkaca, tetapi Alea berusaha menyampaikannya dengan benar hingga membuat Ansel mengusap salah satu pipi istrinya bersama senyuman hangat penuh cinta."Aku sudah mende

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 91

    Rina merasa harus menjelaskan tentang keluarga Ansel karena di matanya keluarga Ansel adalah contoh baik dan patut mendapatkan pujian juga patut menjadi gambaran positif untuk calon penyewanya. Ibu jarinya mengarah pada kediaman Ansel. "Ini rumah keluarga nak Ansel dan nak Alea, mereka sudah memiliki seorang bayi. Kalau ada perlu apa-apa jika memang malas ke rumah ibu, nak Deon biasa mengunjungi nak Ansel dan nak Alea, keduanya sangat ramah," tutur Rina dengan sikap ramah serta raut wajah memuji-muji kedua orang yang berada dalam ceritanya. "Iya. Eu ..., tapi sebenarnya saya sedang mencarikan kontrakan untuk saudara saya karena kebetulan dia mendapatkan pekerjaan di dekat daerah sini," kekeh kecil Deon. "Kalau begitu, Nak Deon jelaskan saja yang baru saja ibu jelaskan pada saudaranya Nak Deon. Intinya lingkungan di sini sangat nyaman karena salah satu alasannya para tetangganya yang baik hati," kekeh merdu Rina kala sedikit berdusta karena hanya beberapa saja dari banyaknya warga ya

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 90

    “Sayang, makanlah.” Untuk ke sekian kalinya Evan menawarkan bubur hasil buatannya sendiri.Aisha terpaku sesaat mentap semangkuk bubur yang berhasil menggugah seleranya, tetapi dia masih menolak, “Aku belum lapar. Aku akan makan buah-buahan.” Buah apel utuh segera diraih padahal di atas meja makan sudah tersedia buah apel yang sudah dikupas.Evan tidak menunjukan emosi, tetapi hanya senyuman hangat. “Makanlah buahnya.” Kini, Evan berhenti menawarkan bubur pada Aisha, tetapi berpesan pada bibi untuk mengganti bubur yang baru saat Aisha menginginkannya karena dia membuat satu panci bubur.‘Tenanglah, jangan mengacau!’ omelan Aisha pada bayinya yang masih menginginkan bubur yang berada di hadapannya. Buah apel utuh mulai digigit dengan gigitan kecil, tetapi Evan segera meraih buah yang baru lalu mengirisnya di hadapan Aisha.“Jangan memakan buah apel dengan cara seperti itu, makan yang ini saja.” Senyuman teduh Evan tampak sangat ramah dan dipenuhi kasih sayang, tetapi tidak mungkin Aish

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 89

    Pada pagi hari, Evan menyiapkan sebuah bubur yang sengaja dibawanya pada Aisha. "Selamat pagi, Sayang." Senyuman lembut diumbar saat istrinya baru saja membuka mata. Tentu saja dahi wanita ini berkerut saat menyaksikan pemandangan asing di hadapannya karena tidak biasanya Evan mengucapkan sapaan. "Ada apa. Apa kamu sudah di sana sejak tadi?" tanya Aisha alih-alih membalas sapaan hangat Evan."Lumayan. Aku menunggu kamu, kamu tidur sangat lelap." Senyuman lembut kembali diumbar."Oh ...." Datar Aisha yang segera mendudukan dirinya. Setelah ini tidak sedikit pun dia memandang Evan. Namun, Evan berkata sangat lembut, "Aku baru saja membuatkan bubur untukmu dan bayi kita." Aisha segera melirik pada bubur yang dimaksud Evan, kemudian mengajukan pertanyaan dengan raut wajah heran, "Kamu yang membuat ini?" Evan mengangguk kecil, kemudian menurunkan tatapannya sesaat lalu berkata seiring memasang tatapan sendu. "Aku belum pernah membuatkan apapun untukmu, terutama untuk anak kita. Walaupu

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 88

    Evan baru saja menyadari jika Aisha membiarkan menunya. "Sayang. kenapa belum makan. Ingin aku suapi?" tawaran lembut dan penuh perhatian ini sudah sewajarnya dilakukan oleh seorang suami, tetapi tentu saja yang dilakukannya hanya berbasa-basi."Aku belum lapar." Dingin dan datar Aisha. Dahi Evan segera berkerut heran, "Tidak mungkin belum lapar. Ada bayi di perutmu, yang aku tahu seorang wanita hamil akan mudah merasa lapar." Pun, sikapnya yang ini adalah sikap wajar seorang suami, tetapi maksud kalimatnya hanya ingin memastikan jika Aisha memberikan makan bayi dalam kandungannya supaya tumbuh dan berkembang normal. Evan tidak ingin mengambil resiko bayinya keguguran apalagi terlahir cacat, itu memalukan."Aku sudah banyak memakan camilan. Aku akan makan makanan berat setelah merasa lapar." Lagi, sikap Aisha sangat dingin dan datar maka wanita ini tidak mencitrakan seorang istri sama sekali yang mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman pada orang yang tidak mengetahui kisah keduanya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status