Share

37. Satu Jurus Lagi

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-18 17:05:22
Kevin dan pedangnya... telah menyatu. Seperti kabut yang menjadi bagian dari udara, seperti nyala yang menyatu dengan api. Tak terlihat, namun terasa—mengerikan dan pasti.

Dan kemudian—

“HEAVEN-SUNDERING FLASH!!”

Suara itu meledak dari langit, seperti tiupan sangkakala yang menggetarkan bintang-bintang. Cahaya turun dari atas, bukan sekadar terang—tapi terang yang menyayat. Sebilah pedang ilahi menyayat langit, turun bagaikan kilatan meteor surgawi yang hendak memisahkan dunia dari langit.

Varion mendongak. Matanya membelalak.

Terlambat.

Formasi lotus mulai retak—retakan kecil, lalu menjalar, membelah, menghancurkan. Satu demi satu, lapisan perisai spiritualnya runtuh seperti kaca diserang badai bintang.

“Tidak—!” seru Varion, mengangkat tombaknya.

Tapi kekuatan itu… terlalu besar.

Tubuhnya terpental seperti boneka, terdorong puluhan meter ke belakang. Tumitnya menggores lantai arena, menciptakan parit mendalam yang menyala dengan percikan api spiritual. Setiap gesekan membakar tanah s
Zhu Phi

Bab Utama : 2/2 Selesai Bab Bonus : 1/2 Bab Extra : 0/1 Author akan memberikan Bab Extra di hari libur Nasional ...

| 2
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   38. Jurus Terakhir Mahadewa Pedang

    Langit seketika berubah kelam. Bukan hanya gelap—tetapi gelap yang padat, seperti tinta ilahi tumpah menutupi kanvas dunia. Tak ada gerakan. Tak ada bisikan angin. Bahkan suara dedaunan, langkah semut, dan bisikan roh pun… lenyap.Segalanya membeku, terhenti dalam satu detik yang terlalu panjang untuk disebut waktu.Hanya satu bunyi yang tetap bertahan. Detak jantung.Detak jantung Kevin.Suara itu terdengar jelas—menggema, menggetarkan dada setiap makhluk yang menyaksikannya. Seperti dentang lonceng perang surgawi, membangkitkan rasa gentar dan takjub sekaligus. Bum… bum… bum… tiap detaknya mengandung kekuatan yang bisa membangunkan roh para leluhur atau menjatuhkan para dewa.Kevin berdiri tak bergerak. Ia menatap ke depan—mata yang dulu bersinar kini berubah menjadi galaksi kecil yang menyala, seperti ada bintang yang terbakar hidup-hidup di dalam tatapannya.Dengan suara rendah namun bergema hingga ke dasar jiwa, ia berucap:“Ini akhir dari segalanya …”Nafasnya tenang. Tapi tiap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   39. Kekalahan Telak Varion

    “AAAAARRRGGHHH!!”Jeritan Varion melesat ke langit seperti kilat yang menusuk jantung semesta. Suaranya memecah udara, memantul di antara dinding langit spiritual yang bergemuruh, mengguncang pilar-pilar cahaya surgawi yang berdiri rapuh di kejauhan.Tubuhnya terlempar seperti meteor liar, membelah angkasa dengan jejak api spiritual yang berkelip-kelip. Dalam sekejap, ia menghantam dinding batu surgawi—benteng yang bahkan waktu segan menyentuhnya. Ledakannya mengguncang dimensi itu, memicu runtuhan dahsyat. Pilar-pilar suci hancur tak bersisa, beterbangan seperti debu emas diterjang badai. Dentuman itu menggema panjang, lalu perlahan menghilang, digantikan keheningan yang nyaris tak wajar.Tanah tempat Varion jatuh membentuk kawah dalam—sebuah bunga lotus terbalik, seolah-olah alam sendiri mengejek ironi. Ia, sang penerus teknik Lotus Spiritual, kini menjadi puing di tengah simbolnya sendiri.Partikel-partikel debu spiritual melayang di udara, mengambang lembut dalam cahaya senja yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   40. Clara Vesper

    “Kevin…”Suara itu datang pelan, nyaris terbisik di antara desir angin pagi yang menyisir puing-puing dan noda darah di tanah yang masih hangat oleh amarah. Suara itu tak lantang, tapi menusuk—menembus dinding waktu dan luka, langsung ke dalam relung hatinya yang paling dalam. Hanya satu suara yang bisa mengguncang hatinya sedemikian rupa, meski tahun-tahun telah berlalu dan dunia telah berubah menjadi tempat yang asing dan kejam.Tubuh Kevin bergeming sejenak. Seperti patung batu yang mulai retak, ia perlahan memutar tubuhnya. Gerakannya kaku, tertahan oleh nyeri yang menyayat dari luka-luka dalam. Darah merembes dari sudut bibirnya, menelusuri dagu, lalu menetes di atas tanah yang menghitam. Napasnya berat, berembus kasar seperti desah badai yang kehilangan arah.Dan di sana, hanya beberapa langkah dari bayangan tubuhnya yang nyaris roboh, berdirilah seseorang yang terlalu familiar untuk disebut asing.Clara Vesper.Namanya membentur benaknya seperti gema dari masa lalu yang tak pern

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   41. Kejutan Tak Terduga

    Angin pagi bertiup lebih keras, membawa aroma logam darah dan tanah yang basah oleh penderitaan. Di balik langit yang mulai mendung, cahaya matahari pagi meredup, seperti malu-malu untuk menatap dunia.Kevin memandang langit yang tak lagi bersahabat, lalu menatap Clara. Matanya melembut, untuk pertama kalinya hari itu.“Aku tak akan membiarkan mereka menyakitimu, Clara. Aku janji. Dari dasar lubuk hatiku yang terdalam… aku belum pernah melupakanmu.”Clara menatap Kevin dengan tatapan penuh kasih sayang sambil tersenyum. Selama ini, ia juga tidak pernah tertarik dengan pria lain dan berharap suatu saat Kevin akan kembali.“Aku tahu, Kev… apa kamu mau mengunjungi makam Paman dan Bibi?” tanya Clara tiba-tiba, suaranya pelan, seperti ragu apakah pertanyaan itu pantas diucapkan saat ini.Kevin terdiam. Napasnya tercekat. Tubuhnya mendadak bergetar hebat, seolah hantaman petir baru saja menyambar dari dalam dadanya.“Apa… apa yang kamu katakan barusan?” bisiknya, matanya membelalak tak perca

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   42. Sekte Ular Hitam

    Langkah Kevin terasa berat saat ia menyusuri jalur setapak yang membelah hutan kecil di pinggiran Nagapolis. Clara berjalan di sampingnya, sesekali melirik ke arahnya dengan cemas. Udara sore terasa dingin, menyimpan aroma dedaunan basah dan tanah yang mulai lembap oleh kabut senja.Di ujung jalan, dua batu nisan sederhana berdiri berdampingan. Tak ada ukiran mewah atau pelita spiritual. Hanya semak-semak liar yang tumbuh di sekeliling, dan sebuket bunga liar yang sudah mulai layu. Namun justru kesederhanaan itu yang mencabik dada Kevin lebih dalam.Ia jatuh berlutut di depan makam itu, tak peduli pada debu yang mengotori bajunya yang lusuh. Tangannya bergetar saat menyentuh tanah di depan nisan bertuliskan:"Drakenis Aethron & Elenia — Cahaya Paviliun yang Telah Padam.""Ayah… Ibu…" gumamnya lirih. Air matanya jatuh satu per satu, membasahi tanah yang dingin. "Maafkan aku… aku tak bisa melindungi kalian..."Clara berdiri tak jauh darinya, tangan di dada, menahan isak yang nyaris pecah

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   43. Kekuatan Tersembunyi

    Aura kematian menebal di udara, menggelayut seperti kabut kelabu yang menyesakkan dada. Tanah di bawah kaki bergetar pelan, mengirimkan getaran gelisah hingga ke akar pepohonan tua. Daun-daun gugur berputar liar di udara, seolah ikut panik, seolah alam pun sadar akan malapetaka yang sebentar lagi meledak. Udara menjadi dingin, bukan karena cuaca, tapi karena kehadiran beberapa sosok berjubah hitam yang kini mengepung Kevin seperti bayangan kematian yang tak mengenal ampun.Di antara mereka, Vaelen, pemimpin dari kelompok itu, menyeringai lebar—sebuah senyum yang lebih mirip cemoohan yang dibalut kebencian. Namun senyumnya hanya bertahan sebentar, karena segera berganti menjadi ekspresi haus darah yang liar dan gila."Hancurkan dia!" teriak Vaelen, suaranya tajam, membelah kesunyian seperti cambuk petir.Dua anak buahnya tak menunggu aba-aba kedua. Mereka melesat ke depan seperti bayangan tanpa bentuk—gerakan mereka nyaris tak bersuara, hanya menyisakan desir angin tajam yang memotong d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   44. Melawan Vaelen

    Kevin menegakkan tubuhnya perlahan. Tangan kanannya terangkat, jari-jarinya bergerak cepat membentuk segel kuno yang rumit, seperti menggambar mantra di udara. Energi hitam dan cahaya kemerahan mulai berputar di telapak tangannya, menciptakan suara dengung yang dalam dan bergema.“Demon Strike Sword!”Sebuah pedang berwarna hitam kemerahan terwujud di tangannya—panas dan berdenyut seperti jantung makhluk hidup. Permukaannya diliputi kilatan energi gelap yang mendesis tiap kali disentuh oleh udara. Itu bukan Pedang Dewa Ilahi, yang kekuatannya masih dalam masa pemulihan. Ini adalah pedang yang memanggil sisi tergelap dari Kevin—senjata dari kehendak iblis yang ia kendalikan dengan sisa kehendak manusia.Cambuk Vaelen meluncur ganas, ujungnya berdesir dan mendesis, siap melilit tubuh Kevin dan mencabiknya menjadi potongan-potongan kecil. Namun sebelum sempat menyentuh kulitnya...WUSSSHHH!!!Kevin mengayunkan Demon Strike Sword dengan kekuatan penuh. Udara seolah terbelah, dan cambuk itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   45. Inti Naga Drakenis

    Malam telah melahap seluruh cakrawala, menyisakan langit kelam yang digelayuti awan tebal. Hujan gerimis baru saja reda saat Clara menyeret tubuh Kevin yang limbung menembus semak belukar dan akar-akar pohon yang menjulur liar. Nafasnya memburu, tubuhnya basah oleh peluh dan lumpur, namun tekad di matanya tak goyah.Akhirnya, di balik dinding hutan yang lebat dan gelap, tampaklah sebuah pondok kayu tua yang nyaris menyatu dengan alam sekitarnya. Ranting menjulur seperti tangan-tangan tua yang menjaga, sementara lumut hijau menutupi sebagian besar dinding dan atap jeraminya. Tempat itu pernah menjadi rahasia keluarga, dibangun oleh ayah Clara jauh dari jangkauan dunia luar—sebuah persembunyian bagi yang luka dan tersesat.Begitu pintu bambu berderit terbuka, kehangatan dari cahaya lilin spiritual menyambut mereka, memantulkan bayangan menari di dinding yang penuh anyaman. Aroma lavender yang menyegarkan bercampur dengan kayu manis yang menguar dari dupa menyusup lembut ke indera pencium

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   70. Dewa Pembantai

    KRRAAAK!!Suara mengerikan terdengar saat formasi raksasa itu mulai retak. Garis-garis merah membelah rune-rune suci, seperti es yang pecah di musim semi. Dalam sekejap, formasi itu runtuh, meledak menjadi serpihan cahaya darah yang berhamburan dan lenyap ditelan kekosongan.Grand Rune Master Weng terhuyung mundur, tubuhnya seakan kehilangan kekuatan. Wajahnya yang biasanya tenang kini pucat seperti kertas, matanya membelalak ngeri menatap kehancuran yang baru saja terjadi.Namun Kevin tidak memberinya waktu untuk bernapas.Dengan gerakan halus, tubuh Kevin melesat ke depan—hanya sebuah bayangan hitam yang membelah jarak di antara mereka. Dalam sekejap, ia sudah berdiri tepat di hadapan Grand Rune Master Weng.Mata mereka bertemu. Milik Weng penuh ketakutan. Milik Kevin, kosong. Tak berperasaan.Kevin menatap dingin ke arah lawannya, lalu berbisik dengan suara datar, nyaris seperti gumaman, namun setiap katanya menusuk seperti bilah pedang."Aku tidak suka bertarung menggunakan jima

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   69. Jimat Rune Pembantaian Kuno

    Namun sebelum Kevin sempat melangkah maju, udara di medan pertempuran tiba-tiba menegang.Dari kerumunan yang berjarak, sebuah suara mengguntur, berat dan dipenuhi kekuatan yang menusuk hingga ke sumsum."Kevin Drakenis!"Grand Rune Master Weng melangkah maju, jubah panjangnya berkibar keras dihempas badai spiritual yang ia ciptakan. Tatapan matanya tajam seperti tombak kuno, membelah jarak di antara mereka. Suaranya mengandung gema keabadian, seolah dunia itu sendiri berhenti sejenak untuk mendengarkan.Di tangannya, ia mencengkeram sebuah jimat kuno—selembar kain tipis berwarna merah darah, penuh dengan rune-rune kuno yang berdenyut seperti nadi makhluk hidup. Cahaya merah menyala dari jimat itu, membentuk pusaran rune raksasa di udara."Atas nama Dao... kuhancurkan kau!" teriak Weng, suara amarah bercampur dengan hukum alam itu sendiri.BOOOM!Jimat itu meledak, menghamburkan ratusan sinyal kuno ke segala penjuru. Rune-rune tersebut melesat, berpadu, dan berputar membentuk segel ko

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   68. Iblis

    “Dasar Iblis!”Seruan itu meluncur keras dari bibir salah satu dari Tujuh Cultivator Pedang Sekte Pedang Langit. Suara itu penuh amarah, namun juga diliputi ketakutan.Udara di sekeliling mereka mendadak berubah. Panas. Tajam. Mencekam. Niat pedang mereka menyembur keluar, tak kasatmata namun terasa seperti ribuan jarum mencabik kulit. Setiap langkah maju mereka menggores langit, membentuk retakan-retakan halus berwarna biru di udara—seakan dimensi itu sendiri enggan menyentuh kekuatan mereka.Salah satu pemimpin mereka mengangkat pedang tinggi-tinggi, suaranya bergema seperti dentang baja:"Formasi Pedang Tujuh Langit!"Tujuh sosok melesat ke langit—secepat kilat, sepadu nyawa. Tubuh mereka membentuk formasi bintang berujung tujuh, dan di tengahnya, badai spiritual mengamuk. Udara menjadi berat. Tanah bergetar. Energi murni meledak ke segala penjuru.Tapi Kevin... hanya berdiri.Angin menggoyang rambutnya yang tergerai. Tatapannya tenang, terlalu tenang untuk seseorang yang hendak di

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   67. Monster

    “BUNUH DIA!!”Teriakan sang kapten pengawal meledak seperti cambuk petir di langit malam. Suaranya serak dan dipenuhi kemarahan, menggema hingga sudut-sudut aula megah yang kini penuh ketegangan.Tanpa perlu aba-aba kedua, derap kaki ratusan prajurit menggema serempak, seperti gelombang badai hitam yang bangkit dari kedalaman neraka. Pedang-pedang terhunus, mata mereka menyala oleh api perintah.Namun di tengah pusaran itu, Kevin berdiri...Diam.Tak bergeming, seperti patung dewa kuno yang menatap hina pada makhluk fana yang mencoba memberontak pada takdir. Matanya menyipit sedikit, penuh keheningan mematikan. Bukan tatapan manusia—melainkan penilaian dingin dari makhluk yang jauh lebih tinggi.Lalu... suara itu terdengar.Pelan.Lembut.Nyaris seperti bisikan yang menggelitik telinga, namun mampu menggetarkan jiwa siapapun yang mendengarnya.“Phantom Gods Blast.”Sepersekian detik kemudian, dunia terasa terhenti. Waktu seolah ditahan napasnya.Angin berhenti bergerak.Jantung para p

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   66. Para Penjilat Gubernur - II

    Tiba-tiba, suara derap langkah bergema keras, teratur seperti genderang perang yang dipukul serempak. Dari kedua sisi aula, pasukan pengawal Gubernur Adam Smith memasuki ruangan dengan formasi militer yang disiplin. Lantainya bergetar pelan setiap kali kaki mereka menghantam marmer, seakan kekuatan kolektif mereka mampu mengguncang fondasi gedung tua itu.Ratusan pria dan wanita berseragam hitam berlapis emas muncul dari balik pintu besar. Seragam mereka berkilat di bawah cahaya kristal gantung, dengan hiasan logam berbentuk naga membungkus helm mereka seperti penjaga legenda kuno. Di dada masing-masing, terpatri lambang mata merah menyala—simbol ketaatan mutlak dan ambisi yang membara. Sorot mata mereka tajam, tidak hanya menyoroti kesiapan bertempur, tapi juga hasrat untuk diakui. Mereka bukan hanya datang untuk bertarung... mereka datang untuk terlihat bertarung.Seorang kapten, dengan jubah sedikit lebih panjang dan emblem perak di bahunya, melangkah ke depan dan mengacungkan peda

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   65. Para Penjilat Gubernur - I

    Udara di dalam aula megah itu mendadak berubah—seakan suhu turun beberapa derajat dalam sekejap. Aroma rempah dari alat aroma terapi yang sebelumnya mendominasi ruangan kini tercampur dengan jejak tipis asap rokok yang menggantung di langit-langit, membentuk sulur-sulur samar yang belum sempat lenyap. Di tengah keremangan cahaya kristal gantung, Kevin berdiri tenang, sebatang rokok terselip di jarinya, abu di ujungnya bergetar ringan—seperti merespon ketegangan yang menggumpal di udara.Lalu... BRAAAK! Sebuah tekanan spiritual menghantam ruangan seperti gelombang tak terlihat, membuat udara seolah-olah membeku. Para tamu tersentak. Sebagian kehilangan keseimbangan, dan yang lain meremas dada, berusaha bernapas. Seolah-olah langit menggantung tepat di atas kepala mereka—berat, gelap, dan penuh ancaman.Tiba-tiba, dari balik pilar-pilar marmer putih, kilatan cahaya menusuk udara. Secepat kilat, tujuh sosok muncul dalam lompatan nyaris tak terlihat mata biasa. Jubah panjang mereka berkib

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   64. Pemuda Tak Tahu Diri

    Di dalam aula mewah yang dikelilingi lampu kristal berkilauan dan aroma wine mahal yang menguar lembut di udara, Gubernur Adam Smith duduk dengan santai di singgasananya yang megah. Matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan, namun sedikit pun tak menunjukkan keterkejutannya saat Kevin Drakenis masuk ke dalam aula pesta dan menghinanya.Asistennya, seorang wanita berjas putih dengan tablet di tangan, telah menunjukkan video viral yang menampilkan pria itu—Kevin Drakenis, sosok misterius yang mengendarai peti mati spiritual di tengah Kota Godam. Adam mengangguk pelan kala itu, sambil menyesap anggur merahnya.Kini, ia memandangi Kevin dari singgasananya, menilai dengan penuh minat, lalu berdiri. Dengan suara berat yang bergema ke seluruh ruangan, ia berkata sambil membuka kedua tangannya lebar, "Kau datang juga akhirnya. Keberanianmu patut dipuji! Aku memang selalu menyukai anak muda yang tangguh dan punya nyali besar!"Ia melangkah turun, mendekati Kevin. Para tamu menahan napas."Apa

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   63. Selamat Ulang Tahun, Gubernur!

    Hening berubah menjadi gelombang riuh."Apa?! Peti mati?"“Gila! Itu penghinaan! Apa Paviliun Drakenis sudah bosan hidup?”“Bukankah mereka sudah musnah lima tahun lalu?”Kerumunan mulai berdesis dan mengerutkan kening, mencari siapa yang berani menyebut nama itu—nama yang seharusnya sudah terkubur dalam sejarah berdarah.Lalu, perlahan, sebuah bayangan muncul dari balik gerbang utama. Peti mati hitam berukir pola naga terkutuk melayang anggun di udara, mengeluarkan aura dingin yang membuat suhu ruangan turun beberapa derajat. Di atasnya berdiri seorang pemuda berjubah putih, tubuhnya tegak, langkahnya tenang bagai tak tersentuh tekanan ratusan pasang mata yang menatap tajam.Wajah-wajah para tamu berubah pucat, sebagian bahkan mundur setapak, seolah keberadaan pemuda itu adalah racun yang bisa meledak kapan saja. Namun pemuda itu tidak menunjukkan ketegangan sedikit pun. Dengan santai, ia mengambil sebungkus rokok dari dalam jubahnya, menyalakan sebatang, lalu menghembuskan asap ke la

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   62. Hadiah Untuk Gubernur

    Halaman depan kediaman Gubernur Adam Smith malam itu bagaikan lautan manusia. Lentera kristal tergantung di sepanjang jalan masuk, memancarkan cahaya keemasan yang menari-nari di permukaan marmer putih, memantulkan siluet para tamu berpakaian mewah. Aroma dupa kayu cendana dan bunga kastuba bercampur dalam udara malam, menambah suasana sakral dan megah.Di tengah keramaian, para petinggi kota dan pemimpin paviliun berdiri berbaris dengan wajah penuh senyum dan tangan memegang kotak persembahan. Mereka tidak hanya datang untuk merayakan ulang tahun Gubernur yang ke-55, tetapi juga berlomba-lomba menunjukkan loyalitas dan mencari restu dari orang paling berpengaruh di Provinsi Xandaria.Desiran bisik-bisik terdengar dari paviliun-paviliun kecil yang berdiri di bawah tenda-tenda bermotif naga dan burung phoenix. Meskipun mereka tahu posisi mereka jauh di bawah nama-nama besar seperti Paviliun Caraxis—yang reputasinya musnah hanya dalam satu hari oleh tangan dingin Kevin Drakenis—namun mer

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status