Sementera itu di tempat lain, terlihat seekor kucing yang sedang berteduh di teras rumah seseorang.
“Pergi dari sini! Dasar kucing sialan.” Teriak seorang wanita paruh baya mengusir kucing yang berteduh di depan teras rumahnya karena kesal dan takut kalau kucing itu mencuri makanan.Kucing yang terkejut itu segera meloncat dan berlari kencang menerjang derasnya hujan di malam hari sambil mengomel dalam hati, “Dasar wanita pelit, cuma numpang berteduh saja tidak boleh.”Bulu putihnya yang halus dan lembut kini basah kuyup terguyur air hujan. Dia mempercepat larinya menyusuri terotoar mencari tempat lain untuk berteduh. Matanya tertuju ke sebuah barber shop yang sudah tutup di seberang jalan.“Mungkin aku bisa berteduh di sana malam ini,” batinnya.Di depan pintu salon itu ada tempat untuk berteduh. Sesampainya di sana, dia segera menggetarkan badannya untuk mengeringkan bulunya yang basah. “Huu.. Dinginnya! Semoga aku bisa beristirahat di sini malam ini.”Namun, belum sempat dia beristirahat, sosok lelaki bertubuh tinggi keluar dari pintu barber shop dengan membawa sebuah karung. Tidak berselang lama kucing itu langsung diringkus dimasukan ke dalam karung kain.“Lumayan dapat mangsa baru,” ucap lelaki itu sambil menenteng karung yang berisi seekor kucing. Si kucing yang kaget langsung meronta-ronta, mencakar-cakar dari dalam karung. Usahanya tidak membuahkan hasil apa-apa. Cakarnya tidak bisa merobek karung itu.“Hei! Lepaskan aku! Aku mau dibawa kemana?” teriak si kucing. Namun yang terdengar oleh manusia hanya suara kucing yang mengeong.Tidak berselang lama, kucing berbulu putih itu dijebloskan ke dalam kurungan. Matanya mengamati keadaan sekitar. Rupanya dia tidak sendirian. Di tempat remang-remang itu, yang sepertinya ruang bawah tanah, banyak kucing yang juga dikurung di sana.“Tempat apa ini? Kenapa banyak kucing di barber shop?” tanya si kucing dalam hati dengan penuh rasa takut.Dia tidak tahu harus berbuat apa, ingin kabur namun tidak tahu caranya. Samar- samar terdengar suara benda tajam yang sedang diasah. Lalu terdengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Sosok bertubuh tinggi itu muncul lagi di depan kurungan si kucing.“Apa aku akan dibunuh? Tidak! Jangan! Tolong selamatkan aku!” teriak si kucing dengan suara mengeong yang semakin ketakutan.Nasib baik masih berpihak pada kucing itu. Lelaki bertubuh tinggi itu tidak mengambil dirinya tapi kucing yang ada di kurungan sebelahnya. Entah apa yang akan lelaki itu lakukan. Dia membawa seekor kucing yang baru saja diambil dengan kasarnya. Tidak lama setelah itu, terdengar suara raungan kucing yang kesakitan. Terdengar jelas kalau kucing itu disiksa. Kucing-kucing yang lain ikut meraung saling bersahutan. Tiba-tiba suara kucing yang disiksa itu lenyap. Dalam sekejap sekeliling tempat itu terasa sunyi.“Dia membunuhnya? Dia benar-benar membunuhnya.” Batin si kucing yang ketakutan dan gemetar.Si kucing berbulu putih yang baru saja tertangkap itu semakin ketakutan. Seperti terperangkap di sarang pembunuh sadis, kucing itu tidak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya berharap bisa segera kabur. Namun takdir berkata lain. Lelaki itu kini menghampiri dirinya. Giliran kucing itu tiba. Tanpa basa-basi dia digenggam erat di bagian lehernya. Kemudian dibawa ke sebuah ruangan dan langsung ditekan diatas meja oleh lelaki itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat bulu-bulu kucing terpajang di dinding ruangan itu. Di sebelahnya juga masih teregeletak mayat kucing yang baru saja disembelih. Darah masih berlumuran di meja tempat dia berada sekarang. Ketakutan dalam hatinya semakin bergejolak. Sekuat apapun dia memberontak, kekuatan lelaki itu bukan tandingan si kucing. Sekilas tampak kilauan pisau tajam melintas di depan matanya.“Oh Tuhan, nasib buruk apa lagi yang menimpaku ini? Apa aku akan benar-benar mati sekarang?” eluh si kucing dalam hatinya yang pasrah tidak tahu harus melawan.Lelaki itu begitu terpesona dengan keindahan bulu kucing yang saat ini akan dia bunuh. Bulunya putih bersih dan halus. Bahkan bulu kucing itu tampak berkilau seperti perak.“Pasti bulumu harganya mahal kalau di jual,” ucap lelaki yang saat ini bersiap menggorok leher si kucing.“Dijual? Apa maksudmu? Dasar psikopat!” teriak si kucing. Namun lelaki itu tidak menghiraukannya. Baginya suara kucing yang mengeong ketakutan sudah biasa.Saat lelaki itu hedak menggorok leher si kucing dengan pisaunya, dia terhenti tatkala melihat kalung indah di leher si kucing. Dia mengamatinya sejenak.“Apa ini barang berharga?” tanya lelaki itu pada dirinya sendiri.Saat ingin menarik kalung yang ada di leher si kucing. Tiba- tiba liontin kalung itu bersinar terang, sangat terang, sampai-sampai menyilaukan mata lelaki itu. Tangannya yang menekan tubuh si kucing, sontak menutup matanya untuk menghalangi kilauan cahaya itu.“Sialan! cahaya apa ini?” terika lelaki yang terkejut karena silau cahaya.Si kucing yag tersadar kalau dia tidak lagi dikekang langsung melarikan diri. Dia berlari sekencang-kencangnya mencari jalan keluar. Beruntungnya pintu keluar dari tempat itu tidak terkunci.Meski butuh sedikit usaha untuk membukanya, si kucing berhasil keluar dari tempat mengerikan itu. Larinya semakin dipercepat. Entah kemana dia akan pergi, yang penting dia bisa selamat.“Untung aku bisa melarikan diri. Kenapa ada psikopat gila seperti dia? Andai aku masih masih bertubuh manusia, pasti sudah ku laporkan dia ke polisi,” batin si kucing yang sangat jengkel dengan kegilaan lelaki yang baru saja menangkapnya.Hujan deras masih mengguyur kota itu. Setelah beberapa menit kucing itu berlari, tubuhnya mulai merasa letih. Kepalanya tertunduk dan langkahnya semakin lambat menyusuri terotoar yang sepi. Dia ingin segera menemukan tempat untuk beristirahat dan berteduh. Saat dia mengamati keadaan sekitar, sebuah halte bus mencuri perhatiannya.“Mungkin itu adalah satu-satunya tempat yang aman untukku saat ini,” pikir si kucing yang sudah kelelahan.Kucing itu segera berlari menuju halte itu. Di sana sepi tidak orang, sepertinya saat ini sudah lewat tengah malam. Dia meringkuk lesu di salah satu kursi halte. Pikirnnya melayang menyesali takdir yang dia alami saat ini. Dia sebenarnya adalah seorang gadis yang baru saja lulus dari falkutas kedokteran. Namun, karena sebuah kutukan, dia harus mejalani kehidupan sebagai seekor kucing.“Andai aku tidak menabrak kucing itu, mungkin aku tidak akan menerima kutukan ini. Aku tidak sengaja menabraknya. Kenapa aku harus dikutuk menjadi seekor kucing?” gerutu si kucing dalam lamunannya.Rasa lelahnya hampir membuatnya tertidur di halte. Namun, saat dia ingin memejamkan matanya, terdengar suara langkah seseorang. Dia langsung membuka matanya.“Apa psikopat itu berhasil mengejarku?” tanya si kucing dalam hati.Ternyata dugaannya salah saat seseorang tiba-tiba jatuh tepat di depannya. Bajunya berlumuran darah. Tubuh dan wajahnya penuh luka.“Tolong ... selamatkan aku!”“Tolong ... selamatkan aku!” rintih seorang lelaki yang sudah tidak berdaya. Suaranya terdengar lemah tidak bertenaga. Ternyata dia adalah Erwin.Dalam keadaan tergeletak, Erwin menatap kucing yang ada di sampingnya. Tatapannya layu, seakan tidak ada harapan hidup lagi untuknya. “Andai kucing ini bisa menyelamatkanku, akan ku jaga dia seumur hidupku,” batin Erwin yang sudah pasrah dengan nyawanya.Kedua bola mata Erwin masih menatap si kucing. Meski tidak mungkin kalau dia meminta tolong pada seekor kucing yang idak mengerti bahasa manusia. Namun, tidak ada mahluk selain kucing itu yang bisa dia mintai tolong. Dengan nada pasrah dan tanpa harap, bibirnya tergerak untuk mengatakan, “Tolong aku.” Sesaat kemudian, mata Erwin terpejam, kesadarannya pun hilang. Kucing berbulu putih yang ada di sebelahnya hanya bisa terdiam dan ketakutan menyaksikan pemandangan di depan matanya. Dia sadar kalau dirinya saat ini hanyalah seekor kucing biasa. “Orang ini ... kenapa bisa sampai terluka?” tan
“Ah entahlah! Kenapa aku harus mengurusi orang lain. Hidupku saja sekarang tidak karuan seperti ini. Tidak ada waktu untuk memikirkan orang lain. Aku harus segera terbebas dari kutukan sialan ini,” gerutu Renata dalam hati.Tidak berselang lama, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Pintu kamar terbuka perlahan. Dia melihat sosok lelaki bertubuh tinggi dan gagah serta berwajah tampan seperti aktor drama korea memasuki ruangan itu dengan membawa nampan berisi semangkuk susu. Perlahan lelaki mulai mendekati Renata yang masih terbaring di atas kasur.“Rupanya kamu sudah bangun, kucing manis,” ucap Erwin dengan nada suara lembut dan mengenakkan untuk didengar.“Dia ... dia pria yang waktu itu?” batin Renata, terkejut saat melihat sosok pria di depannya. “Bagaimana dia bisa kembali pulih tanpa luka sama sekali? Bukankah dia hampir mati saat itu? Apa dia juga yang membawaku ke sini? Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Renata pada dirinya sendiri. Rasa bingung bercampur heran meme
“Ada seseorang yang mengirim video ke ponselku. Di situ kamu terikat, kondisi kamu terluka berlumuran darah. Tapi sekarang keadaan kamu baik-baik saja. Bagaimana aku tidak bingung,” jelas Enola.“Aku paham sekarang. Sebenarnya aku juga masih bingung. Antara percaya dan tidak. Aku masih ingat saat aku disekap di sebuah gudang, dipukuli sampai aku hampir mati. Untungnya aku bisa melarikan diri,” ucap Erwin, menjelaskan kejadian yang dia alami.“Kenapa kamu bisa sampai disekap dan dipukuli?“Aku juga tidak tahu. Saat itu aku baru saja selesai menyelidiki rumah seorang teknisi perusahaan Alpha Tech yang menjadi korban pembunuhan di kota Echigo. Tiba-tiba seseorang memukulku dari belakang sampai aku pingsan.”“Lalu bagaimana kamu tidak terluka sama sekali seperti sekarang?” “Kamu percaya kalau aku diselamatkan seekor kucing?” ucap Erwin dengan nada datar karena tidak berharap kalau Enola langsung percaya.“Kucing? Kamu bercanda? Bagaimana mungkin?” ucap Enola yang semakin bingung dengan j
“Kita harus segera pergi dari sini,” ucap Erwin tergesa-gesa.“Ada apa,Win? Siapa mereka?” tanya Enola panik.“Aku juga tidak tahu. Mereka memakai seragam kebersihan apartemen ini. Tapi aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Intinya kita harus segera pergi,” ucap Erwin.“Tapi bagaimana kita akan pergi? Di depan pintu ada mereka,” tanya Enola yang bingung bagaimana mereka akan melarikan diri.Erwin tidak menjawab apa-apa. Dia sibuk mengemasi beberapa barang. Lalu dia mengambil seluruh uangnya di laci. Tidak lupa dia juga membawa senjata api berwarna perak miliknya. Sementara itu Enola yang masih panik hanya bisa terdiam melihat Erwin sambil menggendong si kucing putih. Sama halnya dengan Enola, Renata yang tidak tahu apa-apa juga dibuat bingung dengan keadaan saat ini.“Ya Tuhan! Ada apa lagi ini? Dari kemarin aku selalu mengalami hal yang tidak ku mengerti. Kedua orang ini seperti terlibat dalam masalah besar.” batin Renata yang merasa semakin cemas.Setelah Erwin merasa telah c
Secarik kertas itu berisi alamat seseorang. Di alamat itu tertulis nama Johny, salah satu teman Erwin yang tinggal di kota Echigo. “Kita harus segera kesana,” pinta orang yang menemukan kertas itu.Sementara itu, Erwin, Enola, dan Renata masih dalam perjalanan menuju ke kota Echigo. Erwin tampak fokus mengendarai mobilnya. Namun dalam pikirannya penuh dengan pertanyaan. Siapa kedua orang itu dan bagaimana seseorang bisa mengirim video saat dirinya terluka ke Enola. Dia masih belum menemukan jawabannya. Enola yang melihat raut wajah Erwin, paham kalau dia sedang memikirkan sesuatu.“Win, kamu lagi mikirin apa?” tanya Enola yang ingin tahu apa yang dipikirkan Erwin.“Keluargamu pasti saat ini sedang mencarimu,” ucap Erwin.“Aku tahu itu. Tapi aku tidak ingin kembali ke rumah, aku benar-benar tidak ingin kembali,” jawab Enola sambil menundukkan pandangannya.“Kenapa kamu harus kabur dari rumah? Kalau untuk mengetahui kabarku, bisa lewat telepon saja” tanya Erwin dengan tatapannya yang
“Eh.. Nana, kamu mau ngapain?” tanya Enola yang penasaran dengan tingkah Nana.“Apakah mungkin dia ingin menyembuhkan johny?” pikir Erwin yang teringat dengan kejadian saat dia bertemu dengan Renata.Renata perlahan mulai menyentuh tubuh Johny dan meminta kepada malaikat agar bisa menggunakan kalungnya untuk menolong orang sakit yang ada di depannya.“Win, apa yang sedang Nana lakukan?” tanya Enola pada Erwin sambil terus mengamati Renata.“Kita lihat saja,” jawab Erwin singkat yang juga penasaran apakah memang Renata kucing ajaib atau bukan.Tidak berselang lama, liontin Renata memancarkan cahaya terang yang sangat menyilaukan. Enola dan Erwin sampai harus menutup mata mereka karena cahaya yang menyilaukan dari liontin Renata.“Cahaya apa ini? Terang sekali. Nana... Apa yang kamu lakukan?” ucap Enola sambil menutup mata dengan tangannya.Sesaat kemudian, cahaya itu redup dan berangsur menghilang. Erwin dan Enola langsung membuka mata mereka. Betapa terkejutnya, saat mereka melihat wa
“Mereka datang, Win,” ucap Enola panik.“Mereka Siapa? Apa kalian lagi dikejar orang? Tanya Johny yang kebingungan dengan situasi saat ini.Saat mereka hendak keluar dari pintu kamar Johny, ternyata mereka sudah di hadang oleh dua orang lelaki berbadan besar. Kedua orang itu tidak lain adalah orang-orang yang mengobrak-abrik apartemen Erwin sebelumnya. “Kalian tidak akan bisa kabur kali ini,” ucap salah seorang lelaki yang menghadang Erwin dan teman-temannya.“Kita di sini hanya ingin menjeput Nona Enola, sebaiknya kalian jangan melawan, atau kalian akan menerima akibatnya,” ucap seorang yang lain dengan nada sombong.Enola yang masih menggendong Renata, tampak sangat ketakutan. Dia bersembunyi di balik badan Erwin. Sepertinya Enola memang tidak ingin pulang. “Win, aku tidak mau pulang,” bisik Enola pada Erwin.“Kamu tenang saja, kita pasti bisa kabur,” jawab Erwin.“Gimana caranya? Apa kita bisa mengalahkan mereka?” kata Enola yang tampak pesimis.Erwin hanya bisa tersenyum dan tet
“Aku belum bisa memecahkan kasus pembunuhan ini,” ucap Erwin sambil tangannya yang memegang dahi. Dia terlihat sedikit pusing.“Apa belum ada petunjuk sama sekali, Win?” tanya Enola.“Belum ada sama sekali,” jawab Erwin sedikit putus asa.“Sebenarnya kasus pembunuhan siapa yang sedang kalian bicarakan?,” tanya Johny yang masih tidak tahu apa-apa.Erwin menjelaskan dengan rinci perihal kasus yang sedang dia tangani. Dia juga menceritakan semua yang telah dia lakukan untuk memecahkan kasus pembunuhan itu, meski hasilnya masih nol. Ditambah dengan penjahat-penjahat yang mencoba mencelakai Erwin, kasus itu semakin sulit untuk diselesaikan.“Jadi tidak ada tanda-tanda kekerasan? Dan dia meninggal saat tidur?” tanya Johny.“Iya, makanya aku juga bingung. Dokter yang menanganinya mengatakan kalau dia kena serangan jantung,” jelas Erwin.“Lalu kenapa kita harus menyelidiki kematiannya?” tanya Johny yang masih bingung.“Pimpinan perusahaan Alpha Tech sendiri yang memintaku. Katanya kematiannya
"Kenapa Anda seperti memojokkan saya?" Ucap Jeni, merasa tidak terima diinterogasi oleh Erwin. Sambil melipat tangannya Erwin berkata "Memojokkan? Ayolah, Anda di sana saat itu. Tentu sangat mudah menjawabnya, bukan?" "Saya tidak terlalu ingat kejadian saat itu, saya sedang banyak pikiran," Jeni berdalih.Tatapan Erwin fokus memperhatikan ekspresi wajah Jeni. Tanpa analisa yang berbelit-belit, Erwin tau kalau Jeni menyembunyikan sesuatu. Dia hanya perlu memancing Jeni untuk mengungkapkan kebusukkannya."Anda seorang sekretaris di perusahaan ternama. Tidak main-main, Anda adalah sekretaris pemimpin perusahaan ini. Bagaimana bisa ingatan Anda kalah dengan seorang office boy. Coba ingat-ingat kembali, saya yakin itu tidak sulit bagi Anda!" Ucap Erwin, mencoba mulai memancing emosi Jeni."Apa Anda sedang meragukan kemampuan saya? Saya sudah lama mengabdi kepada Tuan Harry. Dan tidak pernah sekalipun saya berbuat kesalahan. Benar begitu kan, Tuan Harry?" kata Jeni, melirik ke arah Harry
“Lepaskan tangan saya,” bentak Jeni. “Ini hanya sementara. Kalau kamu tidak bersalah tentu kami lepaskan,” ucap Enola. “Apa kalian mencurigai saya yang membunuh korban?” tanya Jeni. “Kami hanya ingin memeriksa kamu sebagai saksi,” jawb Johny. Saat itu juga, Jeni dibawa oleh Enola dan yang lainnya. Mereka segera melaporkan hasil penyelidikan kepada Erwin yang saat ini sedang berada di kantor Harry Jonathan. Sementara itu, di ruangan Harry Jonathan, raut wajah Erwin tampak sangat serius. Sambil menatap dokumen yang dia awa, Erwin mendengarkan penjelasan Harry Jonathan dengan seksama. Tampaknya ada hal penting yang sedang mereka bahas. “Sekarang saya mengerti kenapa Anda meminta kami untuk menyelidiki kasus kematian kepala teknisi perusahaan Anda,” ucap Erwin. “Begitulah. Saya takut jika ini memang perbuatan seseorang yang berniat jahat,” kata Harry Jonathan. “Kalau begitu—“ Suara dering telepon milik Erwin memotong ucapannya. Dia buru-buru mengangkatnya saat melihat itu dari En
“Apa yang Dokter Erina temukan?” tanya Erwin sangat penasaran.“Aku akan menjelaskannya di markas. Aku segera ke sana sekarang,” jawab Johny dan langsung mematikan telfonnya.Erwin semakin yakin kalau memang kematian korban bukanlah bunuh diri. Banyak hal yang menunjukkan kejanggalan semenjak Erwin menangani kasus ini. Mulai dari proses penyelidikkannya yang selalu dihalang-halangi, proyek mencurigakan yang dikerjakan si korban dan juga kematian korban yang tidak wajar. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya Johny sampai di markas. Dia membawa dokumen hasil analisis dari Dokter Erina. Johny langsung menyerahkannya kepada Erwin. “Kamu lihat sendiri hasilnya,” kata Johny sambil menyerahkan dokumen yang dia bawa.“Jadi memang benar kalau korban telah diracuni,” ucap Erwin setelah melihat hasil analisa dari Dokter Erina. “Benar, racun yang digunakan membunuh korban secara perlahan, menyebabkan jantungnya mengalami penurunan fungsi,” jelas Johny.“Sekarang, kita telah mendapatkan bukti
“Ini hanya gelas bekas kopi. Sebaiknya ku buang saja,” ucap Jenny.Namun, sebelum Jenny melangkah, Erwin merebut gelas bekas kopi itu. Sontak, Jenny terkejut. Dia seakan tidak ingin Erwin mengambilnya.“Di TKP tidak ada yang boleh dibuang atau disingkirkan. Itu bisa melanggar hukum karena merusak barang bukti,” ucap Erwin dengan tegas.“Baiklah, Anda boleh menyimpannya kalau begitu,” ucap Jenny pasrah.Sekitar satu jam mereka menyelidiki ruangan tempat korban bekerja. Selain gelas bekas kopi, mereka juga menemukan beberapa dokumen yang sedang dikerjakan oleh korban. Setelah selesai menyelidiki, mereka segera bergegas pergi untuk memeriksa barang-barang yang mereka temukan.“Akan kita apakan dokumen dan gelas ini, Win?” tanya Enola.“John, tolong bawa gelas ini ke Dokter Erina. Minta dia untuk mengecek jika ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk,” pinta Erwin pada Johny.“Untuk dokumen ini biar aku yang memeriksanya, mungkin kita bisa menemukan alasan kenapa korban dibunuh,” ucap Eno
“Aku belum bisa memecahkan kasus pembunuhan ini,” ucap Erwin sambil tangannya yang memegang dahi. Dia terlihat sedikit pusing.“Apa belum ada petunjuk sama sekali, Win?” tanya Enola.“Belum ada sama sekali,” jawab Erwin sedikit putus asa.“Sebenarnya kasus pembunuhan siapa yang sedang kalian bicarakan?,” tanya Johny yang masih tidak tahu apa-apa.Erwin menjelaskan dengan rinci perihal kasus yang sedang dia tangani. Dia juga menceritakan semua yang telah dia lakukan untuk memecahkan kasus pembunuhan itu, meski hasilnya masih nol. Ditambah dengan penjahat-penjahat yang mencoba mencelakai Erwin, kasus itu semakin sulit untuk diselesaikan.“Jadi tidak ada tanda-tanda kekerasan? Dan dia meninggal saat tidur?” tanya Johny.“Iya, makanya aku juga bingung. Dokter yang menanganinya mengatakan kalau dia kena serangan jantung,” jelas Erwin.“Lalu kenapa kita harus menyelidiki kematiannya?” tanya Johny yang masih bingung.“Pimpinan perusahaan Alpha Tech sendiri yang memintaku. Katanya kematiannya
“Mereka datang, Win,” ucap Enola panik.“Mereka Siapa? Apa kalian lagi dikejar orang? Tanya Johny yang kebingungan dengan situasi saat ini.Saat mereka hendak keluar dari pintu kamar Johny, ternyata mereka sudah di hadang oleh dua orang lelaki berbadan besar. Kedua orang itu tidak lain adalah orang-orang yang mengobrak-abrik apartemen Erwin sebelumnya. “Kalian tidak akan bisa kabur kali ini,” ucap salah seorang lelaki yang menghadang Erwin dan teman-temannya.“Kita di sini hanya ingin menjeput Nona Enola, sebaiknya kalian jangan melawan, atau kalian akan menerima akibatnya,” ucap seorang yang lain dengan nada sombong.Enola yang masih menggendong Renata, tampak sangat ketakutan. Dia bersembunyi di balik badan Erwin. Sepertinya Enola memang tidak ingin pulang. “Win, aku tidak mau pulang,” bisik Enola pada Erwin.“Kamu tenang saja, kita pasti bisa kabur,” jawab Erwin.“Gimana caranya? Apa kita bisa mengalahkan mereka?” kata Enola yang tampak pesimis.Erwin hanya bisa tersenyum dan tet
“Eh.. Nana, kamu mau ngapain?” tanya Enola yang penasaran dengan tingkah Nana.“Apakah mungkin dia ingin menyembuhkan johny?” pikir Erwin yang teringat dengan kejadian saat dia bertemu dengan Renata.Renata perlahan mulai menyentuh tubuh Johny dan meminta kepada malaikat agar bisa menggunakan kalungnya untuk menolong orang sakit yang ada di depannya.“Win, apa yang sedang Nana lakukan?” tanya Enola pada Erwin sambil terus mengamati Renata.“Kita lihat saja,” jawab Erwin singkat yang juga penasaran apakah memang Renata kucing ajaib atau bukan.Tidak berselang lama, liontin Renata memancarkan cahaya terang yang sangat menyilaukan. Enola dan Erwin sampai harus menutup mata mereka karena cahaya yang menyilaukan dari liontin Renata.“Cahaya apa ini? Terang sekali. Nana... Apa yang kamu lakukan?” ucap Enola sambil menutup mata dengan tangannya.Sesaat kemudian, cahaya itu redup dan berangsur menghilang. Erwin dan Enola langsung membuka mata mereka. Betapa terkejutnya, saat mereka melihat wa
Secarik kertas itu berisi alamat seseorang. Di alamat itu tertulis nama Johny, salah satu teman Erwin yang tinggal di kota Echigo. “Kita harus segera kesana,” pinta orang yang menemukan kertas itu.Sementara itu, Erwin, Enola, dan Renata masih dalam perjalanan menuju ke kota Echigo. Erwin tampak fokus mengendarai mobilnya. Namun dalam pikirannya penuh dengan pertanyaan. Siapa kedua orang itu dan bagaimana seseorang bisa mengirim video saat dirinya terluka ke Enola. Dia masih belum menemukan jawabannya. Enola yang melihat raut wajah Erwin, paham kalau dia sedang memikirkan sesuatu.“Win, kamu lagi mikirin apa?” tanya Enola yang ingin tahu apa yang dipikirkan Erwin.“Keluargamu pasti saat ini sedang mencarimu,” ucap Erwin.“Aku tahu itu. Tapi aku tidak ingin kembali ke rumah, aku benar-benar tidak ingin kembali,” jawab Enola sambil menundukkan pandangannya.“Kenapa kamu harus kabur dari rumah? Kalau untuk mengetahui kabarku, bisa lewat telepon saja” tanya Erwin dengan tatapannya yang
“Kita harus segera pergi dari sini,” ucap Erwin tergesa-gesa.“Ada apa,Win? Siapa mereka?” tanya Enola panik.“Aku juga tidak tahu. Mereka memakai seragam kebersihan apartemen ini. Tapi aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Intinya kita harus segera pergi,” ucap Erwin.“Tapi bagaimana kita akan pergi? Di depan pintu ada mereka,” tanya Enola yang bingung bagaimana mereka akan melarikan diri.Erwin tidak menjawab apa-apa. Dia sibuk mengemasi beberapa barang. Lalu dia mengambil seluruh uangnya di laci. Tidak lupa dia juga membawa senjata api berwarna perak miliknya. Sementara itu Enola yang masih panik hanya bisa terdiam melihat Erwin sambil menggendong si kucing putih. Sama halnya dengan Enola, Renata yang tidak tahu apa-apa juga dibuat bingung dengan keadaan saat ini.“Ya Tuhan! Ada apa lagi ini? Dari kemarin aku selalu mengalami hal yang tidak ku mengerti. Kedua orang ini seperti terlibat dalam masalah besar.” batin Renata yang merasa semakin cemas.Setelah Erwin merasa telah c