“Ah entahlah! Kenapa aku harus mengurusi orang lain. Hidupku saja sekarang tidak karuan seperti ini. Tidak ada waktu untuk memikirkan orang lain. Aku harus segera terbebas dari kutukan sialan ini,” gerutu Renata dalam hati.
Tidak berselang lama, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Pintu kamar terbuka perlahan. Dia melihat sosok lelaki bertubuh tinggi dan gagah serta berwajah tampan seperti aktor drama korea memasuki ruangan itu dengan membawa nampan berisi semangkuk susu. Perlahan lelaki mulai mendekati Renata yang masih terbaring di atas kasur.“Rupanya kamu sudah bangun, kucing manis,” ucap Erwin dengan nada suara lembut dan mengenakkan untuk didengar.“Dia ... dia pria yang waktu itu?” batin Renata, terkejut saat melihat sosok pria di depannya.“Bagaimana dia bisa kembali pulih tanpa luka sama sekali? Bukankah dia hampir mati saat itu? Apa dia juga yang membawaku ke sini? Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Renata pada dirinya sendiri. Rasa bingung bercampur heran memenuhi benaknya saat ini.“Kamu pasti lapar. Aku bawakan semangkuk susu untukmu. Minumlah!” ucap Erwin sambil menyuguhkan semangkuk susu untuk Renata.“Susu? Aku paling benci susu dari kecil. Apa tidak ada yang lain?” Ucap Renata sambil menatap wajah si pria. Namun ucapannya tidak bisa dimengerti oleh pria itu. Hanya suara kucing mengeong yang didengarnya.“Iya, ini untukmu. Minumlah, biar tenagamu pulih,” kembali ucap Erwin yang tidak paham kalau sebenarnya Renata menolaknya.Renata yang memang tidak suka susu tidak tahu bagaimana harus menolaknya. Ucapannya saat ini tidak bisa dimengerti oleh manusia. Namun, perutnya benar-benar kosong saat ini. Sudah beberapa hari dia terpaksa minum air di kolam taman.“Mungkin aku harus minum susu ini dari pada aku mati kelaparan,” ucap Renata dengan suara mengeong bernada pasrah.Dengan ragu-ragu Renata mulai meminum susu yang disuguhkan pria itu. Saat pertama kali dia minum air sebagi seekor kucing, dirinya kesulitan. Sampai dia melihat kucing lain menjulurkan lidahnya untuk minum. Dia pun akhirnya terbiasa melakukan hal yang sama layaknya seekor kucing.“Eh ... kenapa susu ini rasanya enak sekali? Apa lidahku yang sekarang benar-benar seperti kucing yang lain?” batin Renata. Dirinya kini mulai menikmati susu yang diberikan untuknya.Erwin merasa gemas melihat kucing di depannya begitu nikmat meminum susu. Tanpa sadar tangannya mencoba mengelus bulu kucing itu di bagian punggung. Namun, Renata yang menyadari tubuhnya disentuh seorang lelaki langsung kaget dan meloncat dari atas kasur.“Dasar mesum!!! Apa yang mau kamu lakukan? Berani sekali menyentuh tubuhku,” gerutu Renata. Dia mengeong layaknya kucing yang sedang marah. Ekspresinya terlihat sangat garang.Kebanyakan kucing akan senang bila dielus-elus namun berbeda dengan Renata. Dia yang sebenarnya seorang gadis, tentu saja tidak mau jika sembarangan disentuh lelaki. Hal ini membuat pria itu kebingungan.“Kamu kenapa? Apa aku membuatmu takut?” tanya Erwin sambil mendekati Renata. Namun, bukannya membuat Renata tenang. Dia malah membuat Renata semakin ketakutan sehingga berlarian dan meloncat-loncat di kamar itu.“Oke ... oke ... aku tidak akan mengganggumu minum. Kamu habiskan minumanmu, aku pergi keluar sebentar beli makanan,” ucap Erwin sambil berlalu meninggalkan kamar.Renata yang sudah tenang segera melanjutkan meminum susu yang ada di atas tempat tidur. Rasa laparnya membuatnya begitu lahap menghabiskan minumannya.Selang beberapa saat, dia langsung merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur. Dia menatap cermin yang tertempel di dinding sebelah tempat tidur. Matanya yang sayu menatap bayangan wajahnya di cermin. Dia masih belum percaya dengan takdirnya sekarang. Dulunya dia yang tidak suka kucing, sekarang harus menjalani hari-harinya sebagai seekor kucing putih.“Seharusnya saat ini aku sedang bekerja di rumah sakit sebagai dokter dengan jas putih yang keren,” batin Renata sambil membayangkan pekerjaan yang seharusnya dia lakukan saat ini karena dia telah lulus dari fakultas kedokteran.Sementara itu, Erwin yang tadi keluar, saat ini sedang berada di mini market untuk membeli beberapa barang dan makanan. Dia mengenakan jaket hitam serta masker hitam. Dia membeli beberapa mie instant, camilan, dan juga minuman kaleng. Saat ingin pergi ke kasir, dia melihat makanan kucing di salah satu rak.“Sepertinya aku harus beli ini,” ucap Erwin sembari memilih merek makanan kucing.“Yang mana ya enaknya? Mungkin ini saja lah,” sambung Erwin, mengambil makanan kucing dengan harga yang paling mahal.Setelah selesai membayar di kasir, dia segera bergegas pulang ke apartemennya. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ponselnya berdering.“Halo! Iya aku sudah di rumah,” ucap Erwin pada seseorang di telfon. “Sekarang kamu dimana? Aku segera pulang,” sambungnya.Dia langsung mempercepat langkahnya seperti terburu-buru karena khawatir akan sesuatu. Saat sampai di depan gedung apartemennya, tampak seorang gadis yang sedang menunggunya. Seorang gadis berwajah menawan dengan sorot matanya yang indah, serta rambut hitamnya yang panjang. Namun, raut wajahnya tampak begitu gelisah.“Enola, kenapa ke sini? Bagaiman kalau ada yang tahu persembunyianku” tanya Erwin gadis yang menunggunya, Enola.“Erwin, kamu baik-baik saja?” gadis itu malah bertanya balik dengan tatapan tidak percaya kepada Erwin yang ada di depannya. Ternyata gadis itu adalah Enola, teman Erwin.“Kita masuk dulu, jangan sampai ada orang yang melihat kita,” kata Erwin sambil menarik tangan Enola menuju ke apartemennya.Tidak berselang lama mereka sudah berada di dalam apartemen Erwin. Seakan takut ada orang yang mengetahui keberadaannya, Erwin langsung mengunci pintu apartemennya rapat-rapat.Sementara itu, Enola menatap Erwin seakan tidak percaya kalau Erwin baik-baik saja. Air matanya menetes tanpa dia sadari. Wajahnya menunjukkan perasaan terharu. Erwin yang menyadari hal itu, langsung mendekati Enola dan menepuk kedua pundaknya.“Hei! Kamu baik-baik saja?” tanya Erwin, mengagetkan Enola dari lamunannya.“Win ... ka ... kamu enggak kenapa-kenapa? Kamu baik-baik saja?” Enola malah bertanya balik.“I’m fine. Aku enggak kenapa-kenapa. Kamu bisa lihat sendiri kan?” jawab Erwin meyakinkan Enola.“Ta ... tapi di video itu kamu terluka parah, wajah kamu penuh darah. Bagaimana aku bisa tidak khawatir,” ucap Enola yang masih belum bisa tenang.“Video apa? Apa yang kamu bicarakan?”“Ada seseorang yang mengirim video ke ponselku. Di situ kamu terikat, kondisi kamu terluka berlumuran darah. Tapi sekarang keadaan kamu baik-baik saja. Bagaimana aku tidak bingung,” jelas Enola.“Aku paham sekarang. Sebenarnya aku juga masih bingung. Antara percaya dan tidak. Aku masih ingat saat aku disekap di sebuah gudang, dipukuli sampai aku hampir mati. Untungnya aku bisa melarikan diri,” ucap Erwin, menjelaskan kejadian yang dia alami.“Kenapa kamu bisa sampai disekap dan dipukuli?“Aku juga tidak tahu. Saat itu aku baru saja selesai menyelidiki rumah seorang teknisi perusahaan Alpha Tech yang menjadi korban pembunuhan di kota Echigo. Tiba-tiba seseorang memukulku dari belakang sampai aku pingsan.”“Lalu bagaimana kamu tidak terluka sama sekali seperti sekarang?” “Kamu percaya kalau aku diselamatkan seekor kucing?” ucap Erwin dengan nada datar karena tidak berharap kalau Enola langsung percaya.“Kucing? Kamu bercanda? Bagaimana mungkin?” ucap Enola yang semakin bingung dengan j
“Kita harus segera pergi dari sini,” ucap Erwin tergesa-gesa.“Ada apa,Win? Siapa mereka?” tanya Enola panik.“Aku juga tidak tahu. Mereka memakai seragam kebersihan apartemen ini. Tapi aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Intinya kita harus segera pergi,” ucap Erwin.“Tapi bagaimana kita akan pergi? Di depan pintu ada mereka,” tanya Enola yang bingung bagaimana mereka akan melarikan diri.Erwin tidak menjawab apa-apa. Dia sibuk mengemasi beberapa barang. Lalu dia mengambil seluruh uangnya di laci. Tidak lupa dia juga membawa senjata api berwarna perak miliknya. Sementara itu Enola yang masih panik hanya bisa terdiam melihat Erwin sambil menggendong si kucing putih. Sama halnya dengan Enola, Renata yang tidak tahu apa-apa juga dibuat bingung dengan keadaan saat ini.“Ya Tuhan! Ada apa lagi ini? Dari kemarin aku selalu mengalami hal yang tidak ku mengerti. Kedua orang ini seperti terlibat dalam masalah besar.” batin Renata yang merasa semakin cemas.Setelah Erwin merasa telah c
Secarik kertas itu berisi alamat seseorang. Di alamat itu tertulis nama Johny, salah satu teman Erwin yang tinggal di kota Echigo. “Kita harus segera kesana,” pinta orang yang menemukan kertas itu.Sementara itu, Erwin, Enola, dan Renata masih dalam perjalanan menuju ke kota Echigo. Erwin tampak fokus mengendarai mobilnya. Namun dalam pikirannya penuh dengan pertanyaan. Siapa kedua orang itu dan bagaimana seseorang bisa mengirim video saat dirinya terluka ke Enola. Dia masih belum menemukan jawabannya. Enola yang melihat raut wajah Erwin, paham kalau dia sedang memikirkan sesuatu.“Win, kamu lagi mikirin apa?” tanya Enola yang ingin tahu apa yang dipikirkan Erwin.“Keluargamu pasti saat ini sedang mencarimu,” ucap Erwin.“Aku tahu itu. Tapi aku tidak ingin kembali ke rumah, aku benar-benar tidak ingin kembali,” jawab Enola sambil menundukkan pandangannya.“Kenapa kamu harus kabur dari rumah? Kalau untuk mengetahui kabarku, bisa lewat telepon saja” tanya Erwin dengan tatapannya yang
“Eh.. Nana, kamu mau ngapain?” tanya Enola yang penasaran dengan tingkah Nana.“Apakah mungkin dia ingin menyembuhkan johny?” pikir Erwin yang teringat dengan kejadian saat dia bertemu dengan Renata.Renata perlahan mulai menyentuh tubuh Johny dan meminta kepada malaikat agar bisa menggunakan kalungnya untuk menolong orang sakit yang ada di depannya.“Win, apa yang sedang Nana lakukan?” tanya Enola pada Erwin sambil terus mengamati Renata.“Kita lihat saja,” jawab Erwin singkat yang juga penasaran apakah memang Renata kucing ajaib atau bukan.Tidak berselang lama, liontin Renata memancarkan cahaya terang yang sangat menyilaukan. Enola dan Erwin sampai harus menutup mata mereka karena cahaya yang menyilaukan dari liontin Renata.“Cahaya apa ini? Terang sekali. Nana... Apa yang kamu lakukan?” ucap Enola sambil menutup mata dengan tangannya.Sesaat kemudian, cahaya itu redup dan berangsur menghilang. Erwin dan Enola langsung membuka mata mereka. Betapa terkejutnya, saat mereka melihat wa
“Mereka datang, Win,” ucap Enola panik.“Mereka Siapa? Apa kalian lagi dikejar orang? Tanya Johny yang kebingungan dengan situasi saat ini.Saat mereka hendak keluar dari pintu kamar Johny, ternyata mereka sudah di hadang oleh dua orang lelaki berbadan besar. Kedua orang itu tidak lain adalah orang-orang yang mengobrak-abrik apartemen Erwin sebelumnya. “Kalian tidak akan bisa kabur kali ini,” ucap salah seorang lelaki yang menghadang Erwin dan teman-temannya.“Kita di sini hanya ingin menjeput Nona Enola, sebaiknya kalian jangan melawan, atau kalian akan menerima akibatnya,” ucap seorang yang lain dengan nada sombong.Enola yang masih menggendong Renata, tampak sangat ketakutan. Dia bersembunyi di balik badan Erwin. Sepertinya Enola memang tidak ingin pulang. “Win, aku tidak mau pulang,” bisik Enola pada Erwin.“Kamu tenang saja, kita pasti bisa kabur,” jawab Erwin.“Gimana caranya? Apa kita bisa mengalahkan mereka?” kata Enola yang tampak pesimis.Erwin hanya bisa tersenyum dan tet
“Aku belum bisa memecahkan kasus pembunuhan ini,” ucap Erwin sambil tangannya yang memegang dahi. Dia terlihat sedikit pusing.“Apa belum ada petunjuk sama sekali, Win?” tanya Enola.“Belum ada sama sekali,” jawab Erwin sedikit putus asa.“Sebenarnya kasus pembunuhan siapa yang sedang kalian bicarakan?,” tanya Johny yang masih tidak tahu apa-apa.Erwin menjelaskan dengan rinci perihal kasus yang sedang dia tangani. Dia juga menceritakan semua yang telah dia lakukan untuk memecahkan kasus pembunuhan itu, meski hasilnya masih nol. Ditambah dengan penjahat-penjahat yang mencoba mencelakai Erwin, kasus itu semakin sulit untuk diselesaikan.“Jadi tidak ada tanda-tanda kekerasan? Dan dia meninggal saat tidur?” tanya Johny.“Iya, makanya aku juga bingung. Dokter yang menanganinya mengatakan kalau dia kena serangan jantung,” jelas Erwin.“Lalu kenapa kita harus menyelidiki kematiannya?” tanya Johny yang masih bingung.“Pimpinan perusahaan Alpha Tech sendiri yang memintaku. Katanya kematiannya
“Ini hanya gelas bekas kopi. Sebaiknya ku buang saja,” ucap Jenny.Namun, sebelum Jenny melangkah, Erwin merebut gelas bekas kopi itu. Sontak, Jenny terkejut. Dia seakan tidak ingin Erwin mengambilnya.“Di TKP tidak ada yang boleh dibuang atau disingkirkan. Itu bisa melanggar hukum karena merusak barang bukti,” ucap Erwin dengan tegas.“Baiklah, Anda boleh menyimpannya kalau begitu,” ucap Jenny pasrah.Sekitar satu jam mereka menyelidiki ruangan tempat korban bekerja. Selain gelas bekas kopi, mereka juga menemukan beberapa dokumen yang sedang dikerjakan oleh korban. Setelah selesai menyelidiki, mereka segera bergegas pergi untuk memeriksa barang-barang yang mereka temukan.“Akan kita apakan dokumen dan gelas ini, Win?” tanya Enola.“John, tolong bawa gelas ini ke Dokter Erina. Minta dia untuk mengecek jika ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk,” pinta Erwin pada Johny.“Untuk dokumen ini biar aku yang memeriksanya, mungkin kita bisa menemukan alasan kenapa korban dibunuh,” ucap Eno
“Apa yang Dokter Erina temukan?” tanya Erwin sangat penasaran.“Aku akan menjelaskannya di markas. Aku segera ke sana sekarang,” jawab Johny dan langsung mematikan telfonnya.Erwin semakin yakin kalau memang kematian korban bukanlah bunuh diri. Banyak hal yang menunjukkan kejanggalan semenjak Erwin menangani kasus ini. Mulai dari proses penyelidikkannya yang selalu dihalang-halangi, proyek mencurigakan yang dikerjakan si korban dan juga kematian korban yang tidak wajar. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya Johny sampai di markas. Dia membawa dokumen hasil analisis dari Dokter Erina. Johny langsung menyerahkannya kepada Erwin. “Kamu lihat sendiri hasilnya,” kata Johny sambil menyerahkan dokumen yang dia bawa.“Jadi memang benar kalau korban telah diracuni,” ucap Erwin setelah melihat hasil analisa dari Dokter Erina. “Benar, racun yang digunakan membunuh korban secara perlahan, menyebabkan jantungnya mengalami penurunan fungsi,” jelas Johny.“Sekarang, kita telah mendapatkan bukti
"Kenapa Anda seperti memojokkan saya?" Ucap Jeni, merasa tidak terima diinterogasi oleh Erwin. Sambil melipat tangannya Erwin berkata "Memojokkan? Ayolah, Anda di sana saat itu. Tentu sangat mudah menjawabnya, bukan?" "Saya tidak terlalu ingat kejadian saat itu, saya sedang banyak pikiran," Jeni berdalih.Tatapan Erwin fokus memperhatikan ekspresi wajah Jeni. Tanpa analisa yang berbelit-belit, Erwin tau kalau Jeni menyembunyikan sesuatu. Dia hanya perlu memancing Jeni untuk mengungkapkan kebusukkannya."Anda seorang sekretaris di perusahaan ternama. Tidak main-main, Anda adalah sekretaris pemimpin perusahaan ini. Bagaimana bisa ingatan Anda kalah dengan seorang office boy. Coba ingat-ingat kembali, saya yakin itu tidak sulit bagi Anda!" Ucap Erwin, mencoba mulai memancing emosi Jeni."Apa Anda sedang meragukan kemampuan saya? Saya sudah lama mengabdi kepada Tuan Harry. Dan tidak pernah sekalipun saya berbuat kesalahan. Benar begitu kan, Tuan Harry?" kata Jeni, melirik ke arah Harry
“Lepaskan tangan saya,” bentak Jeni. “Ini hanya sementara. Kalau kamu tidak bersalah tentu kami lepaskan,” ucap Enola. “Apa kalian mencurigai saya yang membunuh korban?” tanya Jeni. “Kami hanya ingin memeriksa kamu sebagai saksi,” jawb Johny. Saat itu juga, Jeni dibawa oleh Enola dan yang lainnya. Mereka segera melaporkan hasil penyelidikan kepada Erwin yang saat ini sedang berada di kantor Harry Jonathan. Sementara itu, di ruangan Harry Jonathan, raut wajah Erwin tampak sangat serius. Sambil menatap dokumen yang dia awa, Erwin mendengarkan penjelasan Harry Jonathan dengan seksama. Tampaknya ada hal penting yang sedang mereka bahas. “Sekarang saya mengerti kenapa Anda meminta kami untuk menyelidiki kasus kematian kepala teknisi perusahaan Anda,” ucap Erwin. “Begitulah. Saya takut jika ini memang perbuatan seseorang yang berniat jahat,” kata Harry Jonathan. “Kalau begitu—“ Suara dering telepon milik Erwin memotong ucapannya. Dia buru-buru mengangkatnya saat melihat itu dari En
“Apa yang Dokter Erina temukan?” tanya Erwin sangat penasaran.“Aku akan menjelaskannya di markas. Aku segera ke sana sekarang,” jawab Johny dan langsung mematikan telfonnya.Erwin semakin yakin kalau memang kematian korban bukanlah bunuh diri. Banyak hal yang menunjukkan kejanggalan semenjak Erwin menangani kasus ini. Mulai dari proses penyelidikkannya yang selalu dihalang-halangi, proyek mencurigakan yang dikerjakan si korban dan juga kematian korban yang tidak wajar. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya Johny sampai di markas. Dia membawa dokumen hasil analisis dari Dokter Erina. Johny langsung menyerahkannya kepada Erwin. “Kamu lihat sendiri hasilnya,” kata Johny sambil menyerahkan dokumen yang dia bawa.“Jadi memang benar kalau korban telah diracuni,” ucap Erwin setelah melihat hasil analisa dari Dokter Erina. “Benar, racun yang digunakan membunuh korban secara perlahan, menyebabkan jantungnya mengalami penurunan fungsi,” jelas Johny.“Sekarang, kita telah mendapatkan bukti
“Ini hanya gelas bekas kopi. Sebaiknya ku buang saja,” ucap Jenny.Namun, sebelum Jenny melangkah, Erwin merebut gelas bekas kopi itu. Sontak, Jenny terkejut. Dia seakan tidak ingin Erwin mengambilnya.“Di TKP tidak ada yang boleh dibuang atau disingkirkan. Itu bisa melanggar hukum karena merusak barang bukti,” ucap Erwin dengan tegas.“Baiklah, Anda boleh menyimpannya kalau begitu,” ucap Jenny pasrah.Sekitar satu jam mereka menyelidiki ruangan tempat korban bekerja. Selain gelas bekas kopi, mereka juga menemukan beberapa dokumen yang sedang dikerjakan oleh korban. Setelah selesai menyelidiki, mereka segera bergegas pergi untuk memeriksa barang-barang yang mereka temukan.“Akan kita apakan dokumen dan gelas ini, Win?” tanya Enola.“John, tolong bawa gelas ini ke Dokter Erina. Minta dia untuk mengecek jika ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk,” pinta Erwin pada Johny.“Untuk dokumen ini biar aku yang memeriksanya, mungkin kita bisa menemukan alasan kenapa korban dibunuh,” ucap Eno
“Aku belum bisa memecahkan kasus pembunuhan ini,” ucap Erwin sambil tangannya yang memegang dahi. Dia terlihat sedikit pusing.“Apa belum ada petunjuk sama sekali, Win?” tanya Enola.“Belum ada sama sekali,” jawab Erwin sedikit putus asa.“Sebenarnya kasus pembunuhan siapa yang sedang kalian bicarakan?,” tanya Johny yang masih tidak tahu apa-apa.Erwin menjelaskan dengan rinci perihal kasus yang sedang dia tangani. Dia juga menceritakan semua yang telah dia lakukan untuk memecahkan kasus pembunuhan itu, meski hasilnya masih nol. Ditambah dengan penjahat-penjahat yang mencoba mencelakai Erwin, kasus itu semakin sulit untuk diselesaikan.“Jadi tidak ada tanda-tanda kekerasan? Dan dia meninggal saat tidur?” tanya Johny.“Iya, makanya aku juga bingung. Dokter yang menanganinya mengatakan kalau dia kena serangan jantung,” jelas Erwin.“Lalu kenapa kita harus menyelidiki kematiannya?” tanya Johny yang masih bingung.“Pimpinan perusahaan Alpha Tech sendiri yang memintaku. Katanya kematiannya
“Mereka datang, Win,” ucap Enola panik.“Mereka Siapa? Apa kalian lagi dikejar orang? Tanya Johny yang kebingungan dengan situasi saat ini.Saat mereka hendak keluar dari pintu kamar Johny, ternyata mereka sudah di hadang oleh dua orang lelaki berbadan besar. Kedua orang itu tidak lain adalah orang-orang yang mengobrak-abrik apartemen Erwin sebelumnya. “Kalian tidak akan bisa kabur kali ini,” ucap salah seorang lelaki yang menghadang Erwin dan teman-temannya.“Kita di sini hanya ingin menjeput Nona Enola, sebaiknya kalian jangan melawan, atau kalian akan menerima akibatnya,” ucap seorang yang lain dengan nada sombong.Enola yang masih menggendong Renata, tampak sangat ketakutan. Dia bersembunyi di balik badan Erwin. Sepertinya Enola memang tidak ingin pulang. “Win, aku tidak mau pulang,” bisik Enola pada Erwin.“Kamu tenang saja, kita pasti bisa kabur,” jawab Erwin.“Gimana caranya? Apa kita bisa mengalahkan mereka?” kata Enola yang tampak pesimis.Erwin hanya bisa tersenyum dan tet
“Eh.. Nana, kamu mau ngapain?” tanya Enola yang penasaran dengan tingkah Nana.“Apakah mungkin dia ingin menyembuhkan johny?” pikir Erwin yang teringat dengan kejadian saat dia bertemu dengan Renata.Renata perlahan mulai menyentuh tubuh Johny dan meminta kepada malaikat agar bisa menggunakan kalungnya untuk menolong orang sakit yang ada di depannya.“Win, apa yang sedang Nana lakukan?” tanya Enola pada Erwin sambil terus mengamati Renata.“Kita lihat saja,” jawab Erwin singkat yang juga penasaran apakah memang Renata kucing ajaib atau bukan.Tidak berselang lama, liontin Renata memancarkan cahaya terang yang sangat menyilaukan. Enola dan Erwin sampai harus menutup mata mereka karena cahaya yang menyilaukan dari liontin Renata.“Cahaya apa ini? Terang sekali. Nana... Apa yang kamu lakukan?” ucap Enola sambil menutup mata dengan tangannya.Sesaat kemudian, cahaya itu redup dan berangsur menghilang. Erwin dan Enola langsung membuka mata mereka. Betapa terkejutnya, saat mereka melihat wa
Secarik kertas itu berisi alamat seseorang. Di alamat itu tertulis nama Johny, salah satu teman Erwin yang tinggal di kota Echigo. “Kita harus segera kesana,” pinta orang yang menemukan kertas itu.Sementara itu, Erwin, Enola, dan Renata masih dalam perjalanan menuju ke kota Echigo. Erwin tampak fokus mengendarai mobilnya. Namun dalam pikirannya penuh dengan pertanyaan. Siapa kedua orang itu dan bagaimana seseorang bisa mengirim video saat dirinya terluka ke Enola. Dia masih belum menemukan jawabannya. Enola yang melihat raut wajah Erwin, paham kalau dia sedang memikirkan sesuatu.“Win, kamu lagi mikirin apa?” tanya Enola yang ingin tahu apa yang dipikirkan Erwin.“Keluargamu pasti saat ini sedang mencarimu,” ucap Erwin.“Aku tahu itu. Tapi aku tidak ingin kembali ke rumah, aku benar-benar tidak ingin kembali,” jawab Enola sambil menundukkan pandangannya.“Kenapa kamu harus kabur dari rumah? Kalau untuk mengetahui kabarku, bisa lewat telepon saja” tanya Erwin dengan tatapannya yang
“Kita harus segera pergi dari sini,” ucap Erwin tergesa-gesa.“Ada apa,Win? Siapa mereka?” tanya Enola panik.“Aku juga tidak tahu. Mereka memakai seragam kebersihan apartemen ini. Tapi aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Intinya kita harus segera pergi,” ucap Erwin.“Tapi bagaimana kita akan pergi? Di depan pintu ada mereka,” tanya Enola yang bingung bagaimana mereka akan melarikan diri.Erwin tidak menjawab apa-apa. Dia sibuk mengemasi beberapa barang. Lalu dia mengambil seluruh uangnya di laci. Tidak lupa dia juga membawa senjata api berwarna perak miliknya. Sementara itu Enola yang masih panik hanya bisa terdiam melihat Erwin sambil menggendong si kucing putih. Sama halnya dengan Enola, Renata yang tidak tahu apa-apa juga dibuat bingung dengan keadaan saat ini.“Ya Tuhan! Ada apa lagi ini? Dari kemarin aku selalu mengalami hal yang tidak ku mengerti. Kedua orang ini seperti terlibat dalam masalah besar.” batin Renata yang merasa semakin cemas.Setelah Erwin merasa telah c