Share

Dendam Papa

Sampai rumah. Mereka keluar dari rumah. Kiara berjalan dengan sedikit berjinjit.

"Masih sakit?" tanya Devan.

"Enggak."

Kiara menegarkan langkahnya. Namun karena memang masih perih ditambah pegal, sialnya Kiara malah hilang keseimbangan.

"Aw!"

Kakinya keceklik, dan terhuyung. Devan dengan sigap menangkapnya. Pandangan mereka bersitatap. Rasanya seperti de ja vu.

"A.. sory," ujar Kiara segera menjauhkan badannya dari Devan. Bukannya grogi atau apa, Devan malah tersenyum. Ia menarik Kiara dan membopongnya.

"Eh, turunin gue," pekik Kiara kaget sekaligus panik. Reflek dia mengalungkan tangannya ke leher Devan, membuat pria itu mengeringai.

"Udah. Diem. Kakimu masih sakit kan? Jangan terlalu maksain."

Devan dengan santai memasuki rumah dengan masih membopong Kiara. Wajah Kiara merah parah. Bagaimanapun dia belum pernah sedekat ini dengan lelaki. Apalagi sampai di gendong ala bridal style.

"Devan," cicitnya, memohon untuk diturunkan.

"Ada apa, sayang."

Kiara langsung kicep. Semburat merah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status