Aku memperhatikan wanita di depan ku ini dengan seksama. Dia terlihat sangat cantik, dengan rambut berwarna brown. Tubuh nya langsing, mirip seperti seorang model. Wanita ini benar-benar sangat sempurna dari segi fisik. Aku yakin, pasti banyak sekali pria yang tertarik padanya.Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian ku. Aku justru melihat wanita ini terlihat mirip dengan seseorang yang aku kenal, tapi aku tidak ingat siapa. Padahal aku yakin ini kali pertama aku bertemu dengan Tante di depan ku ini. Tapi wajah nya itu terlihat sangat familiar di mataku."Mau tanggung jawab Bagaimana? Aku bahkan yakin jika kau tidak akan sanggup membayar harga bajuku ini," balas wanita ini sombong. Matanya menatap marah padaku. Antara marah dan menganggap remeh aku."Jadi Tante pengen aku beli baju lain buat gantiin baju Tante yang udah kotor gara-gara aku?" Tanya ku berusaha menunjukkan sikap tanggung jawab ku."Iya, jika memang kau ingin bertanggung jawab," balas nya masih menunjukkan sikap arog
Mendengar pembicaraan om Daniel dengan mas Arga tentang ibunya Rania yang sudah kembali. Lalu pertemuan ku dengan seorang wanita dewasa yang wajahnya sedikit mirip dengan Rania, membuat hatiku di Landa kegelisahan. Benarkah wanita itu ibunya Rania? Atau ini hanya imajinasi ku karena terlalu memikirkan hal itu? Malam ini aku bahkan tidak bisa tidur dengan tenang, karena memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Aku menoleh ke samping, memperhatikan wajah mas Arga yang terlelap tenang di sampingku. Aku ulurkan tangan dan membelai wajah nya dengan lembut. Wajah pria yang berhasil mengobrak-abrik seluruh hatiku. Hingga tidak ada satu pun ruang yang tersisa untuk pria mana pun. Aku dekat kan wajah ku dan menciumi pipinya dengan lembut. Sambil membisikkan kalimat cinta di telingan nya. Meskipun mas Arga sedang tidur, tapi aku berharap alam bawah sadar nya bisa mendengar itu semua. Dan dia menyadari betapa aku sangat mencintai nya. "Aku sangat mencintaimu, suamiku,
"Itu mobil siapa, Rania?" Tanyaku pada Rania begitu kami tiba di rumah. Aku menatap bingung dua buah mobil yang terparkir di depan rumah kami. Salah satunya memang milik mas Arga, karena aku memang mengenalinya. Tapi yang satu nya lagi entah siapa pemilik mobil itu. "Nggak tau, Bun. Rania juga nggak pernah liat mobil itu sebelum nya," balas Rania yang tak kalah bingung. "Tapi tumben ya Ran, jam segini papa udah balik," ucap ku lagi dan melirik arloji di tanganku. Yang baru menunjukkan waktu pukul dua tiga puluh menit. "Mungkin papa pengen mengambil sesuatu yang penting," balas Rania tetap berjalan memasuki rumah, dengan aku yang berjalan di sisi nya. Deg! Deg! Deg! Entah kenapa sekarang perasaan ku merasa tidak enak. Jantung ku berdetak dua kali lebih cepat dari biasa nya. Aku merasakan kegelisahan seperti sebelum nya. Siapakah pemilik mobil di luar? "Ada apa, Bunda?" tanya Rania melihat aku tiba-tiba saja berhenti. "Tidak ada," balas ku menggelengkan kepala. Dan kemba
"A-apa wanita itu adalah mama?" tanya Rania lagi, menuntut penjelasan pada sang papa. Mas Arga balas menatap Rania, dan tersenyum tipis pada putri semata wayangnya itu. "Benar, sayang! Dia adalah ibumu. Ibu yang selalu kau tanyakan keberadaan nya saat kau masih kecil. Ibu yang dulu selalu kau rindukan setiap saat. Maafkan papa karena dulu tidak bisa mewujudkan keinginan mu! Maafkan papa Rania, karena dulu selalu menghindar setiap kali kau bertanya tentang wanita yang sudah melahirkan mu ke dunia ini," Balas mas Arga dengan kesedihan yang mendalam. Mas Arga pasti merasa menjadi ayah yang gagal saat itu. Karena merasa belum bisa membahagiakan Rania, saat sesuatu yang di inginkan Rania tidak bisa dia berikan. Ya, dia tidak bisa memberikan kasih sayang seorang ibu pada Rania kecil. Dan aku yakin, mas Arga pasti berusaha untuk kuat setiap hari nya. Membesarkan putrinya seorang diri pasti bukan lah hal yang mudah untuk mas Arga. Sama seperti yang dulu papa lakukan untukku. Dan dug
"Kau pasti berbohong!" Tuding Tante Dania terkejut. "Aku tidak berbohong, Dania! Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku memang sudah menikah! jelas mas Arga. "Tapi aku tidak percaya! Kau pasti bercanda kan, Ar? Kau tidak mungkin sudah menikah," balas Tante Dania lagi yang menolak percaya penjelasan mas Arga. "Aku pria normal, Dania! Aku butuh seorang istri! Aku menginginkan keluarga yang utuh! Begitu pun Rania yang juga membutuhkan seorang ibu," "Kau tidak normal Arga! Kau gila! Bagaimana bisa kau menikahi seorang gadis yang seusia putrinya! Kau menikah dengan seorang gadis yang masih SMA," hardik Tante Dania menggelengkan kepala nya. "Lalu dimana salahnya, Tante? Apa pernikahan kami di larang secara hukum dan agama? Tidak bukan? Bahkan pernikahan kami sah di mata hukum dan di hadapan Allah! Apa saya harus memperlihatkan buku nikah kami sekarang? Barulah Tante akan percaya!" Tegasku dengan berani. "Kau masih sangat muda! Masih kecil! Harusnya kau sekolah yang benar, bukan nya suda
"Sebaiknya kau pulang dulu, Dania! Kau bisa datang lain waktu untuk bertemu Rania. Saat ini dia pasti syok dengan kedatanganmu yang tiba-tiba. Karena saat ini Rania merasa hidup nya sudah sempurna tanpa kehadiran ibu kandungnya. Apalagi sudah ada Bella yang hadir di tengah-tengah kami," ucap mas Arga. "Kau datang menemui nya setelah sekian lama. Dan ini adalah kali pertama Rania melihat wajahmu, dia pasti tidak menyangka jika ibu yang telah meninggalkan nya dulu datang karena merindukan nya. Dia masih labil, jadi biarkan dia merasa tenang dulu," tambah mas Arga lagi sedikit menyindir lawan bicaranya "A-apa katamu? Pertama kali? Jadi kamu tidak pernah memperkenalkan aku pada Rania?" Tanya Tante Dania terkejut. "Jangankan memperkenal, aku bahkan sudah membakar habis semua fotomu. Lagi pula untuk apa Rania mengenal ibunya? Jika ibunya sendiri tidak menginginkan nya?" Balas mas Arga tajam. Membuat mata Tante Dania berkaca-kaca. Dan tanpa aba-aba, air mata itu mengalir dengan begitu
"Ibuku? Apa maksudmu menuduh ibuku?" Tanya mas Arga dengan raut wajah terkejut sekaligus marah.Dia pasti marah mendengar tuduhan yang di lontarkan Tante Rania. Ya, tuduhan! Mas Arga tidak akan mungkin percaya begitu saja kalimat yang keluar dari mulut Tante Dania."Aku tidak menuduh, tapi aku mengatakan fakta yang sebenarnya. Bukan kah itu yang dari tadi ingin kau dengar jawaban nya? Kau ingin tau alasan apa yang membuat ku pergi meninggalkan kalian kan? Dan itulah alasannya! Alasan nya karena ibumu, Arga!" Ucap Tante Dania bangkit dan menyentuh tangan mas Arga. Seraya menunjukkan tatapan sendunya.Deg! Dada ku rasanya bergumuruh hebat melihat Tante Dania dengan lancangnya menyentuh tangan mas Arga. Ingin rasanya aku berlari dan menarik tangan nya agar menjauh dari suamiku.Tapi aku harus menahan diri. Ingin tau apa yang akan mas Arga lakukan. Apakah dia akan merasa marah dengan tindakan Tante Dania? Atau kah dia akan terlihat biasa saja?"Jangan menyentuhku!" Sentak mas Arga menari
POV Argantara Sudah satu jam lebih aku berusaha memejamkan mataku, berharap rasa kantuk itu segera menyerang ku. Tapi aku tidak kunjung tertidur. Pikiranku masih berkelana kemana-mana. Percakapan ku dengan mantan istriku sebelumnya, Dania. Masih terus tergiang dalam ingatanku. Rasanya aku tidak percaya jika ibuku sanggup melakukan itu. Memang awalnya ibuku kurang setuju saat aku mengutarakan keinginan ku untuk menikah dengan Dania. Dia sempat menentang hubungan kami, apalagi saat itu aku masih sangat muda. Tapi, karena kesalahan fatal yang terjadi antara aku dan Dania, maka ibu tidak ada pilihan lain selain merestui hubungan kami. Setelah kami menikah, aku melihat sikap ibu sangat baik pada Dania. Dia menyayangi dan juga terlihat sangat perhatian pada Dania. Apalagi saat itu Dania sedang mengandung. Ibu bahkan tidak membiarkan Dania melakukan apapun sendiri. Dia benar-benar menyayangi Dania layaknya anak sendiri. Itulah yang aku lihat saat kami masih hidup bersama dulu. Membuat