Share

50. Memancing

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-03-08 15:07:27
Alaric melirik ke kiri dan kanan. Dia sudah sampai di gedung yang digunakan untuk partainya dan mereka akan melakukan beberapa rekaman untuk media sosial, tapi kini lelaki itu tiba-tiba saja jadi tidak percaya diri.

"Kenapa semua orang menatapku?" bisik Alaric pada asistennya. "Apa ada yang salah dengan penampilanku?"

"Sama sekali tidak, Tuan." Caspian menjawab dengan tenang, bahkan tersenyum tipis. "Sebaliknya, aku rasa para perempuan itu menyukai gaya berpakaianmu yang baru ini."

"Kau yakin?" Alaric menaikkan sebelas alisnya, sebelum menyapa seorang perempuan yang baru saja menyapanya dengan alis terangkat.

"Sangat yakin, karena tatapan para perempuan jadi lebih liar," jawab Caspian yang membukakan pintu ruangan bagi atasannya. "Para lelaki saja ada yang melotot."

"Apa ada gay di partai kita?" tanya Alaric dengan mata melotot.

"Aku harap tidak, tapi seharusnya memang tidak ada. Lagi pula, Tuan kan ingin membuat undang-undang yang melarang hal seperti itu, jadi kaum merek
5Lluna

Abang ganteng 😜

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pesona Sang Penguasa   51. Bakat

    "Nyonya, berhentilah menonton video ini berulang kali." "Eh, kenapa dimatikan?" Anna langsung memekik ketika sang asisten menekan tombol pada remot, untuk mematikan televisi. "Itu adalah tontonan yang sama sekali tidak baik untukmu," jawab Darcy, menolak memberikan remotnya kembali. "Aku kan menonton itu karena ada Alaric." Anna meletakkan kedua tangan di pinggang dengan kening berkerut kesal. "Padahal aku hanya ingin mendukung suamiku." "Tapi ada perempuan gila di sana, jadi tidak perlu menonton. Terutama setelah kau baru pulang kerja dalam keadaan lelah." Anna langsung cemberut mendengar omelan asisten yang lebih tua darinya itu. Mungkin hanya berbeda sedikit, tapi rasanya Darcy seperti ibu-ibu yang sedang memarahi anak kecil. "Ya sudah." Kini Anna berbalik untuk masuk ke kamar. "Lagi pula, aku masih punya ponsel yang bisa mengakses internet dan aplikasi video." "Nyonya," ucap Darcy terlihat lelah. "Berhetilah menyakiti diri sendiri." "Kenapa aku menyakiti diri sendi

    Last Updated : 2025-03-08
  • Pesona Sang Penguasa   52. Lelaki Misterius

    "Aku ikut ke kantormu?" tanya Anna dengan mata membulat besar. "Ya." Alaric mengangguk tanpa berpikir. "Aku ingin kau mulai bekerja di partai saja dan tentu saja akan mendapat gaji, walau mungkin tidak banyak." "Tapi aku kan baru saja bekerja di tempat Astrid. Mana mungkin aku keluar begitu saja. Nanti bagaimana dengan gajiku?" tanya Anna terlihat tidak begitu senang. "Kau itu istri calon perdana menteri dan masih memikirkan gaji?" Alaric balas bertanya dengan sebelah alis yang terangkat. "Tentu saja." Anna melipat tangan di depan dada. "Biar bagaimana, aku tidak ingin terus-terusan bergantung pada uangmu. Lagi pula, sangat tidak etis kalau aku tiba-tiba saja berhenti. Apalagi ini baru beberapa hari saja." "Sejak kapan kau menjadi dewasa begitu?" tanya sang calon perdana menteri itu secara refleks. "Aku selalu dewasa," balas Anna dengan bibir yang sedikit mencebik dan mata melotot. "Aku ini sudah dua puluh lima dan itu sudah termasuk dewasa." "Katakan itu pada bibir menc

    Last Updated : 2025-03-09
  • Pesona Sang Penguasa   53. Hadiah

    Anna mengedipkan mata beberapa kali, kemudian menatap lelaki di depannya dengan lebih saksama. Dia berusaha membayangkan lelaki itu tanpa kacamata dan riasan dengan sangat serius, bahkan sampai mengerutkan kening. "Maaf." Sayangnya, Anna hanya bisa menggeleng. "Aku hanya tahu kalau kau adalah seorang model." "Ah, begitu." Lelaki tadi mengangguk, sama sekali tidak terlihat tersinggung karena tidak dikenali. Sebaliknya, dia malah tersenyum miring. "Sekali lagi aku minta maaf." Mau tidak mau, Anna sedikit menunduk untuk menunjukkan penyesalannya. "Kau tidak perlu seperti itu." Lelaki tadi tentu saja akan menghalangi Anna menunduk lebih dalam. "Aku tahu tidak semua orang menggemari dunia selebritis, walau kau bekerja di bidang fashion." "Terima kasih atas pengertiannya, tapi apakah kau jadi membeli?" Anna yang merasa dirinya sudah aman, langsung bertanya dengan senyum lebar. "Tentu saja, Anna. Aku akan membeli juga jas yang kau tunjukkan barusan dan mungkin aku bisa mendapatkan

    Last Updated : 2025-03-09
  • Pesona Sang Penguasa   54. Target

    "Jadi, kau mempekerjakan istriku sebagai pegawai toko biasa?" tanya Alaric dengan ponsel yang menempel di telinga. "Hanya untuk sekedar menjaga butik saja?" "Memangnya ada yang salah dengan itu?" Astrid membalas dengan pertanyaan, dari balik sambungan telepon. "Lagi pula, istrimu saja tidak mengeluh. Kenapa kau yang mengeluh?" "Karena dia istriku, dan aku memintamu membantunya bekerja agar tidak bosan." balas Alaric penuh penekanan. "Aku bahkan tidak membuatnya bekerja keras," hardik Astrid terdengar kesal. "Apakah kau tahu kalau menjaga butik adalah pekerjaan yang paling mudah? Itu bahkan nyaris tidak memerlukan skil." "Menurutmu apa yang akan terjadi kalau Anna yang punya gelar dokter umum, malah diminta mengerjakan laporan keuangan?" lanjut Astrid dengan nada tanya yang terdengar tajam. "Yang ada matanya bisa sakit melihat angka." "Kau bisa menempatkannya di HRD mungkin atau bagian administrasi lainnya." "Tapi aku tidak punya waktu untuk memikirkan posisi yang cocok u

    Last Updated : 2025-03-10
  • Pesona Sang Penguasa   55. Striptis

    "Hei, kau anak baru." Walau sepertinya dia mendengar sesuatu, tapi Anna memilih untuk tidak menggubris panggilan itu. Lagi pula, panggilannya terlalu ambigu karena Darcy juga anak baru. "Apa kau tuli." Kesal, salah seorang pegawai butik menarik pundak Anna. "Hei, jangan kurang ajar." Tentu saja Darcy akan segera maju, ketika melihat nyonyanya diganggu. "Kenapa kau ikut campur?" tanya pegawai perempuan yang lainnya. "Kami tidak ada urusan denganmu." "Tapi kalian mengganggu Anna, jadi tentu saja aku akan ikut campur. Dia itu ... temanku." Walau sempat hampir salah bicara, tapi Darcy mendorong orang yang berdiri tepat di depannya. "Darcy, jangan kasar." Sayangnya, Anna segera menegur. "Kau dengar itu?" hardik salah seorang dari tiga pegawai yang datang ke ruang ganti untuk mengganggu Anna. "Pacarmu bilang jangan kasar." "Siapa yang kau sebut dengan pacar?" Kali ini Anna, yang melotot marah. "Kami itu sama-sama perempuan dan aku ini masih normal tahu." "Atau mungkin bis

    Last Updated : 2025-03-11
  • Pesona Sang Penguasa   56. Kelainan

    "Jadi bisa kau jelaskan apa yang terjadi?" tanya Astrid dengan mata melotot. Di depan perempuan yang jauh lebih tua dari Alaric itu, berdiri Anna dan Darcy. Mereka berdua masih tampak sedikit berantakan, tapi lebih parah Anna. "Kami hanya membela diri." Darcy yang menjawab mewakili sang nyonya yang sedang cemberut. "Lalu apakah kau tidak punya mulut untuk berbicara?" tanya Astrid, melotot pada iparnya. Sayangnya, Anna tidak langsung menjawab. Dia hanya bisa menatap kakak iparnya dengan bibir mencebik untuk beberapa saat, sebelum keningnya tiba-tiba saja berkerut dan bibir yang tadi mencebik, kini melengkung turun. "Eh, kenapa tiba-tiba menangis?" Astrid langsung panik sendiri dengan kelakuan adik iparnya. "Aku kan hanya bertanya." "Tapi kenapa semua orang bertanya dengan nada menuduh seperti itu?" isak Anna makin terlihat jelek saja. "Padahal aku tidak pernah melakukan hal jahat, tapi kenapa semua orang malah menganggapku genit dan kotor." Kening Astrid tentu saja akan b

    Last Updated : 2025-03-12
  • Pesona Sang Penguasa   57. Lelaki Lain

    Astrid mengetuk jemarinya di atas meja. Dia sedang berpikir tentang kelakuan adik iparnya yang menurutnya aneh, tapi juga sedikit masuk akal. "Tapi itu kan hanya akan terjadi kalau mereka menikah saat saling suka," gumam Astrid seorang diri. "Apa memang mereka menikah karena itu? Tapi kenapa Alaric terlihat cuek, dibanding saat bersama si ular?" "Kau mengatakan sesuatu?" Asisten Astrid bertanya, karena merasa bosnya sudah terlalu banyak berbicara dengan cara berbisik. "Apa kau sudah berhasil mencari tahu apa pun tentang adik iparku?" tanya Astrid dengan kening yang sedikit berkerut. "Sayangnya belum ada." Sang asisten yang adalah seorang lelaki itu menggeleng. "Sepertinya Pak Menteri menghalangi kita menemukan sesuatu dan jujur saja itu makin mencurigakan." "Memang, tapi tidakkah Anna sangat tidak masuk akal?" Astrid meminta pendapat. "Maksudku, dia merasa malu kalau ketahuan berkelahi di butik oleh Alaric." "Sebenarnya tidak juga." Sang asisten tertawa pelan. "Bukankah pa

    Last Updated : 2025-03-13
  • Pesona Sang Penguasa   58. Kencan

    "Sepertinya aku datang tepat waktu sekali." "Oh, kau." Anna terkejut ketika melihat lelaki yang kemarin siang mengunjungi toko tempatnya bekerja. "Ya dan namaku Landon kalau kau mau tahu," ucap lelaki berkacamata itu dengan senyum lebar. "Aku sempat berpikir kalau kau hari ini mungkin tidak akan masuk, karena dimarahi tentang hadiah itu." "Aku memang dimarahi, tapi bukan karena itu." Anna balas tersenyum. "Apa kau mau berbelanja? Silakan langsung saja masuk." "Biar kutebak. Kau sudah mau pulang?" tanya Landon masih dengan senyum yang sama. "Benar, kebetulan hari ini jadwal jagaku hanya sampai jam tiga sore saja." "Oh, sebentar." Kening Landon mengernyit, sebelum memanjangkan tangan dan menyentuh pipi Anna dengan lembut. "Kau terluka?" "Benarkah?" Dengan sangat canggung, Anna mundur selangkah dan memegang pipinya. "Aku rasa hanya tergores, karena kejadian tadi pagi." "Kejadian tadi pagi? Apa yang terjadi tadi pagi." Anna sudah nyaris membuka mulut untuk mengatakan apa

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Pesona Sang Penguasa   143. Merelakan

    "Al, ada apa denganmu?" Elizabeth bertanya ketika mendapati putranya melamun di meja makan, saat makan pagi.Saat selesai hari pemilu, memang mereka memilih menginap di rumah Elizabeth. Selain karena lebih dekat, Alaric merasa lebih mudah untuk menghindari sang istri di rumah itu. Banyak orang di sana yang bisa dijadikan alasan."Mungkin ....""Tidak ada apa-apa, Mom." Alaric memotong kalimat sang istri. "Aku hanya kurang tidur saja.""Oh, tolonglah." Astrid memutar bola matanya, ketika mengatakan hal itu. "Tolong jangan pamer kemesraan di sini.""Siapa yang pamer kemesraan?" Anna yang menjawab dengan kening berkerut."Memangnya apa lagi yang bisa dilakukan sepasang suami istri, sampai kurang tidur?" tanya Astrid dengan mata melotot. "Dan tolong jangan memasang ekspresi tak berdosa seperti itu, mentang-mentang kami tidak mendengar apa-apa.""Lantas, apa ada masalah dengan itu?" Melihat istrinya yang masih bingung, Alaric memilih untuk menjawab sang kakak. "Lagi pula kami pasan

  • Pesona Sang Penguasa   142. Pulang

    "Tuan, kau mendapatkan kabar yang sangat baik." Seseorang berbicara dari sambungan telepon dengan Alaric. "Apa keluargaku bebas dari status terduga?" tanya Alaric dengan sebelah alis terangkat. "Rasanya hanya hal itu kabar baik yang bisa disampaikan oleh seorang polisi padaku bukan? Apalagi hari ini akhirnya pemilu dilaksanakan." Si polisi yang menelepon tidak langsung menjawab, tapi malah mengembuskan napas. Entah apa yang ingin dia katakan, tapi sepertinya itu tidak membuat sang polisi cukup senang atau mungkin cukup tega? "Selamat, penjahat aslinya sudah tertangkap." Setelah terdiam agak lama, si polisi akhirnya bersuara juga. "Kami menemukan rekaman dari mobil korban, yang kebetulan saja diparkir menghadap pintu masuk." "Kalian sangat tidak kompeten." Alaric berdecak pelan. "Seharusnya kalian memeriksakan hal itu lebih dulu, sebelum mencariku." "Masalahnya, tersangka ini adalah orangmu juga. Tentu saja aku harus tetap memanggilmu bukan? Yah, walau kami menemukan bukti ka

  • Pesona Sang Penguasa   141. Liburan

    "Aku tidak tahu apakah masih ada foto itu, tapi biar coba kulihat." Elizabeth mengatakannya, sambil melihat ke rak penuh buku tebal."Tapi aku tidak menyangka kalau di sini ada perpustakaan seperti ini." Anna menatap ke sekelilingnya dengan takjub."Yang benar saja, Anna." Elizabeth sempat menoleh menatap menantunya dengan tatapan tidak percaya. "Kau sudah sering datang dan beberapa kali menginap, tapi tidak tahu ada perpustakaan kecil di sini?""Aku tidak pernah benar-benar mengelilingi rumah ini, Mom." Anna datang mendekati sang mertua. "Bukankah wajar kalau aku tidak tahu banyak hal?""Kalau begitu, setelah ini kita keliling rumah." Elizabeth memberi ide, setelah dia berhasil mengeluarkan sebuah album foto yang cukup tebal. "Walau mungkin nanti kau tidak akan tinggal di sini saat Alaric pensiun, tapi kau harus tahu."Anna tidak memberikan tanggapan, selain tersenyum tipis. Entah kenapa, dia malah terlihat sedikit sedih dan untungnya bisa menutupi hal itu dengan cukup baik. Se

  • Pesona Sang Penguasa   140. Sibuk

    "Darcy, apakah hasil pemeriksaannya sudah keluar?" Fiona bertanya dengan senyum yang sangat cerah. "Belum." Sayangnya, Darcy harus menggeleng. "Karena ada terlalu banyak orang yang diperiksa, maka hasilnya agak terlambat. Maklumlah, para dokter harus bekerja keras agar datanya tidak tertukar." "Oh, tentu saja." Fiona mengangguk pelan. "Anggota kita memang banyak." "Karena itulah aku merasa lelah." Kini Darcy malah mengeluh. "Apalagi aku harus mengurusi Nyonya dan urusan rumah tangga di rumah ini." "Mungkin kau perlu mengambil cuti?" ucap Fiona dengan nada tanya. "Kau bisa sedikit bersantai bukan?" "Bisa, tapi tidak pada waktu sekarang." Darcy kembali menggeleng. "Pemilihan hanya tinggal menghitung hari, jadi kita semua tidak boleh bersantai. Termasuk juga kau." Tentu saja Fiona hanya bisa mengangguk, walau dia sama sekali tidak senang. Padahal dia sedang risau, tapi sekarang harus mengurusi banyak hal. Kini dia jadi sedikit menyesal karena harus menjadi agen ganda. ***

  • Pesona Sang Penguasa   139. Gagal Move On

    "Kenapa Tuan tidak memberitahuku kalau Marjorie terkena penyakit menular yang mematikan?" Fiona mencoba untuk tidak mendesis marah saat menelepon. "Oh, benarkah?" Orang yang ditelepon malah balas bertanya. "Ini hal baru dan aku rasa kau bisa menggunakan alasan itu sebagai salah satu penyebab kematian bukan?" "Tuan Fritz, tolong jangan berlagak menjadi orang bodoh," ucap Fiona dengan lebih berani. "Hasil autopsinya sudah keluar dan itu jelas tidak mencantumkan penyakit." "Ya lalu kau mau apa?" tanya Fritz terdengar kesal. "Untuk apa kau malah memberitahukan berita itu padaku? Aku tidak ada hubungannya." "Kau ada hubungannya, karena kau yang memintaku untuk membunuh dia." Fiona nyaris saja memekik. "Tapi itu tidak ada hubungannya dengan penyakit menular bukan?" Tentu saja Fritz akan menjadi bingung dan itu membuat Fiona ikut bingung. Yang dikatakan Fritz itu sebenarnya sangat benar, tapi pria tua itu tidak tahu masalah yang Fiona alami. Lagi pula, Fiona tidak mungkin menceri

  • Pesona Sang Penguasa   138. Berhenti Berharap

    Anna membuka matanya dengan perlahan dan merasakan rasa sesak. Bukan sesak karena tidak bisa bernapas, tapi sesak karena ada yang mengurung dirinya. Lebih tepatnya, karena ada seseorang yang memeluknya dan orang itu adalah Alaric. "Dasar mesum gila," bisik Anna sepelan mungkin. "Bagaimana mungkin kau bisa tergoda hanya dengan bisikan dan tubuh atletisnya." Pikiran Anna secara refleks berkelana pada malam panas yang dia lalui kemarin. Berawal dari kamar mandi, tapi malah berakhir di ranjang. Bahkan mereka sempat saling mencumbu di atas wastafel, sebelum berpindah ke kamar karena lantai yang licin. "Aku mungkin akan selalu teringat hal mesum itu setiap kali masuk ke dalam kamar mandi," gumam Anna disertai dengan geraman kesal. "Apa kau ingin buang air?" Suara yang tiba-tiba saja terdengar di telinga dan embusan napas yang terasa di tengkuk, membuat Anna bergidik. Belum lagi ditambah dengan remasan pelan sang suami di tempat yang ... sangat tepat. "Al." Anna nyaris saja mende

  • Pesona Sang Penguasa   137. Basah

    "Astaga Anna!" Yang empunya nama, memukul kepalanya sendiri. "Bagaimana kau bisa membayangkan hal mesum, setelah mendengar ucapan Alaric? Sadarlah, Anna." Sesungguhnya, Anna tadi mendengarkan ucapan Alaric tentang mandi bersama dengan sangat jelas. Dia hanya berpura-pura tidak mendengar karena merasa malu. "Tenang Anna," ucapnya menarik napas dan mengembuskan dengan pelan dan suara air mengalir yang menjadi latar belakang. "Kau harus tenang dan jalankan saja tugasmu sebagai seorang istri, setidaknya sampai kau muak." "Tapi, kenapa rasanya rokku basah ya?" tanya Anna dengan kening berkerut, sebelum akhirnya dia sedikit menunduk. Tanpa Anna sadari, air di bathtub rupanya sudah meluap. Padahal, rasanya dia hanya menyalakan air dengan aliran kecil saja. Siapa yang sangka kalau sekarang isi bathtub-nya sudah meluap sampai ke lantai. "Astaga, Anna." Yang empunya nama berteriak cukup keras. "Apa yang kau lakukan?" Tentu saja Anna segera mengulurkan tangan untuk mematikan kran air

  • Pesona Sang Penguasa   136. Membuangmu

    "Pemeriksaan kesehatan?" tanya Fiona dengan sebelah alis yang terangkat. "Ya." Darcy mengangguk pelan. "Semua orang akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Ini untuk kebaikan bersama juga, apalagi ada kejadian yang tidak mengenakkan terjadi baru-baru ini." "Kejadian apa?" Seorang rekan pengawal perempuan yang lain bertanya. "Apa tentang kasus Marjorie itu? Tapi apa hubungannya?" "Marjorie ternyata penderita AIDS," jawab Darcy dengan tenang. "Jadi Tuan ingin kita semua memeriksakan diri, karena siapa tahu saja ada yang tidak sengaja tertular. Berhubung kita juga pernah memantau dia cukup lama, jadi siapa tahu kan?" "Tuan, Nyonya dan keluarga lainnya pun sudah memeriksakan diri," lanjut Darcy menatap satu per satu rekannya. "Aku dan Caspian juga sudah, jadi sekarang giliran kalian." Semua orang saling menatap dengan ekspresi beragam. Ada yang terlihat kaget dan ada juga yang terlihat cemas. Yang jelas mereka semua terlihat tidak nyaman dengan berita yang bar

  • Pesona Sang Penguasa   135. Teman Semua Orang (3)

    "Bagaimana dia bisa tahu kalau ada pembunuh di rumahku?" ucap Elizabeth dengan mata melotot. "Mom, st." Anna menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Jangan terlalu keras, siapa tahu ada yang menguping di depan pintu. Atau mungkin ada yang memasang alat penyadap." "Oh, aku rasa aku harus memeriksa ruangan ini terlebih dulu." Caspian langsung bergerak, diikuti dengan Darcy. Semua orang yang sedang berada di dalam ruang baca itu menatap dua orang asisten sekaligus pengawal pribadi yang menggeledah ruangan dengan seksama. Mereka jelas saja akan merasa cemas, karena bisa saja mereka ketahuan. "Tidak ada penyadap atau kamera yang ditemukan." Untungnya Darcy menggeleng. "Ruangan ini juga dilapisi karpet, jadi seharusnya akan lebih kedap suara," lanjut Caspian menjelaskan. "Maaf harus menanyakan ini, tapi kalian berdua bisa dipercaya kan?" Tiba-tiba saja Astrid bertanya. "Mereka aman." Anna dengan tenangnya memberitahu. "Soalnya, Bastian mengatakan akan bertemu teman di rumah, p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status