Share

125. Tuduhan

Author: 5Lluna
last update Huling Na-update: 2025-04-22 18:48:01

"Pak Alaric, bagaimana pendapatmu tentang kasus ini?"

"Apa benar ada perselisihan antara korban dan dirimu sebelumnya?"

"Atau mungkin ada perselisihan dengan istrimu, terutama karena korban adalah mantan tunanganmu."

"Pak Alaric, tolong berikan sepatah dua patah kata."

Alih-alih menjawab semua pertanyaan dari wartawan yang menyerbu, Alaric memilih untuk memeluk istrinya yang tampak sedikit ketakutan. Biar bagaimana, mereka tidak bisa terus diam di tempat dan harus bergegas masuk ke dalam kantor polisi.

"Bereskan yang ada di luar sini," ucap Alaric tidak terlalu keras, memberi perintah pada asistennya.

Tanpa perlu diperintah dua kali, Caspian langsung membalikkan badan ketika tuannya sudah masuk ke dalam kantor polisi. Dia yang akan bertugas menjawab pertanyaan wartawan hari ini, sementara Darcy akan masuk dan mendampingi dua tuannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Alaric melepas pelukannya dengan pelan. "Peganganku tidak membuatmu sakit kan?"

"Tidak." Anna menggeleng pel
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pesona Sang Penguasa   126. Pemimpin

    "Tidak bisakah kalian lebih lembut sedikit?" Alaric melotot ketika melihat sendiri apa yang terjadi dengan sang istri, dari balik kaca satu arah. Hanya dia yang bisa melihat ke dalam ruangan, sementara Anna tidak bisa melihatnya. "Kami hanya menjalankan prosedur, Tuan." Polisi lelaki yang menemani Alaric hanya bisa tersenyum. "Lagi pula, itu sudah sangat lembut." "Kalau istriku sampai ketakutan dan muncul trauma, aku akan menuntut kalian." Tentu saja Alaric tidak akan tinggal diam begitu saja. "Yah, terserah kau saja." Si polisi mengedikkan bahu dengan santainya. "Lagi pula, status kalian berdua itu sama. Sama-sama terduga pelaku, jadi aku tidak akan takut." "Luar biasa sekali." Alaric mendengus pelan. "Hanya karena Marjorie punya masalah dengan kami, kalian langsung menuduh seenak hati." "Tenang saja, karena kalian bukan satu-satunya. Ada si mantan suami, bahkan ayah kandung korban. Satu lagi, status kalian masih saksi sih." Alaric menggeram kesal. Kalau bisa, dia ingi

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Pesona Sang Penguasa   127. Keluarga

    "Bagaimana?" Fritz bertanya dengan ponsel yang dipegang oleh seorang lelaki. "Baik, Tuan." Suara perempuan terdengar dari seberang sambungan telepon. "Hasilnya justru di luar dugaan. Alaric dan Anna malah ikut terseret kasus ini, bahkan menjadi terduga pelaku." "Ingat, aku masih butuh Anna." Fritz mengingatkan. "Tapi kau jangan lupa untuk membuat Alaric tersudut dalam kasus ini. Aku tidak peduli apa yang terjadi dengan dia, tapi Anna harus utuh." "Tentu saja Tuan." Si perempuan penelepon menyanggupi. "Aku akan berusaha sebaik mungkin." "Jangan jadi Marjorie kedua, Fiona," ucap Fritz sebelum menutup teleponnya dan melirik ke arah lelaki yang tadi memegang benda pipih itu. "Apakah Tuan masih butuh sesuatu?" tanya lelaki itu setelah menelan liur dengan ekspresi gugup, bahkan matanya nyaris melotot. "Haruskah kau bertanya?" tanya Fritz dengan sebelah alis terangkat. "Kita sedang kekurangan perempuan untuk memuaskanku, jadi tentu saja kau yang harus melakukan semuanya." ***

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Pesona Sang Penguasa   128. Berkabung

    "Maaf, Tuan." Caspian terpaksa harus menggeleng. "Aku rasa, akan sulit bagi kita untuk bergerak atau memberi tekanan lebih pada kasus ini.""Sialan." Alaric tidak segan melempar pena yang dia gunakan. "Kenapa juga harus ada kasus di masa penting seperti sekarang ini. Mana Anna juga habis kena musibah.""Jujur saja, kalau bisa aku ingin sekali memaki mendiang Marjorie. Sayangnya bukan hal baik memaki orang yang sudah meninggal." Caspian ikut menunjukkan rasa kesalnya. "Kalau bukan dia yang terus mengejarmu, mungkin kita tidak akan tersangkut kasus.""Aku tidak masalah, tapi bagaimana dengan Anna?" tanya Alaric yang kini menyugar rambutnya dengan frustrasi dan asal. "Dia tidak terbiasa menghadapi tekanan."Caspian hanya bisa mengembuskan napas. Dia ingin protes kalau tekanan yang mereka dapatkan juga besar, tapi sepertinya sang atasan tidak akan mendengar. Sepertinya. Alaric kini hanya akan memedulikan istrinya saja.Untungnya saja, Alaric tidak berlama-lama merasa frustrasi. Itu

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Pesona Sang Penguasa   129. Penyakit

    "Apakah Bastian tidak ikut?" Itu adalah hal pertama yang diucapkan oleh Anna, ketika disambut oleh ayah Marjorie. "Dia tentu saja datang dan sedang bersama ayahnya di sana." Anna menoleh dan menatap ke arah yang ditunjuk lelaki paruh baya di depannya. Dari tempatnya, dia bisa melihat anak yang dia cari sedang menatap peti mati dengan bibir mencebik. Tentu saja dalam gendongan Landon. "Bolehkah aku pamit untuk bertemu Bastian dulu?" tanya Anna demi sopan santun. "Tentu saja, tapi aku sarankan kau tidak menemui Landon berdua saja." Ayah Marjorie malah memberi nasihat. "Kadang ada orang jahat yang akan menebar gosip, walau dalam keadaan berduka sekali pun." "Terima kasih banyak atas sarannya." Anna membalas dengan senyum tipis dan segera mengajak dua orang yang datang bersamanya untuk berpindah tempat. "Aku senang kalian masih mau dan menyempatkan diri untuk datang." Landon segera menyambut dengan senyuman. "Seharusnya itu kalimat yang ditujukan untukmu." Kali ini Astrid y

    Huling Na-update : 2025-04-24
  • Pesona Sang Penguasa   130. Melakukan Sesuatu

    "Sudah mati pun dia masih bikin susah." "Mom, jangan ngomong gitu dong." Anna segera menegur mertuanya. "Tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal seperti itu." Anna yang duduk di sebelah sang mertua, segera memeluk lengan Elizabeth. Niatnya sih untuk menghentikan perempuan tua itu, terutama saat mereka sekeluarga sedang berkumpul di rumah Elizabeth. "Tapi itu kenyataannya." Sayangnya, Elizabeth enggan berhenti, bahkan sampai melotot saking marahnya. "Gara-gara dia, kita semua harus melakukan tes darah." "Sebenarnya, kita tidak perlu melakukan tes darah." Alaric mengembuskan napas lelah. "Tidak satu pun dari kita yang pernah kontak langsung dengan darah Marjorie, apalagi kotoran dan hal lainnya." "Siapa yang bisa menjamin?" tanya Elizabeth makin melotot saja. "Dia itu sangat pendendam, bisa saja dia dengan sengaja meneteskan darahnya ke dalam kopimu atau minuman Anna. Atau bisa saja dia menyuruh orang lain melakukan itu." "Mom, aku mohon." Tidak tahan mendengarny

    Huling Na-update : 2025-04-24
  • Pesona Sang Penguasa   1. Perjodohan Bisnis

    "Bagaimana mungkin aku bisa menikahi pria yang hanya lebih muda dua tahun dari papaku sendiri. Ini gila dan AKU TIDAK MAU!""Ini sama sekali tidak gila, Anna. Ini demi kita semua. Kau anak berbakti yang mau membantu keuangan keluarga kan?" Suara terdengar dari ponsel yang tertempel di telinga Anna."Waktu Papa bilang usia Pak Fritz itu berbeda jauh, Anna pikir itu cuma berbeda paling banyak lima belas tahun. Aku berpikir dia itu lelaki akhir tiga puluhan atau awal empat puluh, bukan akhir lima puluh, Pa.""Sayang, usia itu hanyalah angka dan sama sekali tidak penting." Tentu saja sang papa berusaha untuk merayu putrinya. "Lagi pula, Pak Fritz itu lelaki dewasa, kaya raya dan baik. Dia pasti bisa mengayomi dan membimbingmu dengan baik. Kau satu-satunya harapan kami."Anna yang mengurung diri di dalam bilik toilet, memijat pangkal hidungnya dengan keras. Jujur saja, dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dikatakan sang ayah. Tapi, Anna juga tidak bisa jika pria yang akan dia teman

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Pesona Sang Penguasa   2. Alaric

    Anna mengangkat kedua tangan, dengan tatapan cemas tertuju ke depan. Dia bergantian menatap lelaki yang terbaring di atas ranjang dan pistol yang terarah padanya. Ya. Pistol."Maaf, Pak." Perawat yang berdiri di sebelah Anna mencoba untuk berdiskusi. "Kami di sini hanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tapi kenapa malah ditodong dengan senjata?""You'd better keep quiet or you'll regret it." Lelaki yang memegang pistol itu mendesis pelan. "Bawa Pak Alaric pergi dari sini," lanjutnya, memberi perintah pada dua orang lelaki yang lain."Kau tidak bisa membawa dia pergi." Tentu saja Anna akan melarang dan dia mengatakan itu dalam bahasa Inggris. "Biar bagaimana, dia baru saja dioperasi.""Justru karena kau melakukan operasi tanpa izin, kami bisa menuntut. Siapa yang tahu kalau kalian malah mengambil organ atasan kami.""Hei, aku ini dokter." Dengan raut wajah kesal, Anna menghardik. "Bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti itu? Apalagi ini adalah rumah sakit besar. Sekarang

    Huling Na-update : 2025-01-11
  • Pesona Sang Penguasa   3. Negosiasi

    "Bisakah kau menjauh?" tanya Anna dengan napas yang memburu karena merasa terkejut, sekaligus terancam. "Tidak akan, sebelum kau mengatakan siapa yang menyuruhmu untuk menyerangku," desis Alaric dengan rahang yang mengetat. Sayang sekali, Anna tidak bisa menjawab. Seumur hidup, dia sama sekali tidak pernah diancam dan ditindas seperti sekarang ini. Hal yang membuat Anna jadi ketakutan, bahkan kesulitan untuk bernapas. "Tuan." Pengawal perempuan memanggil. "Nona ini adalah dokter yang membawa Anda ke rumah sakit untuk menjalani operasi usus buntu." "Dokter?" Alaric kembali bertanya dengan sebelah alis yang terangkat. "Aku dokter." Anna refleks mengangguk. Tentu saja Alaric tidak langsung percaya. Dia terlebih dahulu menatap perempuan di bawahnya dengan lekat, sebelum akhirnya mengingat apa yang terjadi. Alaric ingat bagaimana dia menabrak seorang perempuan kecil. "Your scent." Alaric berdesis pelan, sembari menarik napas dalam-dalam di dekat leher Anna. "I smell it somewhe

    Huling Na-update : 2025-01-11

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Sang Penguasa   130. Melakukan Sesuatu

    "Sudah mati pun dia masih bikin susah." "Mom, jangan ngomong gitu dong." Anna segera menegur mertuanya. "Tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal seperti itu." Anna yang duduk di sebelah sang mertua, segera memeluk lengan Elizabeth. Niatnya sih untuk menghentikan perempuan tua itu, terutama saat mereka sekeluarga sedang berkumpul di rumah Elizabeth. "Tapi itu kenyataannya." Sayangnya, Elizabeth enggan berhenti, bahkan sampai melotot saking marahnya. "Gara-gara dia, kita semua harus melakukan tes darah." "Sebenarnya, kita tidak perlu melakukan tes darah." Alaric mengembuskan napas lelah. "Tidak satu pun dari kita yang pernah kontak langsung dengan darah Marjorie, apalagi kotoran dan hal lainnya." "Siapa yang bisa menjamin?" tanya Elizabeth makin melotot saja. "Dia itu sangat pendendam, bisa saja dia dengan sengaja meneteskan darahnya ke dalam kopimu atau minuman Anna. Atau bisa saja dia menyuruh orang lain melakukan itu." "Mom, aku mohon." Tidak tahan mendengarny

  • Pesona Sang Penguasa   129. Penyakit

    "Apakah Bastian tidak ikut?" Itu adalah hal pertama yang diucapkan oleh Anna, ketika disambut oleh ayah Marjorie. "Dia tentu saja datang dan sedang bersama ayahnya di sana." Anna menoleh dan menatap ke arah yang ditunjuk lelaki paruh baya di depannya. Dari tempatnya, dia bisa melihat anak yang dia cari sedang menatap peti mati dengan bibir mencebik. Tentu saja dalam gendongan Landon. "Bolehkah aku pamit untuk bertemu Bastian dulu?" tanya Anna demi sopan santun. "Tentu saja, tapi aku sarankan kau tidak menemui Landon berdua saja." Ayah Marjorie malah memberi nasihat. "Kadang ada orang jahat yang akan menebar gosip, walau dalam keadaan berduka sekali pun." "Terima kasih banyak atas sarannya." Anna membalas dengan senyum tipis dan segera mengajak dua orang yang datang bersamanya untuk berpindah tempat. "Aku senang kalian masih mau dan menyempatkan diri untuk datang." Landon segera menyambut dengan senyuman. "Seharusnya itu kalimat yang ditujukan untukmu." Kali ini Astrid y

  • Pesona Sang Penguasa   128. Berkabung

    "Maaf, Tuan." Caspian terpaksa harus menggeleng. "Aku rasa, akan sulit bagi kita untuk bergerak atau memberi tekanan lebih pada kasus ini.""Sialan." Alaric tidak segan melempar pena yang dia gunakan. "Kenapa juga harus ada kasus di masa penting seperti sekarang ini. Mana Anna juga habis kena musibah.""Jujur saja, kalau bisa aku ingin sekali memaki mendiang Marjorie. Sayangnya bukan hal baik memaki orang yang sudah meninggal." Caspian ikut menunjukkan rasa kesalnya. "Kalau bukan dia yang terus mengejarmu, mungkin kita tidak akan tersangkut kasus.""Aku tidak masalah, tapi bagaimana dengan Anna?" tanya Alaric yang kini menyugar rambutnya dengan frustrasi dan asal. "Dia tidak terbiasa menghadapi tekanan."Caspian hanya bisa mengembuskan napas. Dia ingin protes kalau tekanan yang mereka dapatkan juga besar, tapi sepertinya sang atasan tidak akan mendengar. Sepertinya. Alaric kini hanya akan memedulikan istrinya saja.Untungnya saja, Alaric tidak berlama-lama merasa frustrasi. Itu

  • Pesona Sang Penguasa   127. Keluarga

    "Bagaimana?" Fritz bertanya dengan ponsel yang dipegang oleh seorang lelaki. "Baik, Tuan." Suara perempuan terdengar dari seberang sambungan telepon. "Hasilnya justru di luar dugaan. Alaric dan Anna malah ikut terseret kasus ini, bahkan menjadi terduga pelaku." "Ingat, aku masih butuh Anna." Fritz mengingatkan. "Tapi kau jangan lupa untuk membuat Alaric tersudut dalam kasus ini. Aku tidak peduli apa yang terjadi dengan dia, tapi Anna harus utuh." "Tentu saja Tuan." Si perempuan penelepon menyanggupi. "Aku akan berusaha sebaik mungkin." "Jangan jadi Marjorie kedua, Fiona," ucap Fritz sebelum menutup teleponnya dan melirik ke arah lelaki yang tadi memegang benda pipih itu. "Apakah Tuan masih butuh sesuatu?" tanya lelaki itu setelah menelan liur dengan ekspresi gugup, bahkan matanya nyaris melotot. "Haruskah kau bertanya?" tanya Fritz dengan sebelah alis terangkat. "Kita sedang kekurangan perempuan untuk memuaskanku, jadi tentu saja kau yang harus melakukan semuanya." ***

  • Pesona Sang Penguasa   126. Pemimpin

    "Tidak bisakah kalian lebih lembut sedikit?" Alaric melotot ketika melihat sendiri apa yang terjadi dengan sang istri, dari balik kaca satu arah. Hanya dia yang bisa melihat ke dalam ruangan, sementara Anna tidak bisa melihatnya. "Kami hanya menjalankan prosedur, Tuan." Polisi lelaki yang menemani Alaric hanya bisa tersenyum. "Lagi pula, itu sudah sangat lembut." "Kalau istriku sampai ketakutan dan muncul trauma, aku akan menuntut kalian." Tentu saja Alaric tidak akan tinggal diam begitu saja. "Yah, terserah kau saja." Si polisi mengedikkan bahu dengan santainya. "Lagi pula, status kalian berdua itu sama. Sama-sama terduga pelaku, jadi aku tidak akan takut." "Luar biasa sekali." Alaric mendengus pelan. "Hanya karena Marjorie punya masalah dengan kami, kalian langsung menuduh seenak hati." "Tenang saja, karena kalian bukan satu-satunya. Ada si mantan suami, bahkan ayah kandung korban. Satu lagi, status kalian masih saksi sih." Alaric menggeram kesal. Kalau bisa, dia ingi

  • Pesona Sang Penguasa   125. Tuduhan

    "Pak Alaric, bagaimana pendapatmu tentang kasus ini?" "Apa benar ada perselisihan antara korban dan dirimu sebelumnya?" "Atau mungkin ada perselisihan dengan istrimu, terutama karena korban adalah mantan tunanganmu." "Pak Alaric, tolong berikan sepatah dua patah kata." Alih-alih menjawab semua pertanyaan dari wartawan yang menyerbu, Alaric memilih untuk memeluk istrinya yang tampak sedikit ketakutan. Biar bagaimana, mereka tidak bisa terus diam di tempat dan harus bergegas masuk ke dalam kantor polisi. "Bereskan yang ada di luar sini," ucap Alaric tidak terlalu keras, memberi perintah pada asistennya. Tanpa perlu diperintah dua kali, Caspian langsung membalikkan badan ketika tuannya sudah masuk ke dalam kantor polisi. Dia yang akan bertugas menjawab pertanyaan wartawan hari ini, sementara Darcy akan masuk dan mendampingi dua tuannya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Alaric melepas pelukannya dengan pelan. "Peganganku tidak membuatmu sakit kan?" "Tidak." Anna menggeleng pel

  • Pesona Sang Penguasa   124. Terjebak Kasus

    "Pindah warga negara?" tanya Anna dengan mata melotot. "Ya, biar bagaimana kau itu kan istriku." Alaric mengangguk, sambil melepas dasinya karena tangan Anna berhenti bergerak. "Aneh jika kau belum mengurus sesuatu seperti itu, walau tidak bisa langsung juga." "Bukannya proses pindah warga negara itu butuh beberapa tahun ya?" tanya Anna kembali membantu sang suami merapikan pakaian yang sudah dibuka. "Sebenarnya ya." Kini Alaric beralih duduk di sofa panjang yang ada di depan ranjang. "Tapi karena kau istriku, mungkin ini bisa sedikit dipermudah. "Mungkin tidak perlu menunggu selama bertahun-tahun. Mungkin setahun sudah bisa." "Itu namanya menyalahgunakan kekuasaan, Al." Anna berdecak pelan. "Itu tidak baik." "Aku tidak melakukannya." Alaric mengedikkan bahu dengan santai. "Yang aku lakukan hanya menjamin dirimu sebagai suami, apalagi kau sudah tinggal cukup lama bukan? Mungkin sudah lebih setengah tahun?" Kedua mata Anna berkedip mendengar apa yang diucapkan sang suami.

  • Pesona Sang Penguasa   123. Tidak Berguna

    "Oh, Tuhan! Aku tiba-tiba saja merasa takut." "Tidak perlu takut." Alaric tersenyum miring melihat kelakuan istrinya yang seperti murid baru di sekolah yang baru. "Aku ada di sampingmu. Lebih tepatnya, kau hanya perlu menempel padaku." "Yakin tidak ada yang perlu aku lakukan?" tanya Anna dengan mata melebar. "Biar bagaimana, ini kampanyemu kan? Setidaknya aku harus melakukan sesuatu." Kali ini, Anna menemani sang suami untuk melakukan kampanye yang tinggal beberapa hari lagi. Dia bersedia untuk ikut, karena merasa bosan kalau harus di rumah terus. Lagi pula, mereka bisa sekalian jalan-jalan, karena tentu saja Alaric akan berkeliling. "Kau tidak perlu melakukan apa pun," balas Alaric dengan senyum lebar. "Cukup berdiri dan mengekoriku saja." "Aku kan bukan anak anjing, kenapa harus mengekorimu terus?" Anna pura-pura cemberut, hanya untuk mengganggu suaminya. "Tentu saja agar aku bisa menjagamu dengan benar," jawab Alaric tanpa ragu. "Apalagi nanti pasti akan sangat ramai, j

  • Pesona Sang Penguasa   122. Malaikat Maut

    "Tolong aku." Marjorie nyaris saja berteriak pada ponselnya. "Aku membutuhkan bantuanmu untuk menyingkirkan Anna. Bunuh dia." "Bunuh katamu?" Lelaki yang menemani Marjorie berbicara malah tertawa. "Apa aku tidak salah dengar, atau kau mungkin lupa dengan perjanjian kita." "Oh, ayolah Pak Tua." Marjorie menggeram pelan. "Banyak perempuan lain di luar sana, kenapa harus Anna?" "Karena dia adalah Anna," jawab lelaki itu. "Jawaban yang sangat singkat, padat dan jelas bukan? Tapi sayangnya, kau tidak berhasil melakukan apa pun." "Aku berhasil membuatnya diculik, kehilangan anak, bahkan membuat dia jadi korban pemerkosaan. Apa lagi yang kurang?" tanya Marjorie dengan dua alis terangkat. "Itulah masalahnya Marjorie," desis lelaki yang hanya terdengar suaranya itu. "Aku memintamu menjauhkan mereka dan sedikit mengancamnya, tapi yang kau lakukan malah melukai barang milikku." "Aku rasa itu hanya luka kecil." "Bagimu kecil, tapi bagiku itu adalah kerugian yang cukup besar. Kau har

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status