Sebenernya aku sendiri nggak nyangka hubungan Riel Diana dan Lilia bakal serumit ini :") Sangat diluar prediksi. Habis bab ini, kemungkinan aku time skip~
“Jawabanku tetap tidak!”Detik setelah Idellia melayangkan sebuah penolakan pada teman-teman dosennya, dia meraih bola voli yang ada di dekat kakinya untuk dia pukul sekuat tenaga ke tengah lapangan yang untungnya tidak mengenai dosen lainnya yang ada di sana.Bahunya naik turun menahan amarah yang tiba-tiba saja melambung tinggi begitu Fanya menanyai hal yang tidak ingin Idellia dengar, ‘Besok kamu hadir di pernikahan Lilia ‘kan? Ingat, kalian itu sepupuan loh, Del. Masa kamu tega tidak akan datang, sih?’Satu bulan semenjak Lilia mengumumkan tanggal pernikahan, saat itulah berakhirnya hubungan sepersepupuan Idellia dan Lilia. Mata Idellia memerah kala mengingat hari saat dirinya terpukul dengan kabar bahagia itu. Dia menatap Fanya dengan buas seolah ingin menerkamnya. Sebelum Idellia sempat melakukan sesuatu, aksinya tertahan oleh teriakkan di bawah sana.“APA ADA MASALAH, GUYS?”Sontak baik Idellia maupun yang lain menatap ke bawah lapangan. Seorang pria yang sangat mereka kenali
Kegiatan olahraga berakhir, kegiatan Claudia di kampus pun selesai. Claudia berusaha untuk tidak memikirkan soal Lilia lebih lanjut karena sekarang ini dia akan menemui Aruna untuk pergi ke suatu tempat. “Mommy!” Baru saja Claudia tiba di pintu utama Gimnasium, dia mendengar suara ceria Aruna memanggilnya dari arah samping. Diperhatikannya Aruna yang mendadak memelankan langkah sambil tersenyum malu-malu saat bertukar pandangan dengan dosen-dosen yang ikut berjalan ke luar bersama Claudia. ‘Duh, takutnya Mommy malu kalau aku samperin,’ ringis Aruna merasa gamang. Kini, hampir seantero kampus mengetahui jika Claudia adalah Mommy muda-nya Aruna. Sebenarnya kesalahan ada pada dirinya karena dia tidak bisa menahan diri untuk mengunggah kebersamaannya dengan Claudia di sosial media. Dan secara tidak sengaja, Aruna beberapa kali menunjukkan sikap manjanya di hadapan publik. “Rasanya aku pengen seret Aruna ke sini deh, Clau,” celetuk Zoeya yang merasa gemas dengan tingkah malu-malu Aru
Jika bukan karena disibukkan oleh berbagai aktivitas, Claudia lebih rentan terserang penyakit pikiran. Baik memikirkan tentang dirinya maupun sosok terdekatnya seperti pernikahan Lilia yang akan terjadi besok.“Aruna coba gaunnya di ruangan ganti dulu ya, Mommy.”Kesadaran Claudia pulih. Dia menganggukkan kepala saat melihat Aruna dibantu oleh satu orang karyawan untuk mencoba gaun yang sudah dipesan jauh-jauh hari sebelumnya.“Eng~ Mommy tunggu di sini,” jawab Claudia mempersilakan. Satu tangannya naik begitu Aruna melambaikan tangannya. Senyum di bibir cherry Claudia terbit menatap punggung kepergian Aruna yang hilang dibalik pintu ruangan ganti tersebut.Mengenai ucapan Aruna tadi, Claudia sempat membalas sebelum mengajaknya kembali berjalan agar tidak membiarkan Garvi dan Pras menunggu terlalu lama.Claudia mengatakan, ‘Untuk kebaikan masing-masing, Mommy dan Bu Claire memang memutuskan agar tidak kembali bersama seperti sebelumnya.’“Apakah Nyonya juga ingin mencoba gaunnya sekar
“Mau seberapa banyak lagi, Aruna?”Mendengar suara berat di sampingnya, Aruna terkesiap. Bukan hanya karena pertanyaan itu saja, melainkan karena tangannya yang dicekal oleh Pras. Mata besarnya menatap ke arah Pras hingga pemuda itu menyuruhnya untuk menurunkan pandangan melalui dagunya.“Ya ampun!” pekik Aruna. Barulah saat itu dia mengerti. Ramen yang dipesannya sudah dipenuhi potongan rawit yang dituangkan Aruna tanpa sadar.“Bisa-bisanya aku–Ucapan Aruna terputus begitu saja ketika Pras mengambil mangkuk makanan Aruna dan menukarnya dengan mangkuk miliknya yang bersih tanpa rawit.“Kak Pras ….” Aruna mencengkram erat sumpit di tangannya sambil menatap ke arah pemuda itu yang kini tengah memasang senyumnya. “Pesan baru aja, ya? Jangan dimakan, nanti Kak Pras sakit perut,” cegah Aruna.Namun, Pras tak mengindahkan. Alih-alih mengiakan ucapan gadis itu, Pras tampak santai mengaduk ramen di hadapannya tanpa mempedulikan potongan cabe rawit yang dituangkan Aruna tadi.Mata Aruna membo
Keesokan harinya, sesuai dugaan Claudia, Aruna enggan datang ke pernikahan Riel dan Lilia. Gadis itu mengatakan, “Aruna ngantuk, kayaknya mau tidur aja, Mommy.”Claudia tidak tega melihat kantung mata Aruna yang tampak menghitam. Jadi, dia menyuruh Aruna untuk beristirahat. Beralih dari Aruna, Claudia tetap gagal membujuk Ryuga.Akan tetapi, Claudia meninggalkan pesan pada suaminya itu. “Acaranya dimulai pukul sepuluh. Kalau kamu berubah pikiran, aku sudah menyiapkan jas untukmu di lemari, Ryuga.”Sementara teman-teman dekat kampusnya juga memutuskan tidak datang. Satu pun. Demi yang sudah terjadi, Claudia tidak berhak menyalahkan pihak mana pun. Dia percaya jika takdir seseorang tidak akan tertukar.Sesaat, Claudia sempat dibuat gamang. “Argh, tapi aku ingin pergi dan melihat kondisi Lilia.”Nomor ponsel Lilia tidak bisa dihubungi. Akun media sosialnya juga tidak ditemukan. Claudia mencoba menghubungi Lilia melalui surel, tidak ada balasan.Saat Claudia mendatangi flat tempat Lilia,
Alih-alih langsung menemui Claudia, Riel menitipkan pesan pada salah satu pelayannya agar Claudia bisa tinggal dan menemani Lilia sebentar. Claudia jelas tidak keberatan. Wanita itu justru senang bisa melihat Lilia yang kini sudah mulai dirias untuk pernikahan yang akan berlangsung beberapa jam lagi.Sekelebat memori tentang pernikahannya dengan Ryuga beberapa bulan lalu terlintas di kepala Claudia. Hal itu mengundang bibir cherry-nya untuk tersenyum. Dia membatin, ‘Ish, kenapa aku jadi merindukan Ryuga?’Kira-kira apa yang tengah dilakukan Ryuga sekarang? Tidakkah suaminya itu juga merasakan rindu?‘Atau jangan-jangan hanya aku saja?!’ pikir Claudia sambil menaikkan satu alisnya. Dia menggelengkan kepala.Sejujurnya akhir-akhir ini Claudia merasa sikapnya lebih manja, terutama pada Ryuga. Jadi, terkadang Claudia berusaha menahannya. Seperti sekarang, dia menahan diri agar tidak menghubungi Ryuga.“Kamu membutuhkan sesuatu, Claudia?”Pertanyaan itu membuat Claudia tersadar dari lamuna
“Loh, Daddy katanya nggak akan datang ke pernikahan Om Yel sama Bu Lilia?” Mata besar Aruna memindai penampilan Ryuga dari atas hingga ke bawah yang sudah rapi dan casual dalam balutan jas yang dibelikan Claudia kemarin. Dahi Aruna mengerut samar. “Kok setelannya kayak mau kondangan gini?” tunjuknya heran. Pasalnya sebelum Claudia pergi, Aruna sudah tahu jika Daddy–nya tidak akan ikut. Ryuga mendengus halus. Siapa sangka gara-gara satu foto salah kirim itu membuatnya akhirnya tergerak untuk datang ke pernikahan Riel?! Diam-diam Ryuga menduga jika Claudia sengaja mengirimkan foto itu agar memancingnya untuk datang. Jika benar demikian, Claudia memang benar-benar wanita konyol. Manik hitam Ryuga memperhatikan aktivitas Aruna yang sedang sibuk dengan cat lukisnya di meja. Jari-jari Aruna terkena cat di beberapa titik. Pandangannya naik untuk menatap putrinya itu. “Daddy tinggal sendirian di rumah, nggak apa-apa, Na?” tanya Ryuga mengabaikan pertanyaan Aruna sebelumnya. Dia tidak lup
Diana menyadari jika ucapan dan perasaannya sangat bertolak belakang. Meskipun dari bibirnya terucap jika dia sudah melupakan Riel, akan tetapi hatinya belum bisa sepenuhnya menghapus bayang-bayang pria itu. Lagipula, bekas penghapus pada selembar kertas pun akan meninggalkan jejaknya ‘kan? Jika diibaratkan, Diana sedang ada dalam posisi itu. Demikian, dia ada di sini sekarang. Hampir saja wanita itu masuk tanpa undangan karena jelas Riel masih waras untuk tidak mengirimkan undangan pernikahan padanya. Mendadak Diana tidak ingin memberitahukan perasaannya mengingat hubungan baik Ryuga dan Riel sedikit memburuk. Dian berdeham, “Mohon maaf, Pak Ryuga.” Alih-alih menjawab pertanyaan Ryuga sebelumnya, Diana malah mengatakan permintaan maaf. Setengah takut, dia pun mengatakan, “Di luar jam kerja, mari untuk saling menghormati privasi masing-masing.” Usai mengatakan itu, tanpa perlu menunggu balasan Ryuga, Diana sudah melarikan diri secepat mungkin dengan jantung yang berdetak cepat. B
“Jangan mengebut, santai saja, Yel.” Mendengar ucapan perintah itu, Riel melirik wanita yang duduk di kursi penumpang dengan tatapan horror. Bisa-bisanya dalam kondisi genting seperti sekarang, dia menyuruh Riel untuk mengemudi dengan santai?! “Kamu akan melahirkan, Lilia.” Dengan suaranya yang dalam, Riel mengingatkan. Keseluruhan tangannya mencengkram setir erat-erat. Di sampingnya, Lilia memasang wajah tenang. Tampak kesakitan, akan tetapi Lilia menunjukkan seolah sakit yang dia rasakan bukan sesuatu yang besar. “Aku tahu dan aku tidak akan melahirkan di sini kok, aku tidak akan mengotori mobil mewahmu,” kata Lilia. Dia sedikit meringis, “Hanya saja, maaf, celanaku sekarang basah.” Ya, cairan yang tampak membasahi kaki Lilia adalah air ketuban yang pecah. “Apa masalah itu penting?” sindir Riel kentara menunjukkan perasaan kesalnya. Sebenarnya, apa yang ada dalam pikiran Lilia? Riel hanya ingin tiba lebih cepat supaya dia bisa segera ditangani. Melihat ketuban Lilia pecah, Ri
“–Akan tetapi, tolong antarkan aku pergi ke tempat lapangan lari. Aku ingin jalan-jalan pagi.” Riel memukul stir yang dikemudikannya lalu memutar mobilnya ke arah tempat lapangan lari. Bisa-bisanya dia menuruti permintaan Lilia, dan parahnya membiarkan wanita yang tengah mengandung anaknya itu keluyuran sendirian. Sesaat, hatinya dilanda perasaan bersalah. Riel menyadari bahwa semakin hari, setiap minggu, dan beberapa bulan ke belakang sikapnya sangat acuh pada istrinya itu. “Ayo, angkatlah,” gumamnya pelan. Dia memutuskan menghubungi Lilia. Teleponnya aktif. Namun, tidak diangkat. Pikiran Riel terpecah. Sebelum Lilia turun dari mobil, dia sempat menatap Riel seolah ingin mengatakan sesuatu. “Katakan saja.” Berulah saat itu, Lilia mengutarakan pikirannya. Wanita itu mencengkram seatbelt yang sudah terlepas. “Aku serius dengan ucapanku tadi. Ayo berpisah setelah anak ini lahir.” Riel tidak memberikan respons. Manik hitamnya menyorot tajam, mencari kebenaran dibalik pernyataan Li
Ketegangan pagi itu tidak hanya terjadi pada sepasang ayah dan anak, melainkan juga terjadi pada sepasang suami istri di kediaman keluarga Waluyo.“Tidak bisakah kamu membatalkan agar tidak jadi pergi, Yel?”Istri mana yang tidak marah apabila suaminya baru saja pulang beberapa jam, harus kembali pergi meninggalkannya seorang diri … ditambah dengan keadaan hamil besar.Lilia memperhatikan baik-baik Riel yang sudah siap dengan pakaian berkudanya. Ya, Riel akan pergi berkuda bersama rekan-rekan bisnisnya.“Membatalkannya?” ulang Riel lantas menggelengkan kepala. “Itu tidak mungkin. Aku sudah merencanakannya lama dengan teman-temanku.”Setelah Riel kembali untuk menggantikan sang ayah memimpin perusahaan, dia mulai memiliki kesibukan-kesibukan di luar pekerjaan utama sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menemani Lilia sehingga berujung … mengabaikannya tanpa sadar.“Bagaimana dengan aku, Yel?” tanya Lilia dengan pandangan yang meredup. Perlahan, dia menundukkan pandangan dan mengus
“Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia
Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s
Pras mengantarkan Aruna pulang sesuai jam yang sudah ditetapkan Aji. Tidak ada keanehan. Sepanjang makan malam pun, Aruna bahkan tak segan memamerkan manik-manik yang dibelikan Pras di Pasar Sabtu. Namun, sekitar hampir jam setengah sembilan malam, gadis itu mulai terbatuk-batuk dan kesulitan bernapas. Asma Aruna … kambuh. Dan di saat-saat seperti itu, kekhawatiran Ryuga datang dua kali lipat. Pria itu cekatan memastikan kebutuhan Aruna terpenuhi. Claudia tidak diperbolehkan membantu, hanya menemani Aruna yang berbaring di ranjang tidur. Lagi-lagi Claudia dibuat terpesona. Dia beberapa kali kedapatan menggigit bibir bawahnya, menginginkan sesuatu dari suaminya itu. Akan tetapi, dengan cepat Claudia menepis jauh-jauh pemikirannya. ‘Ish, mikir apa, sih, kamu, Clau?!’ “Mom, tidur dengan Aruna, ya, malam ini?” pinta gadis itu sambil memeluk lengan Claudia. Hal itu membuat fokus Claudia teralihkan. Dia tidak langsung mengiakan. Malah melemparkan pandangan pada Ryuga yang ternyata sudah