Share

Pingsannya Emma

Penulis: catatanintrovert
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-08 10:38:52
Waktu terus berjalan dan tahu-tahu saja mobil mewah keluarga Ryuga tiba di halaman depan rumah Aji. Kini, jam hampir menunjukkan pukul tiga sore.

Sebelum turun, Aruna berdecak kagum mengintip dibalik jendela mobil. “Wahh, banyak burung!”

Alih-alih fokus pada rumah dua lantai bercat putih itu, Aruna dibuat salah fokus melihat beberapa sangkar burung yang menggantung menghiasi langit-langit rumah tersebut.

Jari-jari lentiknya mengambang di udara, mencoba menghitung, “Satu … dua–

“Ayo turun, Aruna,” ajak Ryuga menyela kegiatan gadis itu.

“Oke, Dad,” jawabnya tidak membantah.

Sepertinya bisa ditemukan lebih dari lima. Aruna bertanya-tanya, ‘Apa Aki Aji memelihara burung?’ Rasa-rasanya tidak mungkin Aland.

Mata besar Aruna menatap lurus ke arah teras depan. Sudah ada Aji dan beberapa wanita paruh baya seusianya menyambut kedatangan keluarga Daksa. Rudi dan Emma tampak lebih dulu menghampiri.

“Maaf sedikit terlambat, Aji,” kata Rudi membuka percakapan.

Sementara Aruna celingukan, di
catatanintrovert

Sabar ya men-temen. Ini konflik terakhir kok, suerr deh hihi

| 47
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (23)
goodnovel comment avatar
Venny Mayrita
hiksss.....knp konflik na jd begini....🥹 kirain dah happy2 aja....
goodnovel comment avatar
sarah azania
Cape banget
goodnovel comment avatar
Nor Harliza
happy ending iya thor… tak mau sedih2.. semagat.. .........love..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Apakah Ryuga ...?

    Ini pertama kalinya Claudia menunggu seseorang siuman dari pingsannya. Dia penasaran sekaligus mengkhawatirkan keadaan Emma. Bagaimana pun, wanita yang sedang berbaring itu adalah calon ibu mertuanya.Claudia masih memikirkan setengah mati, apa benar Emma pingsan setelah melihat foto keluarganya? Tadi … sebelum akhirnya Claudia menyetujui ajakan Aruna untuk melihat Emma, dia sempat mengajukan pertanyaan pada Aji.“Tante Emma kenapa, Yah?” Alih-alih bertanya pada Ryuga, Claudia memilih bertanya pada Ayahnya sendiri.Sebisa mungkin Claudia mencoba untuk bersikap biasa saja ketika bertemu Ryuga, namun kenyataannya tidak semudah itu. Claudia gugup sendiri karena manik hitam Ryuga tidak lepas darinya.“Hanya kecapek-an saja mungkin,” jawab Aji seadanya. Dan itu pula yang dikatakan oleh Rudi. Tapi, rasanya batin Claudia mengatakan ada hal lain dibandingkan alasan itu.“Grammie kok belum sadar juga, Mom?” Suara lirih Aruna terdengar menyentak lamunan Claudia. Wanita itu menegakkan punggungny

  • Pesona Presdir Posesif   Titik Terang Part 1

    “Tante Emma …!” Claudia agak terkejut mendapati wanita paruh baya itu kini sepenuhnya membuka mata. Kebetulan Claudia membuang wajah ke arah wanita itu tertidur sehingga bisa menangkap kesadarannya. Keduanya saling menatap satu sama lain sebelum Claudia akhirnya menatap Ryuga. Pria itu juga tengah menatap ibunya sementara ponsel sudah di tangannya. “Ibu membutuhkan sesuatu?” tanya Ryuga. ‘Waktunya tidak pas,’ batin Claudia menggelengkan kepala. Terlalu egois baginya menuntut jawaban dari Ryuga di tengah kondisi Emma sekarang. “Claudia,” panggil Emma dengan suaranya yang lemah. Mendengar panggilan itu, Claudia segera menolehkan wajah lagi ke arah Emma. Pandangan Claudia turun menatap ke arah tangannya yang digenggam oleh Emma secara tiba-tiba. “Apa Tante Em membutuhkan sesuatu?” Claudia mengulangi pertanyaan Ryuga. Wanita itu membasahi bibir bawahnya. Tanpa menatap Ryuga, Claudia berkata, “Tolong ambilkan minum, Ryuga– “Tidak, Tante ingin meminta maaf padamu, Claudia,” sela Emma

  • Pesona Presdir Posesif   Titik Terang Part 2

    “Aland …?”Sosok pemuda jangkung itu perlahan berjalan mendekati ranjang tidur kamar tamu. Ekspresi wajahnya tampak menyorot dingin.“Sorry, maksud gue Tante Emma nggak sepenuhnya bersalah,” ucap Aland meralat ucapannya yang sebelumnya. Dia memutuskan ikut duduk di bibir ranjang.“Apa kamu sudah tahu apa yang Tante lakukan itu–“Nggak, aku sama sekali nggak tahu,” potong Aland mengubah gaya bicaranya dengan sopan. Lalu dia tersenyum getir. “Jika memang benar Tante Emma sudah memanipulasi kecelakaan Mama, itu jelas tindak kejahatan. Tapi–Aland menghela napas. Dia sengaja menjeda ucapannya. Jujur, Aland merasa gugup dipandangi oleh ketiga sosok di hadapannya sekarang. Apalagi … Claudia. Pemuda itu memiliki ketakutan tersendiri mengingat Claudia pernah mencoba untuk menghilangkan nyawanya. Dia hanya takut kakak perempuannya akan kembali mengalami masa-masa sulit.“Penyebab kematian Mama bukan karena kecelakaan yang terjadi, Mbak. Mama tidak meninggal karena kehabisan darah saat dilarika

  • Pesona Presdir Posesif   Berubah Asing

    Satu bulan kemudian …“Aaaa Claudia, congrats ya, zheyenkkk!”“Selamat, Clau. Speech lo waktu pembukaan keren banget! Dua jempol!”Idellia dan Lilia menjadi teman pertama yang menghampiri sosok Claudia setelah menjauhkan dirinya dari sekumpulan kolega-kolega penting yang kini hadir dalam program acara pameran seni rupa dosen yang resmi digelar.“Terima kasih sudah menyempatkan datang,” balas Claudia dengan penuh haru. Dia rasanya jadi ingin menangis. Sampai detik ini, Claudia masih tidak mempercayai jika dirinya mendapatkan teman-teman yang baik.Kehadiran Lilia dan Idellia dalam pameran membuat Claudia berhasil mengurangi rasa gugupnya.“Ya pasti aku menyempatkan datang, sih, Clau. Aku mau lihat Riel!” ungkap Idellia penuh kejujuran. Dia tak perlu celingukan untuk menemukan sesosok pria tampan dengan kacamata hitam tersebut, karena Riel selalu tampak berdiri di samping Presdir-nya.Mendengar celetukkan Idellia, Claudia tidak kuasa menahan senyumnya. Berbeda dengan Lilia yang mendecak

  • Pesona Presdir Posesif   Sama-Sama Rindu

    “Bisa kita lakukan sekarang, Bu Yuli?”Mendengar suara Ryuga yang tidak ramah, Bu Yuli cukup tersentak. Apalagi ucapan Ryuga setelahnya. “Aku sudah terlalu banyak membuang waktuku di sini.”Yang satu itu jahat. Itu menyakiti hati Claudia. Tapi, tidak hanya Claudia dan Bu Yuli saja yang terkejut. Pun, sama halnya Riel yang tidak menyangka jika Ryuga bersikap ke setelan lama: ketus dan tidak ramah.Ryuga bersikap demikian setelah satu bulan belakangan. Tepat sekembalinya Ryuga dari rumah Claudia hari itu.Segera Claudia menatap lurus-lurus ke arah Ryuga. Dia memberanikan diri mengajukan pertanyaan, “Apa Anda tidak merasa puas dengan hasilnya, Pak Ryuga?”Jika Ryuga bermaksud untuk bersikap profesional, maka Claudia juga akan melakukannya. Bagaimana pun keduanya sedang dalam situasi bekerja. Tidak semua orang mengetahui hubungan yang terjalin di antara keduanya.Ryuga mendengus seraya memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. “Terlalu cepat untuk menilai apakah aku puas atau tidak

  • Pesona Presdir Posesif   Rencana Idellia

    Bohong jika tidak satu hari pun Ryuga tidak memikirkan Claudia. Bahkan ketika Ryuga tertidur, dia sampai memimpikannya.Apa yang Claudia katakan hari itu masih membekas dalam ingatan Ryuga. Setiap ucapan yang terucap dari bibir cherry Claudia dan juga air wajah yang diperlihatkan wanita itu.‘Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi, Ryuga. Aku ingin … kita selesai.’“Kita sudah sampai, Pak Ryuga.” Perkataan Riel menyudahi aksi lamunan Ryuga yang sedikit menggores permukaan hatinya. Selain mengenai Aruna, hal yang bisa menyakitinya adalah Claudia.Ryuga berdehem lalu bertanya, “Claudia dan teman-temannya belum sampai ‘kan?”Manik hitamnya melirik Riel yang kini tengah duduk dibalik stir kemudi. Pria yang lebih muda darinya itu meraih ponsel di saku kemeja dan mengotak-atiknya sesaat sebelum menatap Ryuga dan memberikan jawaban.“Belum, Pak Ryuga. Idellia bilang mereka baru saja berangkat dari restoran menuju club,” papar Riel. “Idellia bilang dia sudah menyiapkan sesuatu. Kita han

  • Pesona Presdir Posesif   Miwa Club

    Miwa Club.Claudia kedapatan menghela napas saat melihat papan nama dari tempat Club tersebut."Masih memikirkan Ryuga, Clau?"Mendengar pertanyaan itu, Claudia menolehkan kepalanya ke arah sesosok wanita seusianya yang menunjukkan raut wajah polosnya. Begitulah Idellia.Kedua sudut bibir Claudia tersenyum tipis. "Kenapa aku harus memikirkan Ryuga?" jawabnya dengan pertanyaan lagi.Idellia belum sempat memprotes karena Claudia kembali menyambung ucapannya. "Ah, gara-gara ucapanku tadi, ya?" tebaknya. Kepala Claudia mengangguk. "Aku memang merindukannya. Tapi, itu tadi."Tentu lain lagi tadi dan sekarang. Claudia kembali tersenyum. Pandangannya turun dan tangannya menyambar lengan Idellia. Dengan santainya, Claudia berucap, "Let's go, Idel. Kita akan bersenang-senang 'kan malam ini?"Setengah tidak percaya dengan jawaban dan sikap Claudia, Idellia hanya mengangguk pasrah dan diam saja ketika Claudia setengah menyeret langkahnya.Wanita itu membatin sambil menatap punggung Claudia lamat

  • Pesona Presdir Posesif   Menolak Melupakan

    Pencahayaan lampu yang berkelap-kelip itu tidak terbiasa dilihat oleh netra mata Claudia sehingga dia membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Selain itu, ada hal lain yang membuat Claudia tiba-tiba saja menolak bergabung ke lantai dansa.“Nanti aku menyusul. Aku merasa haus, ingin pesan minuman,” beritahu Claudia beralibi.Untung saja yang lain tidak curiga. Zoya menyahut, “Oke, Clau.” Lantas Zoya, Praya, dan Fanya berlalu pergi. Meninggalkan Claudia dan Lilia yang berdiri bersisian.Claudia menolehkan wajahnya ke arah Lilia. “Kamu … mau pesan minuman juga, Lilia?”Wanita itu merespons dengan menganggukkan kepala. Lalu Lilia baru menolehkan wajahnya. Tanpa mengatakan apa pun, dia menyambar lengan Claudia dan menariknya pergi menuju meja bartender.Claudia pasrah saja tangannya ditarik karena sejujurnya dia sudah tidak memiliki energi apa pun. Pandangannya tampak kosong dan Claudia tidak memperhatikan kondisi sekitar, termasuk ekspresi wajah Lilia yang tampak berubah sedikit gelisah.

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Prioritas Claudia

    Karena pertolongan dua pemuda itu, Aruna dibaringkan di sisi lapangan tepat di bawah pohon yang cukup rindang sehingga tidak terpapar sinar matahari secara langsung.Usai membaringkan Aruna, Aland menatap ke arah gadis yang diduga sebagai teman larinya Aruna.“Kenapa Aruna bisa sampai pingsan segala?!” protesnya.Ditodong pertanyaan seperti itu, siapa yang tidak kesal? Anjani tidak merasa dirinya salah, alhasil dia menyahut santai. “Mana aku tahu. Kamu tanya Aruna saja.”Aland yang hendak menyahut lagi tertahan karena tangannya disentuh oleh pemuda yang bersamanya. “Tidak perlu marah-marah segala, Al. Mending kamu belikan Aruna minuman hangat.”“Sekalian sama minyak kayu putih, ya!” tambah Anjani. Takut disemprot lagi, Anjani menambahkan, “Biar Aruna cepet sadar ‘kan?!”Kalau bukan untuk Aruna, Aland mana mau. Mengembuskan napas berat, Aland pun berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya.Entah kenapa Anjani merasa lucu melihat wajah kesal Aland yang tertahankan. Namun, fokusnya langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Dari Sisi Aruna

    Tidak ingin menyia-nyiakan hari terakhir libur sebelum masuk perkuliahan, Aruna dan Anjani pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan training dan sweater rajut.Ya, keduanya memutuskan untuk berjalan sehat mengitari lapangan lari yang jaraknya tidak jauh dari kampus.“Nggak diantar Daddy kamu, Runa?” tanya Anjani begitu melihat Aruna yang datang turun dari ojek online.Aruna menggelengkan kepalanya. “Daddy lagi nggak ada.”“Emang Daddy kamu ke mana?” tanya Anjani lagi. Dia merasa penasaran. Anjani mengimbangi langkah Aruna untuk berjalan santai. Bukan berarti Anjani memutuskan tidak berlari seperti orang-orang di sekitarnya karena tahu Aruna memiliki asma, tapi itu karena Anjani malas saja. Dasar.Mata besar Aruna melirik teman dekatnya dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Cari Mommy baru buat aku.”TUKKK“Aww, Anjani sakit!” ringis Aruna saat mendapatkan jitakan di pinggir dahinya.Tidak ada tanda-tanda Anjani menunjukkan perasaan bersalahnya. Dia malah mengajukan pertanyaan lag

  • Pesona Presdir Posesif   Cinta Satu Malam

    Jika bukan karena alarm yang sudah menjerit-jerit, sepasang pria dan wanita yang tidur dalam satu ranjang itu tidak akan terbangun dalam bersamaan.Sang wanita berhasil membuka matanya lebih dulu. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, dia merasakan pergerakan dari sisi ranjangnya yang memang tidak begitu besar.Begitu menoleh, dia mendapati sesosok pria tampan yang tanpa mengenakan atasan juga tengah menolehkan kepalanya. Keduanya bertukar pandangan.“Saya bisa jelaskan–“Nggak perlu, gue inget apa yang terjadi semalam kok,” selanya dengan santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia kembali berucap, “Gue nggak akan minta pertanggung jawaban apa pun dari lo.” Nada bicaranya terdengar sangat serius sehingga membuat Sang pria mengerutkan dahinya samar.“Seharusnya saya bisa membantu Anda dengan cara yang lain, Nona Lilia.” Sang pria menyebutkan nama wanita yang terbaring di sebelahnya.‘Cara lain?’ batin Lilia sambil mendengus kasar. Satu-satunya cara yang ampuh untuk melep

  • Pesona Presdir Posesif   Aksi

    Dilihat dari sudut mana pun, jika dari luar Claudia tampak baik-baik saja. Wanita itu baru saja berdiri dari kursi meja riasnya dan tengah memunguti kapas kotor untuk dibuangnya ke dalam tong sampah kecil di sudut ruangan.Namun, belum sempat beranjak pergi, ada sepasang tangan yang melingkari perutnya.“Ryuga,” tegur Claudia dengan suara yang mengalun lembut.Alih-alih mengerti maksud teguran halus itu, Ryuga malah sengaja mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Claudia.“Biarkan seperti ini dulu. Aku masih merindukanmu, Claudia.” Suara rendah Ryuga yang berbisik tepat di belakang cuping telinga Claudia membuat wanita itu merasa kegelian.Pandangan keduanya beradu tatap melalui cermin rias milik Claudia. Manik hitam pria itu menyorotnya lembut. Dan sudah bisa dipastikan itu memicu debar di dada Claudia.Untuk mengalihkan itu, Claudia memutuskan bertanya selagi dirinya teringat, “Apa aku tidak salah dengar kamu menyebut nama Lilia, Ryuga? Apa terjadi sesuatu padanya?”Ryuga mende

  • Pesona Presdir Posesif   Salah Target

    Dibalik Ryuga dan Claudia yang kini sudah tiba di flat, lain lagi Riel yang harus terjebak bersama Idellia. Pria itu kesulitan mencari celah untuk melarikan diri sebab Idellia yang kini setengah mabuk tampak gelonjotan di lengannya.Kewarasan Idellia pasti berkurang sebab dia dengan berani menyentuh lengan bisep Riel yang tampak berotot. Idellia bergumam, “Wow, ototmu besar juga!”Ekspresi Riel menunjukkan kerisihannya. Dia belum pernah bertemu wanita seagresif Idellia. Maka, sehalus mungkin Riel mencoba menepis lengan Idellia.Selain dia tidak suka bersikap kasar pada wanita, Idellia adalah teman dari Claudia.“Saya harus pergi, Nona Idellia. Sepertinya Pak Ryuga dan Bu Claudia juga sudah tidak lagi di Club,” beritahu Riel sambil menundukkan wajah untuk melihat ke arah kepala Idellia yang sekarang tengah bersandar di sebelah pundaknya.Pria itu mengembuskan napas beratnya. Kalau seperti ini, bagaimana caranya agar dia pergi?“Kamu … pergi?” lirih Idellia. “Jangannnn~,” jawabnya denga

  • Pesona Presdir Posesif   Memperbaiki Hubungan

    Untuk apa menghindar jika tidak mempunyai salah? Lagipula … percuma saja menghindari Ryuga. Ditambah posisi untuk Claudia kabur sangat tidak memungkinkan karena kedua tangan Ryuga mencengkram sisi-sisi kursi yang diduduki Claudia. Wanita itu merasakan detak jantungnya meningkat kala bersinggungan mata dengan manik hitam Ryuga. Sesaat Claudia memejamkan matanya, ‘Astaga … jantungku.’ Rasanya seperti ingin meledak. Bertepatan Claudia membuka mata, suara berat Ryuga mengudara, “Ikut aku sekarang, Claudia!” Ucapannya jelas tidak ingin dibantah. Begitu tangan kiri Ryuga menyentuh lengannya, pandangan Claudia turun untuk melihat. Entah sejak kapan gips di tangan Ryuga berhasil dilepaskan. Tapi, yang pasti Claudia merasa bersyukur. Claudia tidak terlalu memperhatikan saat acara pameran berlangsung tadi. Sekarang, tahu-tahu saja Ryuga melepaskan lengan Claudia. Manik hitamnya menyorot Claudia tajam. “Mau aku gendong atau berjalan sendiri, Claudia?” tanyanya tidak sabar. Ditambah kedua

  • Pesona Presdir Posesif   Menolak Melupakan

    Pencahayaan lampu yang berkelap-kelip itu tidak terbiasa dilihat oleh netra mata Claudia sehingga dia membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Selain itu, ada hal lain yang membuat Claudia tiba-tiba saja menolak bergabung ke lantai dansa.“Nanti aku menyusul. Aku merasa haus, ingin pesan minuman,” beritahu Claudia beralibi.Untung saja yang lain tidak curiga. Zoya menyahut, “Oke, Clau.” Lantas Zoya, Praya, dan Fanya berlalu pergi. Meninggalkan Claudia dan Lilia yang berdiri bersisian.Claudia menolehkan wajahnya ke arah Lilia. “Kamu … mau pesan minuman juga, Lilia?”Wanita itu merespons dengan menganggukkan kepala. Lalu Lilia baru menolehkan wajahnya. Tanpa mengatakan apa pun, dia menyambar lengan Claudia dan menariknya pergi menuju meja bartender.Claudia pasrah saja tangannya ditarik karena sejujurnya dia sudah tidak memiliki energi apa pun. Pandangannya tampak kosong dan Claudia tidak memperhatikan kondisi sekitar, termasuk ekspresi wajah Lilia yang tampak berubah sedikit gelisah.

  • Pesona Presdir Posesif   Miwa Club

    Miwa Club.Claudia kedapatan menghela napas saat melihat papan nama dari tempat Club tersebut."Masih memikirkan Ryuga, Clau?"Mendengar pertanyaan itu, Claudia menolehkan kepalanya ke arah sesosok wanita seusianya yang menunjukkan raut wajah polosnya. Begitulah Idellia.Kedua sudut bibir Claudia tersenyum tipis. "Kenapa aku harus memikirkan Ryuga?" jawabnya dengan pertanyaan lagi.Idellia belum sempat memprotes karena Claudia kembali menyambung ucapannya. "Ah, gara-gara ucapanku tadi, ya?" tebaknya. Kepala Claudia mengangguk. "Aku memang merindukannya. Tapi, itu tadi."Tentu lain lagi tadi dan sekarang. Claudia kembali tersenyum. Pandangannya turun dan tangannya menyambar lengan Idellia. Dengan santainya, Claudia berucap, "Let's go, Idel. Kita akan bersenang-senang 'kan malam ini?"Setengah tidak percaya dengan jawaban dan sikap Claudia, Idellia hanya mengangguk pasrah dan diam saja ketika Claudia setengah menyeret langkahnya.Wanita itu membatin sambil menatap punggung Claudia lamat

  • Pesona Presdir Posesif   Rencana Idellia

    Bohong jika tidak satu hari pun Ryuga tidak memikirkan Claudia. Bahkan ketika Ryuga tertidur, dia sampai memimpikannya.Apa yang Claudia katakan hari itu masih membekas dalam ingatan Ryuga. Setiap ucapan yang terucap dari bibir cherry Claudia dan juga air wajah yang diperlihatkan wanita itu.‘Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi, Ryuga. Aku ingin … kita selesai.’“Kita sudah sampai, Pak Ryuga.” Perkataan Riel menyudahi aksi lamunan Ryuga yang sedikit menggores permukaan hatinya. Selain mengenai Aruna, hal yang bisa menyakitinya adalah Claudia.Ryuga berdehem lalu bertanya, “Claudia dan teman-temannya belum sampai ‘kan?”Manik hitamnya melirik Riel yang kini tengah duduk dibalik stir kemudi. Pria yang lebih muda darinya itu meraih ponsel di saku kemeja dan mengotak-atiknya sesaat sebelum menatap Ryuga dan memberikan jawaban.“Belum, Pak Ryuga. Idellia bilang mereka baru saja berangkat dari restoran menuju club,” papar Riel. “Idellia bilang dia sudah menyiapkan sesuatu. Kita han

DMCA.com Protection Status