Share

Pengakuan Claudia

Auteur: catatanintrovert
last update Dernière mise à jour: 2024-10-29 19:42:56
“Kalau begitu, tidak perlu memberitahuku, Claudia.” Karena mungkin saja Ryuga akan mengingkari janjinya untuk tidak marah.

Pria itu, tahu sendiri ‘kan gampang merasa kesal?

Dan sejujurnya Ryuga sedang dalam kondisi tidak ingin memikirkan banyak hal, karena di pikirannya sudah terisi penuh oleh sosok wanita di hadapannya ini.

“Tidak penasaran, Ryuga?” Claudia tidak berusaha menggoda Ryuga, hanya meyakinkan.

“Aku lebih penasaran denganmu, Claudia,” jawab Ryuga memajukan langkahnya.

Refleks, Claudia memundurkan satu langkah ke belakang.

“Ryuga, kamu mau apa?!”

Pasalnya Ryuga terus memajukan langkahnya sehingga tulang tumit kaki Claudia menubruk sofa di belakangnya dan membuat tubuhnya terduduk dalam satu kali hentakan.

Claudia menahan napas saat sebelah kaki Ryuga tertopang di sofa, tepat di antara kedua kaki Claudia.

Tanpa sadar Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Claudia semakin merapatkan tubuhnya ke punggung sofa.

Sekon berikutnya, Ryuga meletakkan kedua tangannya di punda
catatanintrovert

Bab sebelumnya aku revisii, tapi kayaknya versi revisiannya belom diperbarui yaa. Bisa dibaca ulang nanti he he he. Maaf bab-nya agak panjang mhewehehe

| 64
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application
Commentaires (13)
goodnovel comment avatar
Meylan Amelia
OMG.....finaly
goodnovel comment avatar
Binti Suciati
ahhh rasanya udahn ploooonggg setelah Claudia mengatkan yg sejujurnya,horeee JD ikut seneng tambah semangat membaca nya
goodnovel comment avatar
Tresna Sumirat Hermiati
la juuùuuuuuuuut
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Related chapter

  • Pesona Presdir Posesif   Gawat!!

    Sebelum sempat Ryuga beranjak dari posisinya, pintu kerjanya lebih dulu terbuka dari luar. Membuat siapa pun yang melihat posisi Ryuga dan Claudia sekarang ini pasti akan salah paham.Termasuk Riel dan Diana yang tampak mematung melihat pemandangan tersebut. Bahkan Diana sempat terperangah.“M-maaf, Pak Ryuga, tablet kerja saya tertinggal,” celetuk Diana sambil mengangkat jarinya dan menunjuk ke arah tablet hitam yang ada di meja dekat sofa.Claudia hanya bisa menahan malu meskipun Riel dan Diana tidak memergoki secara langsung apa yang tengah dia lakukan tadi bersama Ryuga.Sementara Ryuga sendiri tampak santai saat beranjak dari posisinya lalu mengambilkan tablet yang dimaksud Diana.“Kamu ingin mengambilnya atau tidak?” ketus Ryuga saat menatap Diana yang masih di depan pintu.“Ahh i-iya, Pak. Saya izin masuk kalau begitu,” ucap Diana melangkahkan kakinya ke dalam. Meninggalkan Riel yang tetap menunggu di tempatnya.Langkahnya terasa berat. Diana tak berani memandang Ryuga yang sek

  • Pesona Presdir Posesif   Kambuh

    Kekhawatiran yang dipikirkan Diana tidak terjadi, karena sosok Claudia muncul dibalik pintu ruangan kerja disusul si empunya, Ryuga sendiri.Melihat itu Diana menghela napas lega. Pun, Riel yang merasa was-was sendiri.‘Astaga, kenapa semua orang berkumpul di sini?’ ringis Claudia sesaat sebelum bertemu pandang dengan Aruna.“Aruna,” panggil Claudia mendekati gadis tersebut.Tiba-tiba Aruna langsung memeluk Claudia tanpa aba-aba, membuat Claudia kebingungan. Dia hendak mengajukan pertanyaan ‘kenapa?’, tapi diurungkannya. Pertanyaan itu sederhana, namun sebenarnya berbahaya. Setidaknya, itu menurut Claudia.Jadi, Claudia mengganti pertanyaannya. “Kamu laper nggak? Mau Ibu buatkan sesuatu untuk makan malam sebelum Ibu pulang?”Mendengar itu, Aruna malah semakin mengeratkan pelukannya. “Bu Clauh,” jeda Aruna dengan napas yang tersengal.Sosok Ryuga yang berada di samping Claudia mencoba menarik pelan putrinya itu. Sepasang manik hitamnya memandang ke arah Riel. Seolah bertelepati, Ryuga

  • Pesona Presdir Posesif   Bukan Gila, Tapi Suka

    Claudia hanya bertanya, tidak lebih tidak kurang. Tapi, jawaban Ryuga sangat terdengar tidak ramah. Raut wajahnya bahkan terlihat kesal.“Iya, ibunya Aruna,” jawab Ryuga dengan tegas. Pria itu seperti enggan menyebut ‘mantan istri’.Jadi Claudia hanya menganggukkan kepala tanda mengerti. Dia tidak berani bertanya macam-macam lagi. Padahal Claudia jadi penasaran sendiri, apa hubungan keduanya berakhir tidak baik?‘Galak banget deh Ryuga. Kan, aku cuma tanya. Tanyanya pun baik-baik juga?’ pikir Claudia menundukkan wajahnya.Perhatian Claudia teralihkan karena Aruna memegangi tangan Claudia. Di tengah-tengah itu, bisa-bisanya Aruna sempat melempari Claudia senyum.Sejurus kemudian, Claudia membalas senyum Aruna.“Ini berapa lama, Ryuga?” tanya Claudia kembali menolehkan wajahnya menatap Ryuga. Maksud Claudia, menggunakan nebulizernya.“Lima belas menit atau sampai Aruna merasa cukup, Claudia,” beritahu Ryuga.Claudia hanya menanggapinya dengan anggukkan kepala. Dia tersentak saat Aruna m

  • Pesona Presdir Posesif   Menerima Keduanya

    Saat ini Claudia butuh menyegarkan pikirannya dengan tidak melihat keberadaan Ryuga. Tapi, masalahnya Aruna tak memperbolehkannya keluar bahkan setelah gadis itu selesai diuap.“Kalau aku minta satu hari lagi buat Bu Clau nginep disini, boleh?” tanya Aruna dengan raut wajah yang cemas sambil sekilas melihat ke arah Ryuga sebelum menatap Claudia.“Aruna,” panggil Ryuga pelan menghela napas.Tahu jika Ryuga sudah pasti akan melarangnya membuat perasaan Aruna sedih. Gadis itu berucap dengan suara yang menahan tangis. “Aruna ‘kan cuma tanya. Kalau Bu Claudia nggak mau juga nggak apa-apa kok, Dad.”Claudia mana tega untuk menolak Aruna? Melihat gadis itu sedang dalam tidak kondisi tidak sehat, membuat perasaan Claudia tergugah untuk tetap berada di dekatnya.“Sebentar, Ibu tanya daddy kamu dulu,” balas Claudia mengusap lembut punggung tangan Aruna. Pandangan Claudia beralih menatap Ryuga. “Kalau kamu merasa keberatan, Ryuga–“Siapa yang bilang aku keberatan?” potong Ryuga sembari menaikkan

  • Pesona Presdir Posesif   Dugaan Aruna

    “Om Tirta dengar sendiri ‘kan?” ledek Aruna tersenyum puas setelah mendengar jawaban Claudia.Tirta mengangguk-anggukkan kepalanya. “Iya deh … yang penting Aruna bahagia aja. Bukan begitu ‘kan Mommy Aruna?”“Eh.”Mata Claudia membola. Namun, cepat-cepat wanita menyunggingkan senyumnya. “I-iya, kebahagiaan Aruna yang paling utama.”Bayangkan betapa salah tingkahnya Aruna sekarang. Gadis itu melipat kedua bibirnya ke dalam dengan pipi yang sudah memerah.Ryuga yang tadinya ingin menyuruh Tirta berhenti juga senang sendiri mendengar jawaban Claudia. Pria itu lebih banyak diam sedari tadi.“Dengar itu Aruna. Jadi kurang-kurangi nangisnya mulai sekarang,” timpal Tirta selagi mengecek suhu tubuh Aruna melalui termometer pada kening gadis itu.“Iyaaaaa,” sahut Aruna menghela napas.“Demamnya nggak begitu tinggi, tapi tetap Om resepin obat yang harus diminum.” Tirta kembali menjadi mode dokter.“Oke, Om. Makasih banyak.” Aruna menarik kedua sudutnya untuk tersenyum. Meskipun Tirta menyebalkan

  • Pesona Presdir Posesif   Tengah Malam

    Tengah malam, Claudia terbangun karena tenggorokannya terasa kering. Hati-hati Claudia menyingkirkan tangan Aruna yang tertidur sambil memeluknya. “Tidur aja Aruna tetap terlihat cantik,” gumam Claudia sambil menggeleng tak percaya. Dia menarik selimut sampai batas dada agar Aruna tak kedinginan. Pandangan Claudia naik, kembali menatap wajah Aruna. Penuh kesadaran Claudia membawa tangannya untuk membetulkan beberapa anak rambut Aruna yang menutupi wajah cantiknya. Pun, Claudia memastikan demam Aruna sudah benar-benar turun dibandingkan sebelumnya. Pertanyaan Dokter Tirta melintas begitu saja di kepala Claudia. Memiliki anak seperti Aruna? Claudia dengan senang hati akan menerima Aruna sebagai putrinya. Gadis itu tumbuh dengan perilaku baik. Aruna juga penurut ketika Ryuga menyuruhnya meminum obat tanpa menundanya. Saat Claudia mengompres mata Aruna sebelum tidur, gadis itu mengatakan ingin mentraktir Claudia makan siang dengan memakan cake favoritnya. “Pokoknya Bu Clau harus nyo

  • Pesona Presdir Posesif   Tengah Malam Bag.2

    Ternyata maksud dari ucapan Ryuga adalah … deep talk. Pria itu menunjukkan gummy smile-nya ketika mendapati wajah Claudia yang panik.“Kamu memikirkan apa, Claudia?” goda Ryuga menaikkan satu alisnya.Ekspresi yang ditunjukkan Claudia benar-benar menghiburnya. Wanita itu tampak gelisah.“Tidak ada, Ryuga. Mau mengobrol di mana?” tanya Claudia buru-buru membelokkan topik.Alih-alih menjawab, Ryuga malah menyodorkan tangannya. Jika tadi Ryuga asal menarik Claudia, kali ini pria itu tidak melakukannya.“Tanganmu, Claudia,” pinta Ryuga mengedikkan dagu ke arah tangannya.Claudia tidak langsung menurut. Pandangannya turun menatap tangan Ryuga lalu memicingkan mata ke arah pria itu.“Aku tanya. Di mana, Ryuga?”Bukan apa-apa, Claudia jadi merasa was-was. Bagaimana pun, meskipun Ryuga tidak akan macam-macam, tapi Claudia harus bisa menjaga batasan.Suara di kepala Claudia muncul. ‘Batasan apa, Claudia?’ Rasanya Claudia ingin menertawai dirinya sendiri yang tampak konyol.Tadi … hampir saja C

  • Pesona Presdir Posesif   Love Language Ryuga

    Claudia tahu arah pembicaraan Ryuga menjurus kemana ditambah tatapan pria itu tertuju pada bibir cherry-nya.‘Jangan bilang Ryuga mau menciumku lagi?!’ batin Claudia menjerit. ‘Apa dia tidak bosan?’ herannya.Memang benar Claudia tidak munafik menikmati apa yang Ryuga lakukan dengan bibir cherry-nya, tapi apa itu tak terlalu berbahaya? Claudia sendiri kewalahan mengatasi detak jantungnya yang siap untuk meledak serta darahnya yang berdesir hebat kala Ryuga menyentuhnya.Itu membuat Claudia tersiksa, namun dengan cara yang ‘berbeda’.Maka, detik Ryuga mulai mendekatkan wajah, memiringkan kepala, dan memejamkan mata, Claudia refleks mengangkat susu kotak strawberry yang sudah dibukanya dan memasukkan sedotan itu ke dalam mulut Ryuga.Seketika itu juga Ryuga membuka mata. Dia sempat menggigit sedotan itu melalui giginya lalu mendengus.“Apa yang kamu lakukan, Claudia?” geram Ryuga dengan suara yang rendah, masih dengan sedotan di dalam mulutnya.Claudia mengerjapkan matanya. Dia takut Ry

Latest chapter

  • Pesona Presdir Posesif   Nasib Aland

    Claudia gamang. Dia ingin menjawab, tapi takut salah. Tapi, tidak dijawab sepertinya lebih salah lagi. Ekor mata Claudia melirik Ryuga, ‘Bisa-bisanya Ryuga menanyakan itu di saat seperti ini?’Kepala Ryuga menatap lurus ke depan. Dia mendengus tidak percaya. Rasa-rasanya Ryuga tidak akan berpikir selama itu jika Claudia menanyakan hal yang serupa.“Akan aku pikir-pikir dulu, Ryuga,” jawab Claudia pada akhirnya. Tepat setelah Claudia meluruskan pandangannya, matanya memicing untuk melihat dua orang gadis yang terlihat duduk di bawah pohon, lebih tepatnya yang satu tengah berbaring.Mulut Ryuga terbuka, hendak menimpali. Namun, tertahan oleh suara Claudia. Wanita itu juga mengarahkan jari telunjuknya ke depan, membuat manik hitam Ryuga bergerak mengikutinya.“I-itu Aruna dan Anjani, Ryuga!” seru Claudia. Wanita itu sama sekali tidak sedang berusaha mengalihkan topik. Karena untuk sekarang, lebih baik fokus pada Aruna.Ryuga memarkirkan mobilnya di tepi jalan tidak jauh dari tempat Aruna

  • Pesona Presdir Posesif   Prioritas Claudia

    Karena pertolongan dua pemuda itu, Aruna dibaringkan di sisi lapangan tepat di bawah pohon yang cukup rindang sehingga tidak terpapar sinar matahari secara langsung.Usai membaringkan Aruna, Aland menatap ke arah gadis yang diduga sebagai teman larinya Aruna.“Kenapa Aruna bisa sampai pingsan segala?!” protesnya.Ditodong pertanyaan seperti itu, siapa yang tidak kesal? Anjani tidak merasa dirinya salah, alhasil dia menyahut santai. “Mana aku tahu. Kamu tanya Aruna saja.”Aland yang hendak menyahut lagi tertahan karena tangannya disentuh oleh pemuda yang bersamanya. “Tidak perlu marah-marah segala, Al. Mending kamu belikan Aruna minuman hangat.”“Sekalian sama minyak kayu putih, ya!” tambah Anjani. Takut disemprot lagi, Anjani menambahkan, “Biar Aruna cepet sadar ‘kan?!”Kalau bukan untuk Aruna, Aland mana mau. Mengembuskan napas berat, Aland pun berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya.Entah kenapa Anjani merasa lucu melihat wajah kesal Aland yang tertahankan. Namun, fokusnya langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Dari Sisi Aruna

    Tidak ingin menyia-nyiakan hari terakhir libur sebelum masuk perkuliahan, Aruna dan Anjani pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan training dan sweater rajut.Ya, keduanya memutuskan untuk berjalan sehat mengitari lapangan lari yang jaraknya tidak jauh dari kampus.“Nggak diantar Daddy kamu, Runa?” tanya Anjani begitu melihat Aruna yang datang turun dari ojek online.Aruna menggelengkan kepalanya. “Daddy lagi nggak ada.”“Emang Daddy kamu ke mana?” tanya Anjani lagi. Dia merasa penasaran. Anjani mengimbangi langkah Aruna untuk berjalan santai. Bukan berarti Anjani memutuskan tidak berlari seperti orang-orang di sekitarnya karena tahu Aruna memiliki asma, tapi itu karena Anjani malas saja. Dasar.Mata besar Aruna melirik teman dekatnya dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Cari Mommy baru buat aku.”TUKKK“Aww, Anjani sakit!” ringis Aruna saat mendapatkan jitakan di pinggir dahinya.Tidak ada tanda-tanda Anjani menunjukkan perasaan bersalahnya. Dia malah mengajukan pertanyaan lag

  • Pesona Presdir Posesif   Cinta Satu Malam

    Jika bukan karena alarm yang sudah menjerit-jerit, sepasang pria dan wanita yang tidur dalam satu ranjang itu tidak akan terbangun dalam bersamaan.Sang wanita berhasil membuka matanya lebih dulu. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, dia merasakan pergerakan dari sisi ranjangnya yang memang tidak begitu besar.Begitu menoleh, dia mendapati sesosok pria tampan yang tanpa mengenakan atasan juga tengah menolehkan kepalanya. Keduanya bertukar pandangan.“Saya bisa jelaskan–“Nggak perlu, gue inget apa yang terjadi semalam kok,” selanya dengan santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia kembali berucap, “Gue nggak akan minta pertanggung jawaban apa pun dari lo.” Nada bicaranya terdengar sangat serius sehingga membuat Sang pria mengerutkan dahinya samar.“Seharusnya saya bisa membantu Anda dengan cara yang lain, Nona Lilia.” Sang pria menyebutkan nama wanita yang terbaring di sebelahnya.‘Cara lain?’ batin Lilia sambil mendengus kasar. Satu-satunya cara yang ampuh untuk melep

  • Pesona Presdir Posesif   Aksi

    Dilihat dari sudut mana pun, jika dari luar Claudia tampak baik-baik saja. Wanita itu baru saja berdiri dari kursi meja riasnya dan tengah memunguti kapas kotor untuk dibuangnya ke dalam tong sampah kecil di sudut ruangan.Namun, belum sempat beranjak pergi, ada sepasang tangan yang melingkari perutnya.“Ryuga,” tegur Claudia dengan suara yang mengalun lembut.Alih-alih mengerti maksud teguran halus itu, Ryuga malah sengaja mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Claudia.“Biarkan seperti ini dulu. Aku masih merindukanmu, Claudia.” Suara rendah Ryuga yang berbisik tepat di belakang cuping telinga Claudia membuat wanita itu merasa kegelian.Pandangan keduanya beradu tatap melalui cermin rias milik Claudia. Manik hitam pria itu menyorotnya lembut. Dan sudah bisa dipastikan itu memicu debar di dada Claudia.Untuk mengalihkan itu, Claudia memutuskan bertanya selagi dirinya teringat, “Apa aku tidak salah dengar kamu menyebut nama Lilia, Ryuga? Apa terjadi sesuatu padanya?”Ryuga mende

  • Pesona Presdir Posesif   Salah Target

    Dibalik Ryuga dan Claudia yang kini sudah tiba di flat, lain lagi Riel yang harus terjebak bersama Idellia. Pria itu kesulitan mencari celah untuk melarikan diri sebab Idellia yang kini setengah mabuk tampak gelonjotan di lengannya.Kewarasan Idellia pasti berkurang sebab dia dengan berani menyentuh lengan bisep Riel yang tampak berotot. Idellia bergumam, “Wow, ototmu besar juga!”Ekspresi Riel menunjukkan kerisihannya. Dia belum pernah bertemu wanita seagresif Idellia. Maka, sehalus mungkin Riel mencoba menepis lengan Idellia.Selain dia tidak suka bersikap kasar pada wanita, Idellia adalah teman dari Claudia.“Saya harus pergi, Nona Idellia. Sepertinya Pak Ryuga dan Bu Claudia juga sudah tidak lagi di Club,” beritahu Riel sambil menundukkan wajah untuk melihat ke arah kepala Idellia yang sekarang tengah bersandar di sebelah pundaknya.Pria itu mengembuskan napas beratnya. Kalau seperti ini, bagaimana caranya agar dia pergi?“Kamu … pergi?” lirih Idellia. “Jangannnn~,” jawabnya denga

  • Pesona Presdir Posesif   Memperbaiki Hubungan

    Untuk apa menghindar jika tidak mempunyai salah? Lagipula … percuma saja menghindari Ryuga. Ditambah posisi untuk Claudia kabur sangat tidak memungkinkan karena kedua tangan Ryuga mencengkram sisi-sisi kursi yang diduduki Claudia. Wanita itu merasakan detak jantungnya meningkat kala bersinggungan mata dengan manik hitam Ryuga. Sesaat Claudia memejamkan matanya, ‘Astaga … jantungku.’ Rasanya seperti ingin meledak. Bertepatan Claudia membuka mata, suara berat Ryuga mengudara, “Ikut aku sekarang, Claudia!” Ucapannya jelas tidak ingin dibantah. Begitu tangan kiri Ryuga menyentuh lengannya, pandangan Claudia turun untuk melihat. Entah sejak kapan gips di tangan Ryuga berhasil dilepaskan. Tapi, yang pasti Claudia merasa bersyukur. Claudia tidak terlalu memperhatikan saat acara pameran berlangsung tadi. Sekarang, tahu-tahu saja Ryuga melepaskan lengan Claudia. Manik hitamnya menyorot Claudia tajam. “Mau aku gendong atau berjalan sendiri, Claudia?” tanyanya tidak sabar. Ditambah kedua

  • Pesona Presdir Posesif   Menolak Melupakan

    Pencahayaan lampu yang berkelap-kelip itu tidak terbiasa dilihat oleh netra mata Claudia sehingga dia membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Selain itu, ada hal lain yang membuat Claudia tiba-tiba saja menolak bergabung ke lantai dansa.“Nanti aku menyusul. Aku merasa haus, ingin pesan minuman,” beritahu Claudia beralibi.Untung saja yang lain tidak curiga. Zoya menyahut, “Oke, Clau.” Lantas Zoya, Praya, dan Fanya berlalu pergi. Meninggalkan Claudia dan Lilia yang berdiri bersisian.Claudia menolehkan wajahnya ke arah Lilia. “Kamu … mau pesan minuman juga, Lilia?”Wanita itu merespons dengan menganggukkan kepala. Lalu Lilia baru menolehkan wajahnya. Tanpa mengatakan apa pun, dia menyambar lengan Claudia dan menariknya pergi menuju meja bartender.Claudia pasrah saja tangannya ditarik karena sejujurnya dia sudah tidak memiliki energi apa pun. Pandangannya tampak kosong dan Claudia tidak memperhatikan kondisi sekitar, termasuk ekspresi wajah Lilia yang tampak berubah sedikit gelisah.

  • Pesona Presdir Posesif   Miwa Club

    Miwa Club.Claudia kedapatan menghela napas saat melihat papan nama dari tempat Club tersebut."Masih memikirkan Ryuga, Clau?"Mendengar pertanyaan itu, Claudia menolehkan kepalanya ke arah sesosok wanita seusianya yang menunjukkan raut wajah polosnya. Begitulah Idellia.Kedua sudut bibir Claudia tersenyum tipis. "Kenapa aku harus memikirkan Ryuga?" jawabnya dengan pertanyaan lagi.Idellia belum sempat memprotes karena Claudia kembali menyambung ucapannya. "Ah, gara-gara ucapanku tadi, ya?" tebaknya. Kepala Claudia mengangguk. "Aku memang merindukannya. Tapi, itu tadi."Tentu lain lagi tadi dan sekarang. Claudia kembali tersenyum. Pandangannya turun dan tangannya menyambar lengan Idellia. Dengan santainya, Claudia berucap, "Let's go, Idel. Kita akan bersenang-senang 'kan malam ini?"Setengah tidak percaya dengan jawaban dan sikap Claudia, Idellia hanya mengangguk pasrah dan diam saja ketika Claudia setengah menyeret langkahnya.Wanita itu membatin sambil menatap punggung Claudia lamat

DMCA.com Protection Status