"Siang ini tidak ada jadwal, kan?" tanya David pada asisten kepercayaannya, Farhan."Untuk Anda tidak ada, Pak David," jawab Farhan.Lalu David menatap Lila. "Bagaimana denganmu, Sayang?" tanya pria itu.Lila menatap suaminya. "Sepertinya tidak ada jadwal meeting juga, Mas. Benar, kan, Cindy?" jawabnya sembari menoleh menatap Cindy, sekretaris yang dia angkat dari perusahaan Mentari."Iya, Bu. Hari ini sampai besok tidak ada jadwal meeting untuk Anda," jawab Cindy dengan sopan.David tersenyum tipis. "Baiklah. Kalau begitu sebaiknya kita pergi terlebih dahulu," ujarnya sembari beranjak dari duduknya.Pria itu kemudian berjalan mendekati meja kerja sang istri."Ke mana?" tanya Lila sembari menatap suaminya."Makan siang. Ayo," ajaknya lembut."Tapi ....""Tidak apa-apa, Sayang. Biar Farhan ditemani Cindy," ucap David sembari mengulurkan tangan kanannya."Baiklah," jawab Lila akhirnya setuju. Wanita itu pun segera beranjak dari duduknya dan menyambut uluran tangan sang suami."Kami perg
Sementara itu, Lila dan David sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah restoran."Mas, sebenarnya aku juga ingin pergi makan siang berdua sama Mas," ucap Lila sembari menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami yang sedang menyetir."Aku senang kalau kamu bilang begitu," sahut David."Hihi. Iya, Mas. Apa lagi, nih, sebenarnya aku mau nyomblangin Cindy sama Mas Farhan," ucap Lila yang kemudian menegakkan tubuhnya.David menautkan kedua alisnya kemudian menoleh sejenak dan kembali fokus pada jalanan di depannya. "Apa?""Iya. Tahu, nggak? Sebenarnya Cindy suka sama Mas Farhan," ucap Lila memberi tahu."Dari mana kamu tahu kalau Cindy suka sama Farhan?" tanya David tak mengerti."Kelihatan jelas, Mas. Cindy suka salah tingkah kalau ketemu Mas Farhan. Dan aku coba buat tanya, benar dong Cindy suka sama Mas Farhan.""Tapi kenapa kamu malah menjadi mak comblang mereka?" tanya David tak habis pikir."Hihihi. Ya dari pada orang lain, Mas. Lagi pula keduanya sama-sama orang yang baik dan jujur.
Setelah puas bermain, terlebih lagi poin di dalam kartu Lila juga telah habis, keduanya memutuskan untuk mengabadikan momen kebahagiaan itu dengan berfoto bersama di dalam photobox. Lila merasa geli melihat suaminya yang terlihat kaku dan kesulitan untuk tersenyum saat berpose."Senyum, dong, Mas ...." ujar Lila sambil terkekeh geli, berusaha menyemangati David."Ayo senyum," bujuk Lila lagi."Biar begini saja," sahut David buang muka."Ih ... Ya jangan begitu ... Senyum yang manis kaya biasanya," rengek Lila."Begini?" tanya David sembari menyeringai."Ih. Itu serem, Mas ... Begini," ucap Lila sembari mencubit kedua pipi David. Dan kini gambar diambil begitu saja."Bagus!" seru Lila senang saat melihat foto menggemaskan tersebut."Hapus," ucap David.Tak mau mendengar suaminya, Lila segera mencetak foto tersebut."Hei, itu tidak sopan. Mengambil foto suami diam-diam," protes David."Hihihi. Ini bagus, kok. Lihat ...." Lila menunjukkan hasil foto kolase yang baru saja tercetak.David
Malam itu, suasana di kamar David dan Lila begitu menenangkan. Aroma lilin terapi yang dinyalakan menebarkan wanginya lembut, diletakkan di atas nakas di sisi kiri dan kanan tempat tidur. Sementara itu, lampu kamar yang masih menyala terang, menyinari kehangatan ruangan dengan pas.Dada Lila berdebar kencang ketika David mengajaknya untuk berbagi keintiman yang kesekian kalinya. Saat David memberikannya sebuah lingerie berwarna merah maroon, perasaan malu dan gugup menyelimuti dirinya."Apakah aku harus memakai ini, Mas?" tanya wanita itu dengan malu-malu. Lingerie pun sudah dia genggam di tangannya, siap dia kenakan. Meski bukan pertama kalinya bercinta, namun tetap saja Lila selalu merasa gugup saat hendak melakukannya.David tersenyum lembut. "Tentu saja. Pakailah itu. Aku membelikannya khusus untukmu," jawab David sembari mencium pucuk kepala istrinya.Lila menghela napas. "Baiklah ...." Dia akhirnya memutuskan untuk memakai lingerie tersebut.Wanita itu pun segera masuk ke dalam
Pagi harinya, Lila terbangun dengan rasa mual yang tidak biasa. Tubuhnya juga terasa begitu lemas seolah tak memiliki tenaga. Padahal waktu masih pagi dan mentari juga belum terlihat muncul dari ufuk timur."Ughhh ... Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Lila sembari memegangi perutnya.Wanita itu segera beringsut dari atas kasur dan berlari menuju ke kamar mandi. David yang juga baru bangun pun menoleh ke arah ranjang tempat sang istri tidur sudah kosong, kemudian menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terbuka sebagian."Lila?" gumamnya heran dengan kedua mata masih terasa berat."Hoek ...."Kedua mata David langsung membulat saat mendengar suara Lila yang tengah memuntahkan sesuatu. "Hoek ...." Lagi-lagi Lila memuntahkan sesuatu di dalam kamar mandi. David pun terduduk dan dia ikut beringsut dari tempat tidur yang nyaman menuju ke kamar mandi menyusul istrinya. Tampak di sana Lila sedang berdiri di depan wastafel dengan kepala tertunduk. Rambut panjangnya pun tergerai menjulur ke
David menemani sang istri ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka berdua langsung menemui dokter spesialis kandungan yang sudah terpercaya.Lila melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan dilakukan oleh dokter wanita yang ramah dan sabar. Sengaja David mencarikan dokter kandungan wanita agar sang istri nyaman dan dia sebagai suami tidak mau istrinya disentuh oleh pria lain.Setelah selesai pemeriksaan, Lila menunggu hasil pemeriksaan dengan suaminya. Jantungnya berdebar kencang menunggu hasil yang akan segera muncul dengan harapan yang baik.Tak lama kemudian, hasil keluar dan menunggu diberitahukan."Dokter, apakah istri saya hamil?" tanya David yang nampaknya sudah tidak sabaran.Sang dokter wanita berusia sekitar empat puluh lima tahunan itu pun tersenyum menanggapi ketidak sabaran seorang calon ayah."Selamat, ya, Tuan David dan Nona Lilara. Nona Lilara positif hamil dan usia kandungannya memasuki tiga minggu," ujar dokter wanita tersebut dengan senyum hangat
"David ...?" panggil wanita tersebut. Sengaja dia menghentikan langkahnya di hadapan Davidson yang hendak keluar dari toko kue.Sementara anak laki-laki yang bersamanya menatap ke arahnya dan ke arah pria tampan di hadapannya secara bergantian. "Kau ...." gumam David dengan tatapan tak percaya.Dalam hatinya, David merasa kaget dan emosi yang membara campur aduk. 'Kenapa dia tiba-tiba muncul di sini? Setelah sekian lama, kenapa dia kembali muncul sekarang?' batinnya lagi dengan emosi lama yang kembali muncul di dalam hatinya.Dadanya tiba-tiba bergemuruh, tubuhnya menegang karena pertemuan yang tak terduga ini. Wanita cantik dengan rambut bergelombang dan panjangnya sebahu itu pun menarik napas, mencoba memberikan sebuah senyuman pada sang pria tampan yang kini menjadi pusat perhatian para wanita di dalam toko kue."Lama nggak bertemu, Davidson," sapanya dengan seramah mungkin, seolah-olah tak pernah ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.David terlihat menenangkan dirinya. Ekspr
"Mamah nggak nyangka kalau kamu bakalan hamil secepat ini." Helena kini duduk di samping menantunya. "Apa David memaksamu?" sambungnya dengan berbisik.Lila menggeleng pelan. "Tidak, Mah. Mas David justru menjagaku," jawabnya dengan senyuman malu-malu.Weni juga duduk di samping anak angkatnya. Mereka kini tengah berkumpul di ruang keluarga."Ibu ikut senang kamu akhirnya hamil lagi. Semoga kehamilan kali ini lancar, sehat, dan tidak ada halangan apa pun. Ibu cuma ingin kamu dan David bahagia," ucap Weni dengan penuh kasih sayang yang terpancar di kedua matanya."Aamiin, Bu. Terima kasih." Lila tersenyum mendapatkan doa baik dari ibu angkatnya.Kedua keluarga, baik dari pihak Weni mau pun kedua mertua Lila, langsung datang ke rumah mereka setelah mendengar kabar bahagia yang disampaikan David mengenai kehamilan istrinya. Wajah bahagia mereka terpancar dengan jelas, antusiasme memenuhi hati semua yang hadir di rumah mewah itu. Lila pun merasa bersyukur dan bahagia melihat bagaimana kel
Setelah mengetahui siapa yang membuat masalah dengannya, David tentu saja tak tinggal diam. Pria itu memanggil Tristan, orang yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu dan berhasil menghancurkan rencana pernikahannya. Dia sendiri mengenal Tristan sebagai anak seorang pemilik perusahaan yang cukup terkenal.Setelah membuat jadwal dan undangan, akhirnya David bisa menemui Tristan. David segera pergi ke Singapura. Dua orang yang sudah lama tak berjumpa itu pun kembali saling berhadapan dengan atmosfer yang penuh dengan ketegangan."Jadi, apa maksud dari semua ini, Pak Tristan?" David langsung memberikan pertanyaan inti meski masih tetap mencoba bersikap sopan pada pria di hadapannya.Tristan melihat laporan yang ditunjukkan asisten kepercayaan David padanya. Kedua alisnya pun saling bertaut. "Saha memang tidak menyukai Anda, Pak David. Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan tindakan kotor seperti ini." Tristan mulai berkilah."Mohon jangan berkilah, Pak Tristan," tekan David menco
Lila menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak bentak Mas David ....""Tapi terdengar begitu. Kenapa kamu menyuruhku mandi? Padahal aku capek, Sayang. Aku hanya ingin bermanja - manja denganmu dulu," ujar David dengan ekspresi sedihnya yang berubah menjadi kesal.Lila menatap heran suaminya yang salah sangka. Melihat pertengkaran kecil tersebut, Shiro memilih pergi. Sementara Lila masih menatap suaminya. Dia merasa takut jika David kembali bersikap kasar dan dingin seperti saat mereka masih menikah kontrak."Maaf ...." David menunduk. Pria itu merasa bersalah. Dia pun memeluk sang istri."Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini. Maafkan aku, Sayang ...." sesalnya sembari mencium kening Lila dan memeluk lembut wanitanya itu.Lila menghela napas. Sepertinya memang David terlalu banyak pikiran. Wajar saja. Pria itu bekerja tanpa henti. Apa lagi David semakin sibuk selain ikut mengurus anak pertama mereka. Sebelumnya juga dia sering menghadapi masalah dan mungkin saja David sudah jengah."Aku
Keheningan itu membuat Farhan merasa tidak nyaman. Sang bos belum memberikan respon apa pun atas pengakuannya kerena teledor. Perlahan pria itu mendongak, memberanikan diri untuk menatap dan menghadapi sang atasan.David ternyata diam sembari menatap lurus ke arahnya. Ketegangan semakin bertambah saat kedua mata Farhan bertemu dengan iris kecokelatan Davidson."Kalau kamu memang merasa bersalah dan bertanggung jawab soal masalah ini, maka cari dan tangkap karyawan itu! Kamu harus menyerahkannya padaku dan cari tahu alasannya serta pada siapa dia 'menjual' rahasia perusahaan!" David berujar tegas dan dingin saat memberikan perintah.Farhan menelan ludahnya. Sudah lama sekali dia tak diperlakukan sedingin ini oleh sang bos. Namun dia harus tetap patuh."Baik, Pak.""Aku tidak akan memecatmu. Karena bagaimana pun juga kamu telah membantuku agar aku bisa tiba di rumah sakit tepat waktu," imbuh David sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja.Farhan lagi - lagi terkejut at
Penyelidikan segera dilaksanakan. David memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu sebelum melibatkan pihak luar. Apa lagi ini merupakan masalah internal yang memang harus diatasi oleh perusahaan.Di dalam perusahaan yang terlihat baik - baik saja dari luar, para petingginya sedang mencoba membereskan masalah yang ada. David bersama Farhan kini sedang memeriksa beberapa data yang sudah terlanjur tersebar dan sedang mencoba menghentikannya.Farhan sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV yang dia butuhkan. Kini pria itu memeriksa rekaman yang ada. Beberapa video dari beberapa sudut telah dia periksa. Namun tak ada yang mencurigakan. Hingga dia menemukan video di mana saat dirinya sebelum mengantarkan sang bos menuju ke rumah sakit untuk mendampingi sang istri yang melahirkan."I-ini ...." Farhan bergumam sembari membetulkan kacamatanya.Kedua alis pria itu saling bertaut. Kini memorinya tertuju pada saat dia menyerahkan hasil rapat pada salah satu karyawan pria yang dia mintai tolong unt
Farhan menarik napas sebelum menjawab. "Maaf, Pak David. Tapi data itu telah bocor."David membulatkan kedua matanya. "Apa?! Bagaimana bisa?" tanya pria itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya.Lila pun mendongak menatap heran ke arah suaminya. Terlihat jelas bahwa David sedang terkejut."Maaf, Pak David. Saya dan juga Cindy sedang menyelidikinya. Kami sedang mencari tahu bagaimana data itu sampai bocor," jawab Farhan terdengar ketakutan.David menghela napas kasar. Pria itu kemudian duduk di samping sang istri, tepatnya pada salah satu sisi tempat tidur. Tangan kanannya menggenggam ponsel, sementara tangan kirinya menyugar rambutnya."Kalau begitu teruslah selidiki. Aku akan segera ke kantor," ucap David kemudian sembari menutup panggilan telepon.Pria itu kini menunduk. Lila yang merasa khawatir segera mendekati suaminya dan meraih lengan kekar pria itu dengan lembut."Mas ... Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. Melihat dari respon suaminya, dia menduga adanya masalah yang sedang
Malam itu suhu cukup panas. Bayi mungil David dan Lila mulai rewel karena kegerahan. Beruntung sang ayah dengan sigap menyetel suhu dalam ruangan tersebut agar putranya kembali nyaman."Ternyata dia merasa kegerahan juga," ucap David yang kini berjalan mendekati istri dan anaknya."Iya, Mas. Sekarang cukup sejuk," sahut Lila.Bayi mungilnya masih menangis. Lalu segera saja Lila memberikan ASI padanya. Dan ternyata tak hanya kegerahan saja, bayi kecil itu juga meredakan haus dan lapar."Ternyata lapar juga Adek, ya?" Lila bertanya dengan lembut seolah sedang bertanya langsung pada putranya.David duduk di samping Lila yang sedang menyusui putranya. Tatapan pria itu tertuju pada payudara Lila yang terlihat padat dan berisi. Kini dia menelan ludahnya seolah ikut merasakan kehausan."Kenapa lihatinnya kaya gitu, Mas?" tanya Lila menatap curiga pada suaminya.David tersenyum penuh arti. Pria itu kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya."Aku hanya penasaran bagaimana rasanya," gumam
Sehari setelahnya, Lila diperbolehkan pulang. Wanita cantik itu pun berjalan dengan menggendong putranya yang tampan dan menggemaskan."Biarkan Mamah yang gendong. Kamu jalan aja duluan sama David," ujar Helena sembari mengulurkan kedua tangannya."Nggak papa, Mah?" tanya Lila merasa tak enak hati karena membiarkan ibu mertuanya yang menggendong bayinya."Nggak papa. Kamu jalan duluan aja. Mamah juga pengen gendong cucu Mamah," jawab Helena dengan senyuman senang dan terlihat jelas bahwa wanita itu tidak sabar ingin menggendong cucunya untuk pertama kali."Baiklah, Mah. Makasih, ya," ucap Lila sembari menyerahkan putranya pada sang ibu mertua.Lila pun berjalan dengan dituntun oleh suaminya. David begitu protektif pada sang istri yang baru saja melahirkan. Sementara di belakangnya ada ibu beserta salah satu asisten rumah tangga yang membantu membawakan barang - barang mereka.Selama dalam perjalanan pulang, putra kecil David tertidur lelap di pangkuan Lila. Terlihat jelas bahwa bayi m
Semua orang yang datang ikut menatap ke arah bayi yang baru saja lahir itu. Mereka ikut penasaran karena David dan Lila tak juga memberi tahu mereka soal jenis kelamin bayinya.Lila pun melirik sang suami. Terlihat David yang sedang tersenyum karena rasa penasaran dari ibunya. Mungkin menurutnya seru merahasiakan jenis kelamin anaknya pada keluarganya sendiri, bahkan sejak kehamilan Lila yang semakin besar."Coba Mamah perhatikan dia laki - laki atau perempuan?" tanya David sengaja ingin menbuat ibunya menebak."Kok gitu? Mamah penasaran, loh. Lila juga nggak mau kasih tahu Mamah pas hamil," protes Helena."Sudahlah, Mah. Nanti kita juga akan tahu sendiri," ucap Norman sembari mengusap lembut bahu istrinya."Tapi Mamah penasaran, Pah. Mamah kan pengen manggil ganteng apa cantik gitu," protes Helena lagi. Terlihat jelas bahwa wanita itu akan sangat menyayangi cucunya."Mas David, kita kasih tahu Mamah saja kenapa, sih? Yang lainnya juga penasaran, tuh," ucap Lila ikut membujuk suaminya
Peluh mulai membasahi dahi Lilara. Dengan sigap dan sabar David mengelapnya dengan sapu tangannya. Tak lupa pria itu terus berdoa di dalam hati agar persalinan sang istri berjalan dengan lancar.Saat ini dia semakin menyadari bahwa wanita hebatnya juga sedang berjuang untuk melahirkan anak pertama mereka. Wajah Lila yang terlihat pucat, menunjukkan bahwa wanita itu merasakan kesakitan. Jujur saja sebagai suami, David tentu merasa tak tega saat melihat kesakitan istrinya."Ughhhh." Lila kembali mengejan sesuai dengan instruksi Dokter Nimas. Tangan kanannya menggenggam erat tangan David yang duduk di sampingnya.'Kamu pasti bisa, Sayang,' bisiknya dalam hati.Lila kembali mengejan lagi. Karena pembukaan sudah lengkap, maka wanita itu siap untuk melahirkan anaknya. Suasana di dalam ruangan begitu menegangkan. Apa lagi David terus saja merasakan desiran tak mengenakkan sehingga dia terus saja berdoa untuk keselamatan anak dan istrinya. Sebagai pria yang sudah sangat mencintai mantan pemb