Drako menghampiri Grace yang sedang duduk sendirian di gazebo dekat kolam renang. Saat ini sudah pukul sekitar Sembilan malam, Sebagian penghuni rumah sudah lelap dalam tidurnya. Sampai di belakang Grace, Drako langsung berdehem membuang Grace menoleh.“Drako?” celetuknya. “Sedang apa di sini?”Drako menghela napas lalu ikut duduk. “Harusnya aku yang tanya, sedang apa kamu di sini?”Grace tersenyum sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. “Aku masih belum mengantuk.”Grace duduk memangku bantal putih, menghadap ke arah kolam. Ia melihat kelap-kelip pantulan lampu di atas air yang tenang itu. Terkadang sedikit bergelombang Ketika beberapa daun kemboja berjatuhan.“Apa kamu tahu siapa kekasih Frans?” tanya Grace.Drako tertawa getir. “Kamu tahu kalau aku tidak dekat dengan Frans setelah kepergian Rose, kan? Aku bahkan hampir tidak pernah bicara dengannya sekarang.”Rose, mengingat nama itu rasanya ingin sekali Grace menampar Frans. Dia Wanita yang sangat dicintai Fran
Ini kedua kalinya Mayumi tidur di kamar majikannya. Semalam Mayumi terlalau mengantuk dan lelah, ia sampai tidak tahu kalau saat ini sedang berbaring di atas ranjang yang lebih luas dan empuk.“Apakah ini sudah pagi?” gumam Mayumi sambil mengeliatkan badan. Ia menguap lalu mengerjap-kerjapkan matanya yang sayu.Tunggu dulu!Seketika Mayumi terduduk dan melongo tanpa berkedip. Mayumi menoleh ke kana dan ke kiri dan ia tersadar kalau sedang berada di kamar seseorang.“LAGI?” decak Mayumi sambil menepuk jidatnya sendiri.Mayumi melompat turun dari atas ranjang. Ia kembali menyapu pandangan dan si pemilik kamar sepertinya sedang tidak ada. Mayumi tidak peduli. Intinya saat ini Mayumi langsung menata ranjang hingga terlihat rapi lalu berencana ke luar dengan segera.“Aku masih memakai pakaianku, itu artinya semalam aku hanya tidur,” gumam Mayumi.Mayumi melipat selimut dan menarik setiap ujung seprei hingga rapi.“Bisa-bisanya aku kepikiran yang aneh-aneh!” decak Mayumi. “Aku hanya
Bukan kemauan Frans jika harus mengantar Grace pulang. Ayah dan ibu yang menyuruh Frans karena satu arah. Frans sudah menolak, tapi tatapan ayahnya tidak jauh berbeda dengan saat ingin menembak waktu itu.“Di mana Mayumi?” tanya Frans sesampainya di halaman rumah.Grace yang sudah membuka pintu mobil, urung untuk masuk. “Siapa Mayumi?”Frans tidak menghiraukan kalimat Grace melainkan berdecak dan menyelonong lagi masuk ke dalam rumah.“Kenapa masuk lagi ke dalam?” desah Grace. “Dan siapa Mayumi? Kekasihnya? Mana mungkin.”Sampai di ruang tamu, Frans bertemu dengan ayah dan ibunya yang akan pergi bersama.“Ada apa Frans? Di mana Grace?” tanya Sarah.“Di mana Mayumi?” Frans malah balik bertanya.Belum sempat dijawab, Frans sudah menerobos masuk hingga kedua orang tuanya bergeser. Frans berteriak memanggil nama Mayumi hingga suaranya bergema ke seluruh ruangan.“Mayumi! Di mana kamu!”Sarah dan Jeff saling tatap dan kemudian sama-sama angkat bahu. “Putramu semakin gila!” cepl
Frans membawa Mayumi ke sebuah gedung perkantoran. Ketika Frans sudah turun lebih dulu, Mayumi malah masih duduk bersandar di dalam sana. Frans yang menyadari kalau pelayannya tidak ikut turun, langsung berdecak dan mengetok-ketok kaca mobil. Saat itu juga Mayumi mengangkat wajah.Dari dalam, Mayumi membuka mulutnya sepeti berkata sesuatu, tapi Frans tidak mendengar dengan jelas.“Turun!” seru Frans masih sambil mengetuk-ngetuk kaca.Mayumi akhirnya menurunkan kaca mobil dan menyembulkan kepalanya ke luar. “Kenapa, Tuan?”Tuk!Frans membungkuk lalu mengetuk kening Mayumi. “Kenapa kamu masih berdiam diri di dalam mobil?”Kening Mayumi berkerut dan satu tangannya mengusap bagian keningnya yang kena ketuk siku jari Frans. “Memang aku harus apa, Tuan?”“Tentu saja ikut turun.”Mayumi spontan toleh ke sana-kemari menyapu pandangan, “Tapi ….”“Tidak ada tapi-tapian dan segera turun!” Frans membuka pintu mobil meminta Mayumi agar segera turun.Mayumi berdecak lirih kemudian menundu
Di dalam perjalanan pulang Mayumi tengah asyik menggeleng-gelengkan kepala mendengarkan music yang Frans putar di mobilnya. Mayumi terlalu menikmati alunannya sampai tidak menyadari kalau beberapa kali Frans meliriknya sambil menaikkan satu ujung bibirnya. Ketika bibirnya mulai bergerak-gerak menirukan lirik yang berbunyi, tiba-tiba music terhenti. Mayumi menoleh dengan tatapan terkejut. Namun, saat tidak ada reaksi dari Frans, Mayumi langsung menelan ludah dan kembali meluruskan pandangan.Mayumi duduk sambil memilin-milin jemarinya. Ia tampaknya menyadari kalau sedari tadi sudah dipantau oleh majikannya.“Apa kamu akan bertingkah seperti itu setiap kali mendengarkan music?” tanya Frans.Mayumi menggigit bibirnya dan tidak berani menoleh. “Maaf.”Frans tidak bicara lagi melainkan tetap focus menyetir. Dalam situasi seperti ini, Mayumi kembali memikirkan apa yang sudah ia lihat selama tinggal di rumah besar keluarga Velton. Ada banyak hal yang sepertinya jauh dari kata kejujuran.
Di dapur Mayumi sedang membuatkan kopi untuk Frans. Dari arah belakang, ada seseorang yang sedang tersenyum melihatnya. “Apa itu untuk kekasihmu?” “Ha?” Spontan Mayumi menoleh. Di belakangnya berdiri Pete sambil membawa botol minuman kosong berwarna biru. “Tuan. Pete? Sedang apa di sini?” Pete melenggak ke arah meja di mana ada sekeranjang buah dan poci berisi air putih. Ia mengangkat botol minumannya ke arah Mayumi. “Aku tidak bisa kalau tidak sedia air putih di kamar. Alu bisa kehausan sepanjang malam.,” ujarnya. “Ngomong-ngomong, apa Frans sudah menyatakan cinta?” tanya Pete. Mayumi yang sedang mengaduk kopi, mengerutkan dahi. “Apa maksud, Tuan?” Pete tersenyum saat air dalam poci itu mulai mengalir masuk ke dalam botol minumannya. “Aku sangat tahu seperti apa Frans itu. Lihat saja besok, mungkin dia akan menyatakan cinta.” Setelah berbicara itu, Pete langsung pergi. Tepatnya setelah botolnya sudah penuh. Mayumi yang tidak mengerti sama sekali hanya mengecap bibir lalu ang
Ketika Mayumi sudah menegakkan badan dan ingin berbalik, pria di atas ranjang meracau. Kedua mata tertutup, tapi mulutnya terdengar mengoceh. Mayumi yang kaget langsung memastikan lagi.“Dia itu kenapa, sih? Kenapa harus mabuk segala?” gumam Mayumi yang kini sudah berdiri di samping. Mayumi mencondongkan badan dan mulai melepas kancing kemeja bagian atas.Mayumi menatap wajah yang terlelap itu dalam-dalam. Sangat tampan memang, tapi terkadang sangat mengerikan. Mayumi tidak bisa mengelak kalau ia mengagumi wajah tampan itu, dan ciuman waktu itu, bahkan Mayumi terus saja mengingatnya.“Dasar Wanita sialan!” racau Frans tiba-tiba.Mayumi yang masih mencondongkan badan seketika membelalak dan tertegun beberapa detik.“Siapa yang dia maksud?” celetuk Mayumi. “Bukan aku kan?”“Bagus kalau kamu pergi jauh! Mati saja sekalian!”Mayumi semakin membelalak dan ternganga. Racauan Frans terdengar mengerikan dan membuat Mayumi bergidik ngeri. Saat Mayumi hendak mundur, dengan cepat tanganny
Hari ini rumah tampak ramai kedatangan tukang dekorasi. Ada sekitar sepuluh orang yang datang menghias rumah ini untuk acara besok malam. Semua pelayan juga ikut membantu, tapi sekali lagi tidak dengan Mayumi. Dia dipaksa Frans untuk mengekor lagi ke mana hendak pergi. Mayumi yang sudah memakai baju pelayan harus berbalik lagi ke kamarnya berganti pakaian.Di halaman, tepatnya di dalam mobil, Frans sudah duduk menunggu.Tok! Tok! Tok!Jeff mengetuk pintu kaca mobil. Ia membungkuk hingga kaca itu perlahan turun dan wajah Frans terlihat. “Ada apa?” tanya Frans malas.“Kamu mau ke mana?”“Tentu saja ke luar. Rumah sangat ramai, aku malas.”“Kamu akan menemui Grace kan? Datang bersamanya besok.”Frans membuang napas kasar. “Cukup, Ayah! Tidak usah memaksaku untuk menjalin hubungan dengan dia. Aku sudah dewawa, aku bisa memilih pasanganku sendiri.”Frans menutup kaca mobilnya sebelum Jeff sempat bicara. Jeff meraup wajahnya kemudian mundur menjauh. Sejujurnya ia terlalu berharap
Frans sudah menarik Mayumi ke luar dan memutuskan untuk membawa pulang. Reaksi Frans itu, sempat membuat semuanya bingung dan bertanya-tanya. Rencananya, Bastian akan langsung menjelaskan, tapi sayangnya Frans malah langsung pergi begitu saja.“Ada apa, Ian?” tanya Kate.Mereka semua yang di sini menatap serius ke arah Bastian menunggu jawaban. Sebelum bicara, Bastian duduk dan terdiam beberapa saat. Kemungkinan ia masih syok atau tidak menyangka kalau Wanita yang sempat ia cari ternyata sudah menikah dengan saudaranya.Sudah sekitar satu tahun Bastian menyerah mencari Mayumi. Bastian berharap bertemu lagi, tapi kalau keadaannya seperti ini, sebaiknya tidak usah bertemu. Bastian sebenarnya juga sudah memiliki kekasih, dia menghampiri Mayumi mungkin hanya melepas rindu dan ingin menyampaikan maaf.“Dia orang yang aku cari.”“Apa maksud kamu?” tanya Jiel.“Istri Frans. Dia Wanita jepang yang pernah menjadi kekasihku.”Mereka semua seketika tercengang dengan bibir terbuka dan semp
“Bagaimana mungkin kamu bisa mencintai seorang pelayan?” tanya satu Wanita yang sedari tadi sibuk makan camilan. Dia Keysha, saudara kembar Harrys.“Apa ada yang salah?” tanya Frans malas. Kedua mata Frans lurus mengarah pada sang istri yang sedang ikut bakar-membakar bersama ibunya dan juga bibi Jane.“Bukan apa-apa, aku hanya heran dan yang lain juga pasti heran sepertiku. Ayolah, Frans, kita semua tahu seperti apa tipemu.” Keysha terkekeh.Frans yang sontak menoleh membuat mereka menutup mulut. “Ada apa dengan tipeku? Aku tidak pernah memilih-milih Wanita.”“Oh, ya? Lalu bagaimana dengan Lucy dan Rose.”“Jangan membicarakan mereka!” Frans melotot.“Tenanglah, Frans. Kita hanya ingin tahu tentang kamu dan istrimu. Tidak apa kan kalai kita sedikit membahas hal sebelumnya? Sebagai sepupumu, aku hanya ragu dengan istrimu itu.”“Why?” sungut Frans sambil menyingkirkan tangan Harrys yang mendarat di pundaknya.Keysha berpaling dar camilannya kemudian melipat kedua tangan di atas
Hari berikutnya, Frans dan Mayumi diundang ke rumah untuk sekedar makan malam. Mungkin ayah dan ibu sudah rindu karena satu mingguan mereka berdua tidak datang untuk berkunjung. Di dalam kamar, Mayumi sudah sibuk mencari pakaian, sementara Frans sudah duduk santai di sofa sambil menatap layar ponselnya.“Kenapa kamu santai sekali? Tidak bisakah membantuku?” Mayumi mulai mengoceh. Dia mendengkus dan menghentak kaki karena tak kunjung menemukan pakaian yang cocok.Frans mendesah lalu meletakkan ponselnya. “Memang aku harus apa, hm?”Mayumi mendengkus lagi. “Huh! Kamu sangat menyebalkan!”Frans berdiri lalu merangkul sang istri dari belakang. Ia sandarkan dagu pada pundak yang polos belum berpakaian itu. Bukan telanjang, melainkan saat ini Mayumi masih memakai handuk yang melingkar di badannya.“Semua baju yang kamu belikan untukku, terlalu mahal. Aku takut tidak akan cocok.”“Oh, Ya?” Frans menaikkan satu alisnya dan memiringkan kepala hingga bisa melihat Sebagian wajah Mayumi. “K
Mayumi masih membuang muka, ia duduk di tepi ranjang dengan wajah merengut dan kedua tangan terlipat di depan dada. Mayumi ingin marah, tapi tidak tahu caranya. Ini baru dua hari menikah tapi kenapa sudah ada hal yang membuat kecewa dan kesal.Frans menghela napas kemudian mendekat. “Kamu marah?”Mayumi berdecak dan masih enggan membuka mulut. Dia kesal kenapa Frans harus bertanya, padahal jelas sekali tidak pulang tanpa memberi kabar adalah sebuah kesalahan.“Untuk apa aku marah,” kata Mayumi kemudian. “Memang kalau aku marah, aku akan menang?”Frans duduk di samping Mayumi. “Jadi kamu memang sedang marah? Aku minta maaf, aku tidak bisa pulang semalam.”Mayumi tersenyum tipis dengan tatapan sengit. “Lalu dengan begitu apa tidak bisa memberi kabar? Meneleponku, misalnya.”“Aku kehilangan ponselku semalam. Aku melupakan ponselku di ruang makan, jadi aku tidak mendengar kalau ada panggilan masuk karena mode getar saja.”“Ruang makan? Ruang makan mana maksud kamu?” Mayumi melotot.
Frans sampai di rumah sekitar pukul sepuluh siang, dia mampir lebih dulu ke pusat perbelanjaan membeli sesuatu untuk Mayumi. Mungkin dengan membelikan sesuatu, akan membuat Mayumi urung marah. Bagaimana Frans bisa tahu kalau Mayumi marah? Hal itu terbukti dari panggilan dan pesan yang tidak Mayumi balas dan jawab.Sampai di rumah, Frans menyelonong begitu saja masuk ke dalam, bahkan tidak bicara apa pun saat berpapasan dengan Leo. Leo yang harusnya bicara, urung karena melihat Tuannya berjalan begitu cepat.Sampai di lantai atas, Frans meletakkan belanjaannya di atas sofa, sementara mulutnya sudah berteriak memanggil sang istri.“Mayumi!”Tidak ada jawaban sama sekali, yang terdengar hanya suara tokek yang entah di mana keberadaannya. Frans coba memeriksa ke balkon dan kamar mandi, tetap saja tidak menemukan siapa pun. Frans lantas berjalan meninggalkan kamar, lalu berhenti di pinggir lantai atas.“Liana!”Liana masih di belakang dan sedang sibuk menata pakaian yang sudah bersi
Pagi harinya, Mayumi tidak mendapati sang suami ada di sampingnya. Mayumi pikir Frans sudah bangun lebih dulu dan berangkat bekerja, atau mungkin sedang sarapan di bawah.Mayumi mengikat rambut panjangnya, kemudian duduk dengan kedua kaki menggantung di bibir ranjang. Mayumi hendak meraih ponselnya, tapi urung karena mendadak perutnya berbunyi. Sepertinya rasa lapar sudah datang tanpa rasa sabar.Mayumi menghela napas kemudian beranjak. Dia pergi meninggalkan kamar masih memakai piamanya. Tenang saja, piama itu tidak akan terlihat terbuka saat memakai jubahnya, jadi Mayumi tetap akan nyaman berjalan di rumah ini.“Selamat pagi, Nona?” sapa pelayan yang sedang mengelap lemari kaca di dekat tangga menuju ruang tengah.Mayumi tersenyum dan mengangguk membalas sapaan itu. Sebelum kembali melangkah, Mayumi bertanya lebih dulu pada pelayan itu.“Maaf, apa Frans ada di ruang makan?”“Em, maaf, Nona, Saya belum melihat Tuan Frans sedari tadi. Saya pikir Tuan Frans belum turun.”Kepala
Tidak ada yang Frans katakana setelah kembali pulang. Mayumi yang sampai ketiduran menunggu waktu itu pun, tidak bertanya yang macam-macam karena memang yakin kalau Frans tidak berbuat aneh-aneh. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Mayumi beberapa hari yang lalu di mana Frans seperti bertingkah mengacuhkannya. Mayumi tidak mau ambil pusing, toh dia tahu kalau itu memang sifat Frans yang lebih sering acuh dengan siapa pun. Hingga hari-hari berikutnya, Mayumi dikejutkan dengan sebuah dekor indah di rumah ini. Sebuah dekor bernuansa putih membuat Mayumi bertanya-tanya dengan perasaan heran.Mayumi tidak menyangka kalau hari itu akan menjadi hari di mana ia menjadi ratu sehari yang di sambut begitu banyak orang. Menggunakan gaun putih berlengan brokat, rambut panjang yang digulung ke atas dihiasi kain tile, membuat Mayumi begitu cantik bak Cinderella.Mayumi ingin menangis. Menangis mengingat bagaimana saat Frans mengucapkan ikrar janji cinta yang suci di depan pendeta dan disaks
Satu minggu kemudian, Frans kembali pulang ke rumah tanpa membawa Mayumi bersamanya. Sampai di sini, mungkin sekitar pukul tuju malam, di mana semua orang sedang berada di rumah. Kedatangan Frans sama sekali tidak disambut oleh Rahel. Wanita itu pasti menyimpan dendam karena sudah menjebloskan suami dan putranya ke dalam penjara.“Kenapa kamu baru kembali?” tanya Jeff Ketika dengan santainya Frans duduk dan langsung meneguk satu gelas jus milik Pete.Frans tidak memperhatikan pertanyaan itu, melainkan langsung menatap Pete. “Kamu baik-baik saja, kan?”Pete yang sedang mengunyah makanan mengangguk.Frans tahu kalau Pete sudah sejak lama dimusuhi oleh Rachel dan Drako. Meski mereka tidak pernah melakukan kekerasan pada Pete, tapi sikap mereka membuktikan kalau Pete tidak disambut dengan baik.“Frans, ayah sedang bicara denganmu di sini,” hardik Jeff sambil menepuk meja. “Kamu menghilang sejak seminggu dan tidak memberi kabar, tapi kamu memasukkan paman dan sepupumu ke dalam penjara
Mayumi muncul dari balik lemari besar yang di dalamnya ada barang-barang milik Frans. Dia melangkah perlahan sambil mengamati tampilannya yang kini memakai baju tidur. Ini masih jam tiga sore, tapi kepalang tanggung, jadi Mayumi memutuskan untuk memakai piama saja. Mayumi wajib bersyukur karena piama yang tersedia tidak terlalu terbuka saat jubahnya ia kenakan.“Makanlah!” ucap Frans saat Mayumi sudah mendekat.Mayumi mengusap piama di bagian belakang—pada pantatnya—ke bawah, baru kemudian duduk dengan kaki rapat. “Terima kasih,” ucapannya.Mayumi mengambil satu lembar roti itu dan langsung memakannya tanpa selai. Dia lebih suka makan roti polosan, atau sebenarnya kalau bisa Mayumi lebih ingin makan buah dan daging. Sayur juga mau kalau ada.“Tidak suka?” tanya Frans.Mayumi mendongak melebarkan tatapan. “Suka, kok. Terima kasih.”Suasana kembali sunyi tak ada yang bicara lagi. Frans duduk diam membiarkan Mayumi menghabiskan rotinya lebih dulu. Sementara Mayumi, dia yang ingin s