Mayumi duduk sambil menata baju di ruang laundry. Tidak ada siapa pun di sini karena pelayan lain sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ini sudah pukul lima, semua pelayan mulai menyiapkan menu untuk makan malam.“Aku merindukan ibuku,” gumam Mayumi. Sudah satu minggu Mayumi tidak bertemu dengan ibunya. Kalau sedang rindu, Mayumi hanya akan menelepon di jam malam sebelum tidur. Itu pun sangat singkat karena Mayumi tidak mau suaranya mengganggu yang lain.“Bisa tolong carikan aku kemeja biru.” Seseorang bersuara dari arah belakang membuat Mayumi spontan menoleh.Mayumi bergegas berdiri dan menundukkan kepala. “Tuan?”“Mayumi? Kupikir Emely,” ucap Drako.“Tuan butuh apa?” tanya Mayumi dengan sopan.Drako menggaruk tengkuknya dan berdengung. “Aku sedang mencari kemeja biru laut. Aku mencarinya di kamarku, tapi tidak ada.”“Oh.” Mayumi menoleh ke arah ketumpukan pakaian yang sudah disetrika.Mayumi berdiri sambil mengetuk-ngetuk dagunya karena bingung harus mulai mencari
Mayumi sudah kembali ke lantai satu. Di sana, semua penghuni rumah sudah masuk ke dalam kamar masing-masing kecuali Tuan Pete. Lelaki itu sedang duduk bersandar di ruang tengah sambil nonton tv, sementara di hadapannya ada satu toples kue jahe yang ia nikmati dengan teh hangat.“Tuan belum tidur?” tanya Mayumi sebelum masuk ke Lorong menuju dapur.Pete yang sedang mengunyah roti jahenya menoleh. “Ow, Nona Mayumi. Kamu mengagetkanku.”Benar kata Emely, sepertinya Pete anaknya sangat ramah dan asyik dibanding yang lainnya. Mungkin juga karena dia sedang dalam fase menuju dewasa.“Maaf,” ucap Mayumi sambil menundukkan kepala.”Pete tersenyum dan masih berbalik badan bersandar pada dinding sofa. Ia mendaratkan dua tangan yang terlipat di atas sandaran sofa dan meletakkan dagunya si atas lengannya.“Apa sudah selesai melayani kekasihmu wahai Nona Mayumi?”Kedua alis Mayumi langsung terangkat begitu mendengar pertanyaan dari Pete. Mayumi yang mendadak malu kini nyengir dan menggaruk
Dua mata berlensa biru sedang mengamati sosok Wanita yang tertidur di atas sofa tanpa bantal dan selimut. Sosok yang tengah mengamati itu, perlahan menarik ujung bibirnya membentuk seringaian. Frans berdiri dengan kepala miring dan dua tangan masuk ke dalam kantong piamanya.“Aku tidak tahu tentang perasaanku,” gumam Frans. “Maksudku tentang kenapa aku harus menjadikanmu pelayanku? Aku bahkan belum sepenuhnya tahu tentang asal-usulmu. Yang aku tahu hanya kamu pernah bekerja di bar.”Frans membuang napas lalu mengalihkan pandangan. Dia berjalan mendekati cermin Panjang berbentuk oval di samping lemari bajunya. Dia berdiri di sana , sedikit membungkuk mengamati wajahnya yang masih lusuh.Tidak lama saat Frans hendak masuk ke kamar mandi, sosok di atas sofa terlihat bergerak. Ia melengkuh seraya merentangkan kedua tangannya. Dari jarak sekitar dua meter, Frans mengamati sambil menaikkan satu alisnya. Tidak lama kemudian, kedua mata itu terbuka dan mulutnya terbuka lebar. Desahan yang
“Jadi kamu sudah siap menikah dengan Drako?”Jessy menoleh ke arah seseorang yang bertanya padanya. “Untuk apa membahas tentang itu? Toh Drako tidak ingin menikahiku.”Johny melajukan mobilnya dengan kecepatan sedikit melambat.“Tapi kamu memang ingin menikah dengannya kan?”Jessy mendengkus lalu membuang muka. Ia menunjuk-nunjuk kaca jendela mobil dengan wajah datar. “Aku harus jawab apa? aku menjalin cinta dengan dua orang sekarang. Kalian berdua sama-sama hebat.”Johny menghentikan mobilnya saat itu juga. Ia berdecak lalu menatap Jessy dalam-dalam. Dia ingin memakan Wanita itu saat ini juga. Andai sang istri tidak terlalu sibuk dengan urusan salon dan sedikit mengurangi berat badannya, mungkin Johny tidak akan bermain cinta di belakang dengan Wanita lain. Ini sangat gila memang. Seperti tidak punya otak, Johny bahkan memacari kekasih putranya sendiri. Siapa yang salah? Jessy dengan senang hati mau dengan Johny.“Kamu pikir aku tidak berada dalam posisi serba salah?” sungut Jo
Mayumi masih merasa gugup setelah Frans membawanya pulang ke rumah. Meski tidak sampai satu hari full, tapi jujur saja Mayumi sangat senang. Ia tahu kalau kondisi ibunya memang baik-baik saja.“Eum, terima kasih sudah membawaku pulang,” kata Mayumi sambil tersenyum kaku.Frans hanya berdehem tanpa menoleh.“Ngomong-ngomong, dari mana Tuan Frans tahu rumahku?”Frans terdiam dan menoleh sekejap. Ia kembali menatap jalanan yang lurus dan tersenyum miring. Meski tidak begitu jelas, tapi Mayumi tahu itu sebuah seringaian.“Sudah aku katakan, bukan, kalau aku bisa tahu semua tentangmu?”Mayumi melipat kedua bibir membentuk garis lurus. Dia tidak mau berpikir terlalu jauh, tapi memang Frans selalu tahu tentangnya. Bahkan semenjak pertama kali pernah bertemu waktu itu.Mayumi ingin bertanya lagi, tapi ragu. Ia sadar posisi di sini yang hanya sebatas pelayan saja. Namun, saat melihat wajah Frans dalam-dalam, sepertinya pria itu menyimpan banyak cerita.“Kamu merasa betah bekerja dengan
Mayumi tidak mau Frans kembali memanggilnya dengan suara lantang seperti waktu itu. Dia dengan cepat berlari menuju lantai atas untuk mengantar belanjaan milik Tuannya itu. Sampai di atas dan masih jauh dengan pintu kamar Frans, Mayumi kembali bertemu dengan Drako. Mayumi tersenyum dan menganggukkan kepala seperti biasanya.“Sepertinya kamu sangat sibuk?” tanya Drako. Ia berjalan lebih dekat.Mayumi tidak mungkin menghindar, karena itu tidak sopan. Meski Frans melarangnya untuk dekat dengan orang di rumah lain selain dirinya, tapi bagi Mayumi mereka semua tetap,bos di rumah ini yang harus dihormati.“Tidak juga, Tuan.” Mayumi tersenyum tipis.“Sebaiknya kamu istirahat kalau lelah. Frans memang orangnya suka memaksa.”Benar sekali apa yang dikatakan Drako. Mayumi sangat setuju dengan kalimat itu. Frans bahkan tidak pernah berpikir apakah Mayumi kelelahan atau tidak. Pria itu hanya selalu memaksa untuk dilayani tanpa ada jeda sedikit pun.“Terima kasih sudah memperhatikanku, Tu
Drako menghampiri Grace yang sedang duduk sendirian di gazebo dekat kolam renang. Saat ini sudah pukul sekitar Sembilan malam, Sebagian penghuni rumah sudah lelap dalam tidurnya. Sampai di belakang Grace, Drako langsung berdehem membuang Grace menoleh.“Drako?” celetuknya. “Sedang apa di sini?”Drako menghela napas lalu ikut duduk. “Harusnya aku yang tanya, sedang apa kamu di sini?”Grace tersenyum sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. “Aku masih belum mengantuk.”Grace duduk memangku bantal putih, menghadap ke arah kolam. Ia melihat kelap-kelip pantulan lampu di atas air yang tenang itu. Terkadang sedikit bergelombang Ketika beberapa daun kemboja berjatuhan.“Apa kamu tahu siapa kekasih Frans?” tanya Grace.Drako tertawa getir. “Kamu tahu kalau aku tidak dekat dengan Frans setelah kepergian Rose, kan? Aku bahkan hampir tidak pernah bicara dengannya sekarang.”Rose, mengingat nama itu rasanya ingin sekali Grace menampar Frans. Dia Wanita yang sangat dicintai Fran
Ini kedua kalinya Mayumi tidur di kamar majikannya. Semalam Mayumi terlalau mengantuk dan lelah, ia sampai tidak tahu kalau saat ini sedang berbaring di atas ranjang yang lebih luas dan empuk.“Apakah ini sudah pagi?” gumam Mayumi sambil mengeliatkan badan. Ia menguap lalu mengerjap-kerjapkan matanya yang sayu.Tunggu dulu!Seketika Mayumi terduduk dan melongo tanpa berkedip. Mayumi menoleh ke kana dan ke kiri dan ia tersadar kalau sedang berada di kamar seseorang.“LAGI?” decak Mayumi sambil menepuk jidatnya sendiri.Mayumi melompat turun dari atas ranjang. Ia kembali menyapu pandangan dan si pemilik kamar sepertinya sedang tidak ada. Mayumi tidak peduli. Intinya saat ini Mayumi langsung menata ranjang hingga terlihat rapi lalu berencana ke luar dengan segera.“Aku masih memakai pakaianku, itu artinya semalam aku hanya tidur,” gumam Mayumi.Mayumi melipat selimut dan menarik setiap ujung seprei hingga rapi.“Bisa-bisanya aku kepikiran yang aneh-aneh!” decak Mayumi. “Aku hanya
Frans sudah menarik Mayumi ke luar dan memutuskan untuk membawa pulang. Reaksi Frans itu, sempat membuat semuanya bingung dan bertanya-tanya. Rencananya, Bastian akan langsung menjelaskan, tapi sayangnya Frans malah langsung pergi begitu saja.“Ada apa, Ian?” tanya Kate.Mereka semua yang di sini menatap serius ke arah Bastian menunggu jawaban. Sebelum bicara, Bastian duduk dan terdiam beberapa saat. Kemungkinan ia masih syok atau tidak menyangka kalau Wanita yang sempat ia cari ternyata sudah menikah dengan saudaranya.Sudah sekitar satu tahun Bastian menyerah mencari Mayumi. Bastian berharap bertemu lagi, tapi kalau keadaannya seperti ini, sebaiknya tidak usah bertemu. Bastian sebenarnya juga sudah memiliki kekasih, dia menghampiri Mayumi mungkin hanya melepas rindu dan ingin menyampaikan maaf.“Dia orang yang aku cari.”“Apa maksud kamu?” tanya Jiel.“Istri Frans. Dia Wanita jepang yang pernah menjadi kekasihku.”Mereka semua seketika tercengang dengan bibir terbuka dan semp
“Bagaimana mungkin kamu bisa mencintai seorang pelayan?” tanya satu Wanita yang sedari tadi sibuk makan camilan. Dia Keysha, saudara kembar Harrys.“Apa ada yang salah?” tanya Frans malas. Kedua mata Frans lurus mengarah pada sang istri yang sedang ikut bakar-membakar bersama ibunya dan juga bibi Jane.“Bukan apa-apa, aku hanya heran dan yang lain juga pasti heran sepertiku. Ayolah, Frans, kita semua tahu seperti apa tipemu.” Keysha terkekeh.Frans yang sontak menoleh membuat mereka menutup mulut. “Ada apa dengan tipeku? Aku tidak pernah memilih-milih Wanita.”“Oh, ya? Lalu bagaimana dengan Lucy dan Rose.”“Jangan membicarakan mereka!” Frans melotot.“Tenanglah, Frans. Kita hanya ingin tahu tentang kamu dan istrimu. Tidak apa kan kalai kita sedikit membahas hal sebelumnya? Sebagai sepupumu, aku hanya ragu dengan istrimu itu.”“Why?” sungut Frans sambil menyingkirkan tangan Harrys yang mendarat di pundaknya.Keysha berpaling dar camilannya kemudian melipat kedua tangan di atas
Hari berikutnya, Frans dan Mayumi diundang ke rumah untuk sekedar makan malam. Mungkin ayah dan ibu sudah rindu karena satu mingguan mereka berdua tidak datang untuk berkunjung. Di dalam kamar, Mayumi sudah sibuk mencari pakaian, sementara Frans sudah duduk santai di sofa sambil menatap layar ponselnya.“Kenapa kamu santai sekali? Tidak bisakah membantuku?” Mayumi mulai mengoceh. Dia mendengkus dan menghentak kaki karena tak kunjung menemukan pakaian yang cocok.Frans mendesah lalu meletakkan ponselnya. “Memang aku harus apa, hm?”Mayumi mendengkus lagi. “Huh! Kamu sangat menyebalkan!”Frans berdiri lalu merangkul sang istri dari belakang. Ia sandarkan dagu pada pundak yang polos belum berpakaian itu. Bukan telanjang, melainkan saat ini Mayumi masih memakai handuk yang melingkar di badannya.“Semua baju yang kamu belikan untukku, terlalu mahal. Aku takut tidak akan cocok.”“Oh, Ya?” Frans menaikkan satu alisnya dan memiringkan kepala hingga bisa melihat Sebagian wajah Mayumi. “K
Mayumi masih membuang muka, ia duduk di tepi ranjang dengan wajah merengut dan kedua tangan terlipat di depan dada. Mayumi ingin marah, tapi tidak tahu caranya. Ini baru dua hari menikah tapi kenapa sudah ada hal yang membuat kecewa dan kesal.Frans menghela napas kemudian mendekat. “Kamu marah?”Mayumi berdecak dan masih enggan membuka mulut. Dia kesal kenapa Frans harus bertanya, padahal jelas sekali tidak pulang tanpa memberi kabar adalah sebuah kesalahan.“Untuk apa aku marah,” kata Mayumi kemudian. “Memang kalau aku marah, aku akan menang?”Frans duduk di samping Mayumi. “Jadi kamu memang sedang marah? Aku minta maaf, aku tidak bisa pulang semalam.”Mayumi tersenyum tipis dengan tatapan sengit. “Lalu dengan begitu apa tidak bisa memberi kabar? Meneleponku, misalnya.”“Aku kehilangan ponselku semalam. Aku melupakan ponselku di ruang makan, jadi aku tidak mendengar kalau ada panggilan masuk karena mode getar saja.”“Ruang makan? Ruang makan mana maksud kamu?” Mayumi melotot.
Frans sampai di rumah sekitar pukul sepuluh siang, dia mampir lebih dulu ke pusat perbelanjaan membeli sesuatu untuk Mayumi. Mungkin dengan membelikan sesuatu, akan membuat Mayumi urung marah. Bagaimana Frans bisa tahu kalau Mayumi marah? Hal itu terbukti dari panggilan dan pesan yang tidak Mayumi balas dan jawab.Sampai di rumah, Frans menyelonong begitu saja masuk ke dalam, bahkan tidak bicara apa pun saat berpapasan dengan Leo. Leo yang harusnya bicara, urung karena melihat Tuannya berjalan begitu cepat.Sampai di lantai atas, Frans meletakkan belanjaannya di atas sofa, sementara mulutnya sudah berteriak memanggil sang istri.“Mayumi!”Tidak ada jawaban sama sekali, yang terdengar hanya suara tokek yang entah di mana keberadaannya. Frans coba memeriksa ke balkon dan kamar mandi, tetap saja tidak menemukan siapa pun. Frans lantas berjalan meninggalkan kamar, lalu berhenti di pinggir lantai atas.“Liana!”Liana masih di belakang dan sedang sibuk menata pakaian yang sudah bersi
Pagi harinya, Mayumi tidak mendapati sang suami ada di sampingnya. Mayumi pikir Frans sudah bangun lebih dulu dan berangkat bekerja, atau mungkin sedang sarapan di bawah.Mayumi mengikat rambut panjangnya, kemudian duduk dengan kedua kaki menggantung di bibir ranjang. Mayumi hendak meraih ponselnya, tapi urung karena mendadak perutnya berbunyi. Sepertinya rasa lapar sudah datang tanpa rasa sabar.Mayumi menghela napas kemudian beranjak. Dia pergi meninggalkan kamar masih memakai piamanya. Tenang saja, piama itu tidak akan terlihat terbuka saat memakai jubahnya, jadi Mayumi tetap akan nyaman berjalan di rumah ini.“Selamat pagi, Nona?” sapa pelayan yang sedang mengelap lemari kaca di dekat tangga menuju ruang tengah.Mayumi tersenyum dan mengangguk membalas sapaan itu. Sebelum kembali melangkah, Mayumi bertanya lebih dulu pada pelayan itu.“Maaf, apa Frans ada di ruang makan?”“Em, maaf, Nona, Saya belum melihat Tuan Frans sedari tadi. Saya pikir Tuan Frans belum turun.”Kepala
Tidak ada yang Frans katakana setelah kembali pulang. Mayumi yang sampai ketiduran menunggu waktu itu pun, tidak bertanya yang macam-macam karena memang yakin kalau Frans tidak berbuat aneh-aneh. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Mayumi beberapa hari yang lalu di mana Frans seperti bertingkah mengacuhkannya. Mayumi tidak mau ambil pusing, toh dia tahu kalau itu memang sifat Frans yang lebih sering acuh dengan siapa pun. Hingga hari-hari berikutnya, Mayumi dikejutkan dengan sebuah dekor indah di rumah ini. Sebuah dekor bernuansa putih membuat Mayumi bertanya-tanya dengan perasaan heran.Mayumi tidak menyangka kalau hari itu akan menjadi hari di mana ia menjadi ratu sehari yang di sambut begitu banyak orang. Menggunakan gaun putih berlengan brokat, rambut panjang yang digulung ke atas dihiasi kain tile, membuat Mayumi begitu cantik bak Cinderella.Mayumi ingin menangis. Menangis mengingat bagaimana saat Frans mengucapkan ikrar janji cinta yang suci di depan pendeta dan disaks
Satu minggu kemudian, Frans kembali pulang ke rumah tanpa membawa Mayumi bersamanya. Sampai di sini, mungkin sekitar pukul tuju malam, di mana semua orang sedang berada di rumah. Kedatangan Frans sama sekali tidak disambut oleh Rahel. Wanita itu pasti menyimpan dendam karena sudah menjebloskan suami dan putranya ke dalam penjara.“Kenapa kamu baru kembali?” tanya Jeff Ketika dengan santainya Frans duduk dan langsung meneguk satu gelas jus milik Pete.Frans tidak memperhatikan pertanyaan itu, melainkan langsung menatap Pete. “Kamu baik-baik saja, kan?”Pete yang sedang mengunyah makanan mengangguk.Frans tahu kalau Pete sudah sejak lama dimusuhi oleh Rachel dan Drako. Meski mereka tidak pernah melakukan kekerasan pada Pete, tapi sikap mereka membuktikan kalau Pete tidak disambut dengan baik.“Frans, ayah sedang bicara denganmu di sini,” hardik Jeff sambil menepuk meja. “Kamu menghilang sejak seminggu dan tidak memberi kabar, tapi kamu memasukkan paman dan sepupumu ke dalam penjara
Mayumi muncul dari balik lemari besar yang di dalamnya ada barang-barang milik Frans. Dia melangkah perlahan sambil mengamati tampilannya yang kini memakai baju tidur. Ini masih jam tiga sore, tapi kepalang tanggung, jadi Mayumi memutuskan untuk memakai piama saja. Mayumi wajib bersyukur karena piama yang tersedia tidak terlalu terbuka saat jubahnya ia kenakan.“Makanlah!” ucap Frans saat Mayumi sudah mendekat.Mayumi mengusap piama di bagian belakang—pada pantatnya—ke bawah, baru kemudian duduk dengan kaki rapat. “Terima kasih,” ucapannya.Mayumi mengambil satu lembar roti itu dan langsung memakannya tanpa selai. Dia lebih suka makan roti polosan, atau sebenarnya kalau bisa Mayumi lebih ingin makan buah dan daging. Sayur juga mau kalau ada.“Tidak suka?” tanya Frans.Mayumi mendongak melebarkan tatapan. “Suka, kok. Terima kasih.”Suasana kembali sunyi tak ada yang bicara lagi. Frans duduk diam membiarkan Mayumi menghabiskan rotinya lebih dulu. Sementara Mayumi, dia yang ingin s