“T-tidak, Tuan Presdir. M-maaf,” Leonal menjawab gelagapan.
Jessica mencubit pelan pinggang Joandra, ketika kembali mendengarkan suaminya itu mengancam Leonal.
“Sayang ngapain sih?” tanya Jessica berbisik pelan, sambil menegadahkan wajahnya melihat ke arah Joandra dengan kedua keningnya yang terlihat mengkerut.
“Gak ada. Abang cuma becanda doang,” balas Joandra ikut berbisik.
“Candanya kayak gitu lagi, ah. Jessica nggak suka,” kesal Jessica ketika kembali mendengarkan ancaman dari bibir tebal suami tampannya.
“Kalau yang ini suka gak?” tanya Joandra langsung menyambar bibir Jessica dengan cepat. Posisi saat ini memang membuatnya sangat mudah melakukan hal itu, dan Joandra tak tahan lagi karena kembali mendengarkan istri kecilnya itu membela Leonal.
“Umh!”
Jessica yang kaget kembali mencubit pinggang kekar itu sedikit keras, membuat Joandra langsung tertawa lepas.<
“Kenapa Abang tidak membangunkan Jessica saja. Lain kali jangan menggendongku lagi, bagaimana kalau aku terjatuh saat Abang kelelahan menggendongku? Itu sangat berbahaya,” ujar Jessica terlihat begitu terkejut ketika mendengar ocehan Joandra barusan, yang membuatnya bergidik ngeri membayangkan jika suaminya itu tidak kuat menopang tubuhnya dan membuatnya menjadi terjatuh di atas tangga.Jessica tampak segera bangun dari posisi berbaringnya, saking kaget mendengar penuturan Joandra barusan.“Oh, jadi Jessica meragukan kekuatan Abang, gitu?!” tanya Joandra yang kaget mendengar jawaban istri kecilnya barusan, begitu menganggap remeh keperkasaan dan kekuatannya. “Jessica benar meragukan Abang, begitu?!” tanya Joandra sekali lagi sambil membuka matanya lebar-lebar, kening pria itu juga terlihat hampir manyatu satu sama lainnya.“B-bukan meragukan. Tapi kan Jessica cuma takut kalau tiba-tiba tangan Abang nggak kuat menahan beb
Joandra memang begitu menginginkan Jessica seutuhnya. Tapi, pada akhirnya Joandra hanya bisa menghela napasnya dan sedaya upaya menahan hasratnya.Setelah hampir 20 menit berlalu, ternyata Jessica masih belum bergeming. Joandra mulai mengecup hidung mancung milik istri cantiknya yang terasa sangat dingin itu. Joandra lalu menoel-noel hidung mancung itu perlahan menggunakan jari telunjuknya, sambil terkadang mengecupnya dengan bibirnya sesekali.“Sayang ...?” lirih Jessica saat kesadarannya kembali. Meski dia belum membuka matanya sama sekali, tapi dia tahu yang sedang melakukan hal itu adalah suami tampannya.“Hmm?”Joandra bergumam pelan sambil terus mengembangkan senyumnya.“Jangan begitu. Jessica masih mengantuk,” lirih Jessica lagi tanpa membuka matanya.“Nanti malam pasti bergadang. Sekarang sudah hampir setengah tujuh loh,” ujar Joandra mencoba memberitahu istri kecilnya itu.&ldqu
Hening.Claudia diam dan menunggu Kenrick kembali bersuara. Pria itu terlihat sangat angkuh dan sombong. Tapi, ada pesona yang disukainya dari raut angkuh yang sudah membantunya keluar dari bilik jeruji besi, ruang tak berdapur yang amat dibencinya itu.“Yang aku butuhkan bukan hanya sebatas bualan belaka. Buktikan jika kamu bisa melakukan apa pun perintahku dengan baik dan sempurna, sehingga aku bisa memiliki Jessica seutuhnya. Dan ingat. Aku tak menerima kata mundur ketika perjalanan itu sudah dimulai!”Kenrick berkata tegas dan sarkas dengan nada penuh tekanannya, ingin agar Claudia paham dengan apa yang dimaksudkannya.“Tentu saja. Tapi, sebelumnya aku hanya ingin mengingatkan. Bukankah Jessica sudah menikah? Dia sudah menjadi istri Joandra, Tuan Kenrick?!""Maka itu fungsinya kamu di sini. Kalau kamu tidak memiliki fungsi sama sekali, untuk apa aku mengeluarkan kamu dari dalam penjara?! Dan untuk kamu ketahui, adanya kamu di
Claudia terdiam. Saat ini dia merasa menjadi wanita begitu bodoh sudah merencanakan kiamat bagi dirinya sendiri sejak awal. Andai saat itu dia tak menyelingkuhi dan menceraikan Joandra, tentu saja dia akan langsung menuntut Jessica sebagai perebut suaminya!"Oke. Tapi, tentu saja aku butuh modal untuk melakukan semua itu, Tuan Kent. Dan kamu tahu kan, selama ini hidupku bagaimana?""Dasar Penjilat!" geram Kenrick sambil mematikan puntung rokoknya ke dalam asbak.Kenrick merogoh kantong celana bagian belakangnya, dan lalu mengeluarkan selembar kartu kredit. Pria itu lalu melemparkan kartu itu ke arah Claudia.“Sebenarnya tak banyak yang menjadi kebutuhanmu! Tempat tinggal sudah aku sediakan. Kamu hanya butuh biaya makan dan menyewa hotel untuk tempatmu beraksi. Awas kalau kamu terlalu boros!” kecam Kenrick dengan gusar.“Tentu saja,” jawab Claudia sambil menyunggingkan senyumannya."Jangan sampai gagal. Karena jika itu sampai terjadi, maka ginjalmu akan menjadi ganti untuk membayar sem
Melihat wajah yang mulai terlihat semakin pucat itu, Joandra yang sebenarnya ingin menghukum gadis pujaan hatinya itu langsung merubah rencananya. Dia tau Jessica memang sangat anti dan belum bersedia dengan hal yang masih cukup awam bagi mereka berdua.“Mau makan Jessica. Auummm!”Joandra mengaum dan langsung berpura-pura memakan tubuh Jessica dengan menggigit-gigit pelan tubuh gadis pujaan hatinya itu, sambil menggelitik perut atas Jessica yang menjadi bagian paling sensitif dan membuat gadisnya itu selalu tertawa geli.“Jangan Sayang. Tolong, aduh. Jangan. Geli!”Jessica tertawa sambil memohon-mohon agar Joandra menghentikan gigitan-gigitan yang sebenarnya hanya mampu membuatnya merasa geli. Tak ada rasa sakit sama sekali.Puas menggigit-gigit tubuh sintal itu dan tertawa dengan begitu puasnya, Joandra segera mengakhiri kegiatannya. Joandra membaringkan tubuhnya ke arah samping tubuh Jessica dengan kedua kaki mereka yang
Semuanya juga melihat sikap Joandra yang tampak begitu menyayangi dan memprioritaskan Jessica. Rasa iri tak dapat dielakkan. Bahkan pemandangan itu membuat tente Fitria dan tente Hesty saling berpandangan satu sama lainnya.Joandra yang awalnya mendadak bankrut dan menjadi gembel, kini juga mendadak kaya dalam sekejap. Joandra memberikan kehidupan yang begitu layak dan bahkan melimpahkan harta kekayaannya pada keponakan mereka yang bodoh dan terbelakang itu, Jessica Pitaloka. Semua itu sungguh tak bisa dicerna dengan akal sehat mereka. Dan hasilnya rasa iri dan sakit hati itu tumbuh dan terpendam di dalam sana.“Kemarikan tas tangan itu, Joandra. Jangan meletakkan tas tangan itu di belakangmu. Itu akan membuatmu kesulitan bersandar. Sini.”Terdengar suara Kakek Raharja memecah keheningan, yang tercipta akibat semuanya sedang terpana dengan penampakan yang sedang mereka lihat barusan.“Oh, baik Kakek. Terima kasih untuk perhatiannya.”Joandra yang mendengar itu segera mengambil tas tan
“Andi, Donna. Ayah ingin bertanya. Sejak kapan kalian menikahkan Joandra dengan Jessica?”Pertanyaan itu langsung terlontar begitu saja. Kakek Raharja mengundang mereka semuanya memang bertujuan untuk masalah inti ini. Sebagai seorang ayah, Kakek Raharja sangat kecewa karena dia tak mengetahui tentang pernikahan Joandra dan Jessica.Madam Donna menelan salivanya kasar. Tak menyangka jika ayahnya akan bertanya tentang hal itu di hadapan semuannya. Bagaimana mungkin dia akan mengakui dan menceritakan segala apa yang sudah dilakukannya beberapa waktu ini.“Ayah, i-itu ... k-kami,” ujar Madam Donna terbata-bata.Entah bagaimana harus menjelaskan, Madam Donna merasa pusing sendiri. Apa lagi ini di hadapan semuanya. Andai pula jika ayahnya mengetahui dia sudah memaksa dan akan menikahkan Jessica dengan Kenrick saat itu, bagaimana pula ayahnya akan murka padanya. Tidak, pada mereka. Karena kedua adiknya juga membantunya menyusun rencana penculikan itu.“Apa? Kenapa suaramu tersendat seperti
Kakek Raharja terlihat amat marah melihat perdebatan antara putri dan menantunya.Semua masih diam, bahkan Madam Donna yang sejak tadi berteriak kencang sekarang tak berani berkutik sama sekali.“Kamu juga, Donna. Jangan asal ucapkan kata cerai dan talak! Apa kamu tak ingin syurga untuk akhiratmu nanti?!”“Terserah Donna saja, Ayah. Kalau maunya Donna seperti itu, besok Andi akan mengurusnya.”Bagai sedang mendengar suara petir dari kilatan cahaya yang sudah sambar-menyambar sejak tadi, Jessica langsung berdiri dari tempat duduknya.“Ayah? Ibu? Jangan berkata seperti itu. Jessica mohon.”Jessica yang begitu terkejut tak sanggup untuk berdiam diri lagi. Wanita itu berdiri dan langsung mengucapkan kalimatnya dengan nada memohon dan penuh harap.“Kalian dengar? Sudah tua begini masih pakai acara bertengkar segala. Sudah! Ayah tak ingin mendengar hal ini lagi. Dan untuk Cucu Kakek, Joandra dan Jessica. Kalau memang sudah seperti ini adanya, artinya kalian harus menikah ulang di depan peng