Kali ini Hendrik menyela pembicaraan kedua kawannya. Ya, saat ini kawan-kawan Gibran sedang menjalani apa yang sudah diperintahkan oleh Gibran kepada mereka, dan itu tentu saja dengan upah yang cukup besar.
Gibran yang pagi tadi mendapatkan panggilan dari Claudia langsung bergerak dengan begitu cepat. Dia mengerahkan ketiga kawannya karena dia tidak ingin langsung terlihat jika kejadian itu ketahuan, karena dia memiliki rencana lain yang tersendiri.
Selain untuk membantu Claudia yang masih menjadi teman ranjang untuk memuaskan hasratnya setiap saat, Gibran juga ingin mengetahui seluk-beluk segalanya agar dia lebih mudah untuk membalaskan rasa sakit hati dan dendamnya kepada Joandra, yang sudah begitu berani melangkahinya sok membantu keluarga besar Claudia. Padahal tadinya dia memiliki rencana terselubung ketika dia akan menjadi satu-satunya harapan keluarga besar kakek Raharja.
Sambil menyelam minum air. Ini yang saat ini sedang dilakukan oleh Gibran. Pria itu
Sementara itu, karena dari tadi Joandra sudah mengetahui ban mobilnya yang tiba-tiba menjadi kempes, Joandra sudah pun mengabari Ricko untuk datang ke Restoran itu dengan membawa mobilnya yang lain untuk digunakannya.Ricko melakukan perintah itu dengan cepat dan menitipkan kunci mobil pada satpam di sana sesuai dengan apa yang sudah diperintahkan oleh Joandra kepadanya, lalu mengurus mobil tuan presdirnya yang mengalami kempes pada bannya.Selesai makan malam, Joandra mengambil kunci mobilnya pada Satpam yang berjaga di depan sana dan kembali melajukan mobilnya.Kali ini Joandra terus memperhatikan sekitarnya dan juga mobil yang bergerak di belakangnya. Joandra mulai merasa curiga dengan beberapa kejanggalan ketika saat berada di butik tadi matanya sekelebat melihat bayangan orang yang terlihat mencurigakan, dan itu sungguh membuat Joandra mulai merasa was-was.Joandra tidak takut pada siapa pun. Tidak, Joandra tidak pernah merasa gentar sama sekali jika
“Abang bohong kan? Apa rumah gedung ini milik Abang? Apa Bank besar itu juga milik Abang? Abang berbohong dengan Jessica?”Deg!Jantung Joandra langsung terasa ingin berhenti berdetak ketika melihat begitu seriusnya Jessica berbicara saat ini. Pria yang biasanya begitu tegas dan berpendirian itu merasa nyalinya melemah karena mendapatkan pertanyaan beruntun dari gadis kecil pujaan hatinya itu. Tapi, sebelum Joandra berkata jujur dia juga ingin melihat apa yang sebenarnya ada di dalam benak wanita impiannya tersebut.“Apa Jessica yakin dan percaya Abang yang memiliki semua ini? Jessica yakin ...?”Jessica kembali terdiam. Kening wanita itu terlihat mengkerut dengan kedua alisnya yang hampir saja menyatu satu sama lainnya.‘Benar juga. Imposible kan? Ini memang tidak mungkin. Untuk apa abang susah payah jika memang dia begitu kaya? Dan lagi, kemarin dia juga benar-benar menjadi pekerja di kebun raksasa itu. Apa pertanyaanku tadi sudah menyinggung perasaan abang ya?!’Jessica mulai meras
“Baiklah. Sampai bertemu besok ya.”“Baik, Kek. Selamat malam.”Panggilan itu pun berakhir, dan Joandra langsung berjalan ke arah pintu kamarnya.Tok! Tok!Joandra yang sudah berjalan keluar dari dalam kamarnya langsung mengetuk pintu kamar Jessica yang hanya berjarak sekitar 10 meter dari kamarnya. Joandra tidak ingin bersikap lancang dengan langsung membuka pintu kamar istrinya itu begitu saja.Jessica yang sedang menyusun buku-bukunya yang tadi dibelikan oleh Joandra langsung beranjak membuka pintu kamarnya.“Ada apa, Bang?”“Kamu lagi ngapain? Bolehkan Abang masuk?” tanya Joandra ketika melihat Jessica hanya membuka sedikit celah pintu kamarnya, bahkan tubuh Joandra saja tidak akan muat jika ingin masuk ke dalam kamar itu.“Oh, boleh. Kenapa tidak,” jawab Jessica cepat menyadari jika tubuhnya yang berdiri di sana sudah menghalangi Joandra untuk masuk ke dalam sana.Jessica berjalan ke arah lemari buku di mana dia sedang berberes-beres, sementara Joandra mengikuti langkah Jessica s
“Itu mobil siapa ya? Memangnya Kakek mengundang teman-teman Sultannya juga ya? Aduh, Claudia nggak sabar ingin melihat siapa pemilik mobil mewah itu. Itu harga mobilnya saja mencapai Triliunan loh, Ibu,” Claudia berbisik pelan di dekat telinga Madam Donna, dan itu membuat mata wanita paruh baya itu mendelik kaget.“Wah! Lebih mahal mobil ini dari pada mobil mewah yang Joandra bawa semalam itu dong?! Keren juga ya. Ibu jadi penasaran siapa yang membawa mobil mewah harga selangit itu!”“Jika dia adalah seorang pria, Claudia ingin menjalin pertemanan dan pendekatan dengannya,” bisik Claudia lagi dengan wajahnya yang kini mulai terlihat merona.“Kamu gercep banget, Claudia. Otakmu memang sangat encer, kamu memang harus bergerak lebih cepat untuk ikan besar ini,” bisik Madam Donna terlihat begitu antusias melihat calon mantu yang akan didapatkannya nanti lebih kaya jika dibandingkan dengan Joandra apalagi Gibran. Pemikiran itu sungguh membuat wajah Madam Donna terlihat berseri-seri, karena
Ya, Joandra sudah memata-matai dan mengetahui betapa busuknya Claudia sang mantan istri. Bahkan Joandra mengetahui jika kemarin Claudia baru saja masuk ke hotel bersama Gibran. Hal ini memang sungguh gila, dan Joandra baru mengetahui semua itu beberapa waktu ini. Joandra bersyukur mengetahui itu semuanya sebelum dia terlambat. Andai saja dia sudah meniduri Claudia kala itu, mungkin hidupnya akan mengalami suatu guncangan hebat ketika mengetahui perselingkuhan Claudia selama ini di belakangnya.“Lepaskan tanganmu Claudia!”Joandra yang sudah menahan dirinya sejak tadi langsung menepis tangan Claudia yang juga belum terlepas padahal dia sudah pun mengibaskan lengannya tanpa berucap. Sungguh Joandra tidak ada respek sedikit pun lagi terhadap Claudia, dan bisa dipastikan semua perhatiannya hanya diperuntukkan kepada Jessica yang tangannya sudah digenggamnya sedemikian rupa.“Abang ... jangan marah seperti ini. Kita baru saja tiba,” Jessica be
Jessica hanya mengangguk pelan sambil terus mengulum senyumnya, dan lalu langsung berjalan ke arah sebelahnya lagi, bergabung dengan Madam Donna dan juga yang lainnya.Sebenarnya mereka duduk pada satu lingkaran memanjang yang sama, hanya saja pria dan wanita memang duduk di tempat yang berbeda dan itu hanya saling berhadapan saja.Acara peringatan hari meninggalnya sang Nenek di mulai tepat pukul 7 malam. Kakek Raharja membuka acara dan lalu semuanya terlihat membacakan dan melantunkan kumpulan-kumpulan Do’a dengan begitu khusyuk, kecuali Gibran dan juga Claudia yang memang sudah merencanakan sesuatu.Hampir 40 menit sudah berlalu, dan pembacaan do’a sudah pula berakhir. Saat ini mereka semuanya langsung dijamukan dengan makanan yang memang sudah disiapkan sejak awal oleh menantu-menantu Kakek Raharja, kecuali Madam Donna yang memang merupakan putri satu-satunya dari Kakek Raharja.Begitu Joandra mengitari pandangannya dan melihat ke arah di
“Halah! Kalau uang hasil gajimu berapa sih?! Huh payah! Dasar bodoh dan tidak bisa diandalkan!”Claudia mengoceh sambil berlalu dari sana. Namun, baru bergerak beberapa langkah saja dia langsung kembali berbalik. Dan Claudia melototkan matanya ketika melihat Gibran masih terpaku menatap adiknya dengan tatapannya yang terlihat begitu berbeda.“Gibran?! Kamu lagi ngapain?!”“Hah?! Ini aku juga sudah ingin pergi kok,” kilah Gibran segera berbalik dan ikut dengan Claudia melangkah masuk ke ruang aula tempatnya acara berlangsung.Jessica menghela napasnya kuat-kuat untuk melepaskan rasa sesaknya. Wanita itu benar-benar tidak habis pikir kenapa kakaknya mengatakan saat ini kondisi keuangan mereka juga sedang tidak baik-baik saja. Padahal, sebelum-sebelumnya keuntungan dari hasil penjualan walet sudah menghasilkan ratusan juta rupiah dalam 1 bulan. Kenapa saat krisis moneter baru melanda saja keluarga besarnya itu semuanya langsung sibuk dan heboh mengatakan mereka semuanya sedang dalam masa
Baru kali ini Kakek Raharja yang sudah tua itu merasakan arti sebuah ketulusan. Sebuah ketulusan sederhana yang mampu menghangatkan hatinya yang selama ini begitu dingin.Selama ini dia juga terlalu dibutakan oleh status sosial seseorang. Tingkat kehidupan dan pendidikan yang diperoleh semua cucu-cucunya membuatnya merasa malu memiliki seorang cucu pungut yang tidak melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Dan nilai minus itu sekarang sudah berubah menjadi nilai plus akibat sesuatu yang tidak dimiliki oleh cucu-cucunya yang lain, bahkan ketika semua cucunya itu sudah mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari pada Jessica.Sabar, ikhlas, dan tulus. Semua itu tidak terdapat pada diri cucu-cucunya yang lainnya, termasuk anak dan menantunya semuanya. Dan kelebihan itu ternyata hanya pada seorang generasinya saja. yaitu Jessica Pitaloka.Sopan santun hanya dimiliki oleh cucunya yang selama ini terkucilkan. Bahkan etika, jiwa kepedulian penuh kasih sayang dan kelembutan, juga hanya ada