Setelah diperintahkan oleh Joandra, akhirnya Ricko dan Leonal langsung pulang dari rumah sakit terbesar itu.
Sebelumnya, Dokter pun sudah kembali dipanggil oleh Ricko untuk mengecek tuan presdirnya yang barusan sudah sadar dari tidur panjang atau pingsannya itu, bahkan sang dokter juga sudah melepaskan jarum infus darin tangan Jessica karena cairannya yang sudah hampir habis tapi wanita itu sudah tidak ingin di infus kembali.
Setelah mengetahui jika tuan presdir mereka memang dalam keadaan yang sudah normal dan baik-baik saja, akhirnya kedua pengikut setia itu langsung pulang ke kediaman mereka berdua masing-masing.
“Apa benar ini tidak sakit?”
Setelah ruangan itu hening karena tidak ada percakapan lagi setelah Ricko dan Leonal pergi, Jessica yang tangannya sejak tadi terus digenggam oleh Joandra memberanikan dirinya untuk bertanya.
“Hmm. Tidak sakit sama sekali,” jawab Joandra sambil mengembangkan kedua ujung bibirnya membe
“Hmm.”Jessica sedikit tersentak. Jawaban itu memang terdengar pelan dan singkat. Namun ternyata jawaban dari Joandra barusan langsung merobohkan dinding hati yang awalnya sudah tertata begitu rapi dan asri. Hati kecil itu langsung merasa perih dengan remasan yang barusan terjadi, membuatnya langsung menyadarkan diri. Ada batas di antara mereka, dan batasan itu memang tidak boleh dilanggarnya.Ya, meski sangat sakit dan pedih, tapi saat ini Jessica mengetahui posisinya yang sebenarnya. Jelas ini akan lebih baik, dari pada dia terus salah paham dan terlambat menata perasaan.“Baguslah kalau begitu. Apa kita meneleponnya dan memberitahukan kabar Abang yang sekarang agar dia bisa segera datang menemani Abang?”Dalam seketika Jessica langsung bangkit dan menepis tangan Joandra dari atas kepalanya. Wanita itu berusaha terlihat biasa-biasa saja membungkus rasa sakit dan luka itu dengan senyuman terbaiknya.Joandra yang mendengar i
Jessica yang barusan selesai membersihkan dirinya keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya.“Eh, Abang sudah bangun?”Melihat Joandra sudah duduk di atas kasurnya, Jessica sedikit terkejut karena saat dia masuk ke dalam kamar mandi tadi pria itu masih tertidur dengan begitu pulasnya.“Iya. Ponselmu dari tadi berbunyi terus. Memangnya siapa yang meneleponmu sepagi ini? Apa itu temanmu, si Erick.”Joandra yang memang terbangun karena mendengar bunyi deringan ponsel Jessica tadinya langsung menebak begitu saja.“Oh ya?”Jessica yang heran segera berjalan ke sisi ranjangnya dan mengambil ponselnya dari atas nakas. Begitu melihat siapa yang memanggilnya, Jessica terdiam sejenak.‘Jangan-jangan Ibu mau minta aku kirimkan uang lagi seperti waktu itu. Selain masalah itu, mana pernah Ibu menghubungiku. Bahkan Ibu pasti tidak perduli jika aku menceritakan kejadian semalam yang sudah menimpa
Joandra terus mengajak gadisnya itu berbicara sambil dia buang air kecil dan itu sungguh membuat Jessica merasakan merinding dengan tubuh yang merasakan panas dingin dalam seketika. Sungguh seumur hidupnya dia belum pernah menemani seorang pria melakukan buang air kecil seperti sekarang ini. Namun, kejadian ini kembali mengingatkannya saat dia sedang sakit dan Joandra juga melakukan hal yang sama tanpa merasa keberatan atau jijik sekali pun.“Maafin Jessica kalau Jessica salah.”Akhirnya hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya, karena Jessica kembali merasa serba salah dengan segalanya.“Nggak ada yang salah. Cuma Jessica terlalu cepat berubah arah saja.”“Jessica nggak merasa.”“Baiklah. Memangnya Jessica sudah bersih, kok keramas?”Jessica kembali terdiam ketika mendengarkan pertanyaan itu. Entah kenapa mereka berdua selalu berbincang masalah pribadi hingga hal-hal yang sangat tidak umum untuk dibicarakan oleh 2 orang yang bukanlah pasangan suami istri.Kalaupun lumrah yang na
Meski jawaban itu disertai dengan senyuman ringan, tapi Joandra melihat sekelebat kekecewaan di sana. Dan Joandra tidak berdaya. Keselamatan gadisnya itu lebih penting dari segala apa pun, dan dia ingin mencari sampai ke akar-akarnya siapa pun yang sudah terlibat dalam kasus yang tidak bermoral itu semalam.“Bukan tidak bisa. Tapi tangan Abang masih merasa sakit. Jessica nggak marah, kan?”“Nggak kok, ngapain marah. Lagian ... Abang juga tidak ada kaitannya lagi dengan keluarga Jessica. Kan katanya Abang sudah berpisah dengan kak Claudia?”“Artinya Jessica marah.”“Nggak.”“Bener?”“Hmm.”Mendengar jawaban dengan mata yang tidak lagi melihat ke arahnya, kembali membuat Joandra menghela napasnya.Joandra mengetik sesuatu pada ponselnya dan kemudian mulai berdiri dari duduknya. Joandra langsung berjalan ke arah ranjangnya dan menumpukkan ponselnya dengan pons
Joandra tersenyum mendengar itu. Dan lalu dia langsung memegang pundak Jessica dengan sebelah tangan kanannya.Sebenarnya hatinya merasa sangat berat membiarkan gadisnya itu pulang sendirian. Tapi, Joandra ingin melihat dan mencari bukti lewat gadisnya itu. Jika saja dia ikut pulang ke sana, tentu saja itu akan menyulitkannya.Joandra lalu membawa tubuh yang sangat wangi itu ke dalam dekapannya.“Abang kenapa? Nanti tangan Abang bisa sakit,” ujar Jessica tak berani bergerak sama sekali agar dia tidak menyakiti lengan Joandra yang masih terbungkus perban itu.“Jessica tidak boleh menginap di sana, Oke? Ricko akan menunggumu dan akan pulang ke sini lagi bersamamu.”Kening Jessica mengkerut ketika mendengarkan itu. Tapi dia juga tidak berani membantah sama sekali, hanya saja wanita itu terlihat sedikit ragu.“Kalau Ayah memintaku untuk menginap di rumah?”“Katakan kamu harus bekerja di sini. Mesk
Melihat itu membuat tuan Andi hanya bisa terdiam. Kebiasaan yang kembali dilihatnya lagi setelah hampir 2 bulan ini dia tidak pulang. Dan dengan nyata mata tuan Tuan Andi masih melihat sinar ketidak berdayaan dari manik mata sendu putri kecilnya.“Jessica benar-benar tidak mengerti apa yang kak Claudia dan bang Benny katakan,” gumam Jessica pelan tidak ingin membuat suasana yang mulai memanas itu akan langsung menimbulkan api yang pastinya akan membesar dan membakar mereka semuanya. Terutama membakar perasaan ayahnya.“Sok polos!” tukas Claudia cepat.“Sudahlah. Nanti kita bicarakan lagi. Sekarang kita makan dulu. Ayah sudah sangat lapar.”Tuan Tuan Andi segera menengahi dan tangannya langsung menyendokkan nasi.“Sini, biar Jessica saja Ayah.”Jessica segera berdiri dan mengambil alih centong nasi yang baru saja dipegang oleh ayahnya.Madam Donna mengedipkan sebelah matanya ke arah putri
“Bagus sekali Ayah. Jessica menyukainya. Ini sangat indah, dan ini adalah cincin Jessica yang pertama kalinya dari pria yang Jessica cintai. Dan pria itu adalah Ayah.”Jessica berkata sambil menghambur dan memeluk ayahnya yang ada di sampingnya. Terlihat begitu bahagia dengan cincin pertama yang dimilikinya, karena selama ini dia belum pernah memiliki cincin sama sekali.Ada sebuah hati nun jauh di sana yang sedang merasa seolah terlangkah. Entah mengapa pula sekian lama sudah hidup bersama, Joandra tidak pernah berpikir untuk memberikan cincin pada gadis kecilnya itu. Sehingga ketika sejak tadi begitu fokus mendengarkan segalanya di seberang sana, hati Joandra merasa seolah terguris sendiri. Tapi, masih untung yang memberikan hadiah cincin itu adalah ayah mertuanya, dan itu bukan pria lainnya.“Sini aku lihat?!”Tiba-tiba Claudia segera bangkit dari duduknya dan segera berjalan ke arah Jessica, yang barusan sudah melepaskan
Entah mendapatkan kekuatan dari mana, yang jelas saat ini Jessica begitu berani mengeluarkan apa yang selama ini diam-diam selalu menjadi perhatiannya dan pertanyaan besarnya. Wanita kecil yang masih berusia cukup muda itu bukanlah anak kecil lagi. Pikiran dewasanya membuatnya selalu bertanya-tanya dengan kondisi yang saat itu selalu terlihat mengganjal di matanya, terlebih setelah Joandra dinyatakan jatuh bankrut. Bagaimana mungkin seorang istri selalu memerintah suaminya? Begitu tega melihat suaminya tidur digudang walet, dan selalu saja bersikap tak acuh ketika orang sekelilingnya menindas dan bahkan menghina Joandra dengan begitu telak.Semua pemandangan itu tak pernah luput dari mata Jessica. Meski hanya diam, pertanyaan itu selalu tersimpan begitu rapat di dalam sana. Dan hari ini, ketika dia melihat gelagat dan perkataan kakaknya yang terus saja ingin memojokkan dirinya serta mantan abang iparnya itu, rasanya dia tidak sanggup lagi untuk menyimpan aib yang dilihatnya i