Home / Rumah Tangga / Pesona Mantan Istri / Bab 35. Yusuf Melamar Lidia ( lagi )

Share

Bab 35. Yusuf Melamar Lidia ( lagi )

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2024-02-16 00:21:31

"Nak Yusuf, ayo pulang!"

Tante Anne tiba-tiba menghampiriku. Tapi kenapa wanita ini sendirian? Kemana Lidia dan kedua anaknya itu?

"Nggak nunggu yang lain dulu, Tante?" tanyaku seraya melihat sekeliling Tante Anne, namun beliau benar-benar hanya sendiri.

"Mereka sudah pulang. Tadi Lidia nggak enak badan. Pulang duluan pakai taksi."

Apaaa? Lidiaku sakit? Kenapa Tante Anne nggak bilang sama aku? Malah menyuruhnya pulang sendirian naik taksi? Aku jadi makin khawatir.

"Ayo pulang! Nunggu apalagi?" Wanita setengah tua di hadapanku itu langsung masuk ke dalam mobil, tanpa aku bukakan pintu terlebih dahulu untuknya.

Pikiranku semakin tak tenang. Bagaimana keadaan Lidia saat ini? Rasanya aku ingin berlari menyusulnya dan menjaganya selalu. Dulu saat dia sakit aku malah menyia-nyiakannya.

Lidia, tunggu aku akan kembali melamarmu. Aku tak akan pernah lagi menyia-nyiakanmu lagi. Aku akan menjagamu , merawatmu seumur hidupku.

Aku harus memanfaatkan kesempatan ini.

Lidia tidak akan mung
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
carsun18106
andre dan yusuf silakan mimpi aja kalian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Mantan Istri   Bab 36. Ancaman Andre

    Lidia Apaa? Mas Yusuf melamarku lagi? Sungguh nekad sekali laki-laki ini. Tepatnya, tidak tahu malu. "Apa kamu bilang? Dasar laki-laki nggak tau malu!" teriak Bapak. Tuh kan! "Sudah kere begini ingin ngelamar anakku? Mau kamu kasih makan apa nanti anakku? Utangmu saja menumpuk di mana-mana," ketus Ibu. Mas Yusuf menoleh padaku. Tatapannya penuh harap. Sebenarnya aku kasian padanya. Tapi aku tak mungkin menerima lamarannya. Bukan karena sekarang Mas Yusuf sudah tidak punya apa-apa lagi. Tapi, memang sudah tidak ada cinta lagi di hati ini untuknya. "Lidia ..., Apa kamu bersedia menerima lamaranku?" Ya Tuhan. Mas Yusuf begitu memelas. Apa yang harus aku katakan untuk menolaknya. Kenapa aku jadi lemah seperti ini? "Lidia, Mas berjanji akan menjagamu dan mencintaimu selamanya." Mas Yusuf terus mencoba merayuku. "Hei! Apa kamu lupa ketika mengembalikan Lidia ke rumah ini? Kamu bilang bahwa anakku nggak becus jadi istri? Kamu kembalikan dia karena sakit," teriak ibu. Sontak wajah M

    Last Updated : 2024-02-18
  • Pesona Mantan Istri   Bab 37. Kejutan dari Fahri

    Lidia Aku terduduk di kursi taman villa yang tidak terlalu ramai. Namun jelas terlihat beberapa orang yang menyaksikan sikap Andre yang menjadi pusat perhatian. Sepertinya aku harus siap-siap mengadakan jumpa fans lagi. Jika video yang tadi viral, setidaknya aku bisa menjelaskan pada media juga produserku. Sepeninggal Andre, aku segera menghampiri Brian yang sejak tadi nampak sibuk mondar mandir di sekitar lokasi taman. "Bri, Andre mengancamku. Sepertinya kejadian tadi akan viral dan akan menjatuhkan karierku." "Tenang aja. Team kita sudah menanganinya. Aku sudah memantau gelagat Andre sejak tadi. Aku pastikan video tadi tidak akan tersebar." Penjelasan Brian membuatku lebih tenang. Asistenku ini memang bisa diandalkan. "Tapi ... Ada video yang viral tentangmu sejak beberapa jam yang lalu. Kamu harus lihat ini!" Brian membuka ponselnya. Apaa? Video viral tentangku? Ya Tuhan. Semoga saja bukan yang aneh-aneh. Aku beranjak menuju kursi rias yang terletak di bawah tenda, tak jauh

    Last Updated : 2024-02-18
  • Pesona Mantan Istri   Bab 38. Siapakah yang Tertembak?

    Bab 38. Siapa yang Tertembak?Aku mengikuti Kak Fahri masuk ke dalam rumah besar dengan desain sederhana itu. Aku membelalak ketika melihat siapa saja yang ada di ruangan keluarga yang begitu luas. Mengapa mereka semua ada disini? "Lidia, sini Sayang!" Mama Anne menghampiri lalu mencium kedua pipiku. Wanita ini selalu bersikap seperti ini. Melebihi ibuku sendiri. Ibu dan Bapak nampak sudah duduk di sofa empuk yang panjang berposisi menyerupai huruf L yang berada di sebelah kanan ruangan ini. "Ini rumah Mama juga?" "Bukan, ini rumah peninggalan almarhum neneknya Fahri." Aku mengangguk-angguk melihat sekeliling ruangan dengan banyak hiasan dinding bertuliskan kaligrafi. Rumah ini terasa sangat damai, padahal tidak semewah rumahku apalagi rumah Mama Anne. Aku menghampiri Bapak dan Ibu lalu mencium tangan mereka. Kemudian ikut duduk disamping Ibu. Aku tersentak seseorang mengamatiku dari ujung ruangan. Andre menatap nyalang padaku. Laki-laki itu duduk di sebuah kursi santai. Wal

    Last Updated : 2024-02-18
  • Pesona Mantan Istri   Bab 39. Berita Duka

    Aku mendengar suara keributan di dalam rumah besar itu. "Mang Karta, itu seperti ada ribut-ribut dalam rumah." Tukang kebun Mas Fahri itu terdiam sejenak. Seolah-olah berusaha mencari suara keributan yang kumaksud. Sejak sore tadi aku memilih untuk berada di kebun ini bersama Mang Karta. Pria berumur sekitar lima puluhan itu banyak sekali bercerita dan memberi wejangan padaku. Ternyata di usiaku yang sudah tak muda ini, masih sedikit sekali kebaikan yang aku lakukan. Ya Allah, masih adakah kesempatanku untuk berbuat baik pada orang lain? "Mas Yusuf, seperti ada orang yang berteriak-teriak. Apa sebaiknya kita ke dalam saja?" ajak laki-laki setengah tua itu dengan wajah panik. "Ayo, Mang!" Spontan aku berlari ketika mendengar suara teriakan seorang wanita dari dalam. Mang Karta mengikutiku. Kami masuk dari pintu belakang. "Diam semua!" Jangan ada yang bergerak! Astaga!! Andre menodongkan pistolnya ke arah Lidia. Ya Allah. Lindungilah Lidia. Wanita itu tampak sangat pucat. Tubu

    Last Updated : 2024-02-18
  • Pesona Mantan Istri   Bab 40. Penyatuan Cinta

    Lidia Suasana pemakaman sudah sepi. Aku masih menemani Kak Fahri yang berjongkok di depan gundukan tanah merah. Laki-laki itu nampak terdiam setelah selesai membacakan doa-doa untuk almarhum mantan suamiku. "Mas Yusuf, begitu besar cintamu pada Lidia. Hingga kau mengorbankan nyawamu sendiri. Aku berjanji akan menjaga Lidia semampuku. Akan mencintainya seumur hidupku." Dadaku berdebar mendengar ucapan demi ucapan dari Kak Fahri. Sejak kemarin dia mengatakan hal itu. Tapi tidak langsung padaku. Dasar cowok gengsian. Laki-laki itu tetap tertunduk menatap kayu bertuliskan nama Mas Yusuf. "Kak, yuk pulang! Kita ditunggu Mama di mobil." Dengan hati-hati aku mengajak laki-laki berbaju koko putih itu untuk pulang. Tanpa menjawab Kak Fahri berdiri dan langsung melangkah pergi. Mulai deh. Aku ditinggal-tinggal. Dengan malas aku mengikuti langkah lebarnya. "Kaaak ...!! Tungguin kek !!" teriakku yang tertinggal cukup jauh. Dia berhenti. Namun tak menoleh padaku. Malah sibuk buka-buka po

    Last Updated : 2024-02-18
  • Pesona Mantan Istri   Bab 41. Cemburu

    Lidia "Assalamualaikum istriku yang cantk." Dadaku berdebar saat mendapatkan tatapan yang begitu lekat dari Kak Fahri. "Waalaikumsalam. Apaan sih, Kak? Kok liatinnya gitu?" Aku yang baru saja selesai berpakaian, sontak membuang pandangan ke arah jendela kamar. "Ssst, jangan membuang muka kalau lagi dipandang suami." Kak Fahri mendekat dan meraih daguku. Saat ini kedua netra kami bertemu. Kami saling menatap dalam diam. Seakan tak ingin berpaling, bagai magnit tatapan kami terkunci satu sama lain. Entah siapa yang memulai untuk saling mendekat, tiba-tiba saja tubuh kami sudah tak lagi berjarak. Napas suamiku memburu. Wajah tampannya begitu menghipnotis jiwaku. Aroma maskulinnya seakan melumpuhkan seluruh syaraf ditubuhku. Kak Fahri memajukan wajahnya hingga wajah kami nyaris menempel. Kupejamkan mata karena tak sanggup menahan malu membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Ehm ..., nggak jadi. Aku tunggu di luar. Jangan lama-lama!" Aku tersentak mendengar suara bisikan K

    Last Updated : 2024-02-19
  • Pesona Mantan Istri   Bab 42. Wanita yang Datang Membawa Balita

    Lidia "Cukup, Andre! Lidia, ayo pulang. Kita kembali ke pesantren!" Kak Fahri menghentikan makannya, kemudian bangkit dari kursi dan menghampiriku. "Kak ..., kita kan mau menginap," ucapku hati-hati. Aku tau saat ini Kak Fahri sedang dilanda api cemburu. Wajahnya merah padam. "Fahrii ... , tolong jangan pulang, Sayang. Mama masih kangen sama kalian!" Mama tampak sedih dan terus memohon. Sementara Andre tampak salah tingkah. Sepertinya dia tak sengaja membuat Kak Fahri cemburu. "Aku minta maaf ....! Aku nggak bermaksud membuatmu marah. Tolong jangan pulang. Biar aku saja yang pindah ke kamar kost." Andre beranjak dari kursinya dan melangkah pergi melewati pintu belakang. Sepertinya Andre memang benar-benar ke rumah kost yang di belakang rumah Mama Anne. Tempat Mas Yusuf dulu pernah tinggal di sana. Tak satupun dari kami mencegah kepergian Andre. Mama juga membiarkan Andre .pergi. Mungkin sejak dulu mereka memang tidak cocok. Wajah Kak Fahri terlihat mulai tenang. Suamiku itu kem

    Last Updated : 2024-02-20
  • Pesona Mantan Istri   Bab 43. Istri Kedua

    Aku membalikkan tubuhku. Anak balita itu turun dari pangkuan Naila dan berjalan menghampiri Kak Fahri. "Ayah ... Ayah ...!" "Assalamualaikum Ibra, kamu sudah semakin besar sekarang." Kak Fahri berjongkok mengimbangi tubuh mungil itu. Suamiku memberikan tangannya untuk dicium oleh anak yang dia panggil Ibra. "Apaa? A-ayah?" Spontan aku memandang Kak Fahri dengan tatapan penuh tanda tanya. "Nah, Ibra. Kenalkan ini Ibu. Panggilnya Ibu Lidia, Ya!" Kak Fahri meraih tanganku agar mendekat pada Ibra. Namun Ibra hanya memandangku dengan wajah bingung. Perlahan anak itu justru menjauh dariku. "Ibuuuu ....!" teriak Ibra menghampiri Naila. Kak Fahri nampak gelagapan. "Istirahatlah Naila. Saya dan Lidia masuk dulu." "Iy-iya, ustad. Saya permisi ke asrama putri dulu." Kak Fahri kembali meraih jemariku dan membawaku masuk ke dalam rumah. "Bikinin aku makanan, dong! Aku kangen masakan kamu. Laper, nih!" Sebenarnya aku masih sangat penasaran kenapa anaknya Naila memanggil Kak Fahri den

    Last Updated : 2024-02-21

Latest chapter

  • Pesona Mantan Istri   Bab 50. Gagal Liburan

    Kami sedang menuju kampung halaman Naila. Walau kak Fahri keberatan, Mama tetap bersikeras mau ikut mendampingi kami. Akhirnya Kak Fahri menyerah. Justru aku sangat senang jika mama ikut. Mama bisa menjadi penengah diantara kami. Suasana di dalam mobil agak canggung. Kak Fahri menyetir mobil ditemani Bondan yang duduk disampingnya.Naila dan aku duduk di kursi tengah. Sementara Mama memilih pergi dengan mobilnya sendiri dengan seorang supir yang menyetir mobilnya. Mobil kami beriring-iringan hingga sampai ke kampung halaman Naila yang masih terletak di daerah jawa barat. Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana namun cukup luas dan bersih. Menurut Naila dia sudah menceritakan semuanya pada bapak dan ibunya semalam lewat telpon. Jadi sepertinya mereka sudah siap-siap menyambut kedatangan kami. Naila menghambur ke pelukan seorang laki-laki tua sambil menangis tergugu. "M-maafkan Nai, Pak! Nai sudah banyak bohong sama Bapak." "M-maafkan Nai, Bu!" Seorang wanita setengah ba

  • Pesona Mantan Istri   Bab 49. Cerai

    Kak Fahri bilang malam ini dia akan menyelesaikan masalah Naila. Suamiku itu telah meminta Naila untuk datang selepas isya. "Lidia, Aku butuh dukunganmu. Malam ini aku akan menceraikan Naila. Lalu, tolong biarkan dia tinggal di asrama putri hingga masa iddahnya habis." Entah kenapa dadaku selalu bergemuruh setiap Kak Fahri membicarakan Naila. Rasanya sangat sakit jika mengingat mereka pernah terikat dalam ikatan pernikahan. Walaupun Kak Fahri bilang akan menceraikan wanita itu, tapi hati ini terasa panas dan membara saat mendengar namanya. "Lidiaa ..." Kak Fahri membelai lenganku lembut, karena aku hanya bergeming. Kemudiam suamiku itu menggenggam erat jemariku. "Lidia Sayang, di hati ini hanya ada kamu seorang. Tak pernah berubah sejak dulu." "Halaah, gombal!" ketusku spontan. Kak Fahri terkejut dengan sikapku. Suamiku itu kemudian menjatuhkan bobotnya di sofa ruang tamu ini. Entah kenapa aku kini merasa risih setiap menerima sikap mesra dari kak Fahri. Apakah aku terlalu ke

  • Pesona Mantan Istri   Bab 48. Kekasih Naila

    POV FAHRI "Assalamualaikum, Ustad. Ada seorang pria yang hendak bertemu dengan Ustad." Seorang santri masuk ke ruanganku. "Siapa?" "Dia bilang namanya Bondan, Ustad." Sontak aku berdiri. "Cepat suruh orang itu masuk!" pintaku tak sabar. Tak lama santri itu keluar dan menyuruh pria yang bernama Bondan itu masuk. "Assalamualaikum, Ustad Fahri!" Seorang pria tinggi dengan tubuh kekar, memakai kaos kerah bergaris, celana jeans dan peci di kepalanya. Jika diliat dari penampilannya yang bersih dan rapi, sama sekal tidak menampakkan dirinya seorang preman. "Waalaikumsalam! Silakan duduk ...!" "Terima kasih, Ustad." "Apa benar kamu yang bernama Bondan?" Pria itu mengangguk sopan. "S-saya Bondan. Saya pernah dekat dengan Naila." Aku menatap tajam pada pria di hadapanku ini. Bagaimanapun juga aku harus tetap waspada. Namun wajahnya sekilas ada kemiripan dengan Ibrahim, Anak Naila. Semoga saja ada titiik terang. "Kenapa kamu dulu putus dengan Naila?" pancingku. "Saya nggak pernah

  • Pesona Mantan Istri   Bab 47. Bertemu Naila

    Sebenarnya datang bulanku sudah telat satu minggu. Namun aku belum berani berharap apapun. Apalagi dengan masalah yang aku hadapi saat ini membuatku merasa lebih tegang dan banyak pikiran. Rasanya begitu lelah. Pagi ini seperti biasa Kak Fahri sudah berangkat ke pesantren. Mama masih menginap di sini. Hanya Mama yang membuatku kuat saat ini. Beliau begitu menguatkan diriku. Persis ketika aku terpuruk saat sakit dan diceraikan oleh Mas Yusuf dulu. Mama Anne juga yang memberiku semangat agar bisa sehat kembali. Menurut Jeng Putri saat itu, yang bisa menyembuhkan tubuh kita adalah diri kita sendiri. Sejak tadi aku tak melihat Mama Anne keluar kamar. Setelah sarapan tadi, Mama masuk lagi ke kamar. Namun sepertinya Mama sedang menghubungi seseorang. Sejak tadi tak henti-hentinya Mama berbicara dengan seseorang lewat ponselnya. Akan tetapi tak begitu jelas apa yang sedang Mama bicarakan. Ya Allah, kenapa perutku sakit sekali? Aku bergegas ke kamar mandi. Kekecewaan kembali kurasakan s

  • Pesona Mantan Istri   Bab 46. Terjebak

    POV FAHRI Assalamualaikum ..." Aku tersentak dari lamunan saat mendengar seseorang datang mengucapkan salam. "Naila..?" "Ustad ...!" Tiba-tiba saja Naila menghampiriku dan meraih tanganku, lalu menciumnya. Aku yang masih terkejut tak sempat mengelak. "Hei! Lepaskan tangan anakku!" Ternyata Mama dan Lidia telah berada di belakangku. Ya Allah, Lidia tampak sangat sedih dan terpukul. Wajahnya pucat dan sembab. "Kamu Naila, kan? Apa kamu lupa peraturan yang ada di pesantren ini?" Mama memandang sinis pada Naila. "Iy-iyaa, Bu. Tapi ..., Ustad Fahri adalah ...""Kenapa dengan anak saya? Apa yang hendak kamu katakan?" Mama menatapku tajam seolah menyimpan kecurigaan. Apa yang hendak dikatakan Naila? Apa dia akan membongkar semuanya di depan Mama? "Ustad Fahri adalah ... suami saya." Ya Allah, Naila ... "Apaaa?" Mama terpekik mendengar ucapan Naila barusan, hingga membuatku menghempas napas kasar. Tidak seharusnya dia mengatakannya sekarang. "Fahri! jelaskan pada mama sekarang

  • Pesona Mantan Istri   Bab 45. Aib Lima Tahun Yang Lalu

    Pov Fahri Mama dan Lidia masuk ke dalam kamar. Tinggal aku sendiri berada di ruang tamu ini. Masalah Naila sungguh membuatku pusing. Seharusnya sejak anaknya itu lahir, aku segera menceraikannya. Namun aku juga nggak tega mendengar bapaknya yang sedang sakit-sakitan. Orang tuanya pasti sangat terpukul jika tahu keadaan anaknya yang sebenarnya. Tiba-tiba saja kejadian lima tahun yang lalu kembali terlintas di benakku. Saat itu Nenek masih hidup. Aku sudah mulai membantu nenek mengajar para santri di pesantren. Naila adalah salah satu alumni yang juga mengajar di pesantren ini. Kami memang sering bertemu di acara-acara khusus dan rapat pengurus pesantren. Walau aku bukan lulusan pesantren, tapi Nenek bersikeras agar aku mau mengajar dan menggantikan beliau kelak. Mama menyekolahkan aku di bidang bisnis dengan harapan bisa ikut mengelola perusahaan Mama di jakarta dan di luar negeri. Namun setelah lulus S2, aku lebih memilih tinggal dan membantu Nenek di bogor. Bagaimanapun juga, Nen

  • Pesona Mantan Istri   Bab. 44. Firasat Mama Anne

    Aku marapatkan telingaku ke pintu. Tubuhku bergetar hebat saat mengetahui suara siapa saja yang berada di dalam. Dadaku bergemuruh dan sesak. Seakan ada batu besar yang menghimpit. Benarkah apa yang aku dengar ini? Atau hanya mimpi? Atau mungkin saja saat ini mereka berdua sedang prank aku. Sepertinya firasatku sejak kemarin memang tidak salah. Ada sesuatu yang terjadi diantara mereka. "Tidak semudah itu, Naila. Aku tak mau menyakiti perasaan Lidia. Dia sedang program hamil. Aku tak mau dia berpikir yang berat-berat." Kak Fahri ternyata masih memikirkan perasaanku, makamya dia tak mau terus terang. Lalu siapa Ayah dari anak yang kemarin dibawa Naila? Apakah ... "Tapi Upstad, Ibra sebentar lagi akan sekolah. Dia butuh akte dan nama seorang Ayah. Apa kata orang tuaku jika mengetahui bahwa kita hanya menikah siri?" "Apaaaa? Kalian menikah siri?" jeritku bergetar. Tak tahan akhirnya aku memberanikan diri masuk ke dalam ruangan yang cukup besar itu. Kak Fahri dan Naila sedang duduk

  • Pesona Mantan Istri   Bab 43. Istri Kedua

    Aku membalikkan tubuhku. Anak balita itu turun dari pangkuan Naila dan berjalan menghampiri Kak Fahri. "Ayah ... Ayah ...!" "Assalamualaikum Ibra, kamu sudah semakin besar sekarang." Kak Fahri berjongkok mengimbangi tubuh mungil itu. Suamiku memberikan tangannya untuk dicium oleh anak yang dia panggil Ibra. "Apaa? A-ayah?" Spontan aku memandang Kak Fahri dengan tatapan penuh tanda tanya. "Nah, Ibra. Kenalkan ini Ibu. Panggilnya Ibu Lidia, Ya!" Kak Fahri meraih tanganku agar mendekat pada Ibra. Namun Ibra hanya memandangku dengan wajah bingung. Perlahan anak itu justru menjauh dariku. "Ibuuuu ....!" teriak Ibra menghampiri Naila. Kak Fahri nampak gelagapan. "Istirahatlah Naila. Saya dan Lidia masuk dulu." "Iy-iya, ustad. Saya permisi ke asrama putri dulu." Kak Fahri kembali meraih jemariku dan membawaku masuk ke dalam rumah. "Bikinin aku makanan, dong! Aku kangen masakan kamu. Laper, nih!" Sebenarnya aku masih sangat penasaran kenapa anaknya Naila memanggil Kak Fahri den

  • Pesona Mantan Istri   Bab 42. Wanita yang Datang Membawa Balita

    Lidia "Cukup, Andre! Lidia, ayo pulang. Kita kembali ke pesantren!" Kak Fahri menghentikan makannya, kemudian bangkit dari kursi dan menghampiriku. "Kak ..., kita kan mau menginap," ucapku hati-hati. Aku tau saat ini Kak Fahri sedang dilanda api cemburu. Wajahnya merah padam. "Fahrii ... , tolong jangan pulang, Sayang. Mama masih kangen sama kalian!" Mama tampak sedih dan terus memohon. Sementara Andre tampak salah tingkah. Sepertinya dia tak sengaja membuat Kak Fahri cemburu. "Aku minta maaf ....! Aku nggak bermaksud membuatmu marah. Tolong jangan pulang. Biar aku saja yang pindah ke kamar kost." Andre beranjak dari kursinya dan melangkah pergi melewati pintu belakang. Sepertinya Andre memang benar-benar ke rumah kost yang di belakang rumah Mama Anne. Tempat Mas Yusuf dulu pernah tinggal di sana. Tak satupun dari kami mencegah kepergian Andre. Mama juga membiarkan Andre .pergi. Mungkin sejak dulu mereka memang tidak cocok. Wajah Kak Fahri terlihat mulai tenang. Suamiku itu kem

DMCA.com Protection Status