Share

Bab 103

Penulis: Queen Mikayla
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-20 22:33:37

Malam itu, di salah satu kamar hotel berbintang, Raja duduk di sofa, matanya tak lepas memandang Aluna yang sedang berdiri di dekat jendela. Ia masih mencoba mencerna semua yang telah diceritakan Aluna sebelumnya. Keningnya berkerut, pikirannya penuh dengan kebingungan yang bercampur dengan rasa hangat saat berada di dekat wanita itu.

"Aluna," panggil Raja dengan nada pelan, tetapi tegas.

Aluna menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya meski ada gurat kesedihan di matanya. "Iya, Raja?"

Raja menghela napas panjang. "Aku... aku masih sulit menerima semua ini. Kamu bilang aku Kaisar, tunanganmu, tapi aku tidak ingat apa-apa. Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"

Aluna berjalan mendekatinya, lalu duduk di sofa di sebelahnya. "Aku juga tidak tahu kenapa kamu bisa kehilangan ingatanmu, Kaisar. Tapi aku yakin, kamu adalah orang yang sama. Aku bisa merasakannya."

Raja menatapnya dalam-dalam. "Tapi bagaimana jika aku tidak bisa mengingat apa pun? Bagaimana jika aku tetap menjadi orang yang tid
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 104

    Raja baru saja memasuki rumah, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana rumah begitu sunyi, namun begitu ia membuka pintu utama, langkahnya langsung terhenti melihat Ratu berdiri di tengah ruang tamu dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tegang, matanya memancarkan amarah yang tak terselubung.“Kamu dari mana saja, Raja?!” bentak Ratu begitu melihat suaminya masuk. Raja melepas jasnya dengan tenang, lalu menggantungnya di dekat pintu. “Aku ada urusan penting di luar. Kenapa harus teriak seperti itu?” balas Raja dengan nada datar, namun tatapannya dingin.“Urusan penting? Tengah malam?!” Ratu melangkah maju mendekatinya, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Kamu bahkan tidak menjawab teleponku! Aku sudah meneleponmu belasan kali, Raja! Kamu tahu aku khawatir?”Raja menatap istrinya dengan wajah tanpa ekspresi. “Khawatir? Atau lebih tepatnya, curiga?” Ratu tercekat, tapi dengan cepat ia mengelak. “Aku hanya peduli. Aku istrimu. Wajar kalau aku khawatir ketika suamiku ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 105

    Sementara itu, Betran sedang duduk di pojok ruang tahanan saat langkah Kania terdengar memasuki ruang kunjungan. Mata Betran langsung berkilat ketika melihat ibunya. Namun, begitu ia melihat wajah Kania yang pucat dan matanya yang bengkak karena menangis, rasa bersalah kembali menghantamnya.“Mom…” panggil Betran lemah, berdiri dari kursinya.Kania tak kuasa menahan air matanya. Ia bergegas menghampiri putranya dan memeluknya erat. “Betran… lihat kamu sekarang. Kurusan begini. Apa kamu makan dengan benar, nak? Kenapa kamu begini?” Kania menangis tersedu-sedu di bahu Betran.Betran hanya diam. Ia tahu, setiap kata yang ia ucapkan hanya akan menambah luka di hati ibunya. Perlahan ia melepas pelukan itu dan menatap Kania. “Mom, aku baik-baik saja. Jangan menangis seperti ini. Aku yang salah, ini semua salahku. Aku pantas menerima hukuman ini.”“Tidak, tidak, kamu tidak pantas seperti ini!” Kania menggeleng keras, wajahnya penuh dengan air mata. “Kamu hanya salah langkah, Betran! Kamu tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 106

    Pukul empat subuh, suasana di kamar terasa begitu sunyi hingga suara langkah kecil Ratu yang tergesa menuju kamar mandi terdengar jelas. Raja, yang biasanya tidur cukup lelap, langsung terbangun mendengar suara muntah dari dalam kamar mandi.“Ratu?” panggil Raja dengan nada penuh kekhawatiran. Ia bergegas menuju kamar mandi, membuka pintunya dan melihat istrinya yang terduduk lemas di lantai. Wajah Ratu pucat, keringat dingin membasahi dahinya.“Aku… mual,” gumam Ratu lemah, tangannya gemetar memegang wastafel untuk mencoba berdiri.Tanpa pikir panjang, Raja segera mengangkat tubuh Ratu dan membawanya kembali ke tempat tidur. “Tunggu di sini, aku akan panggil dokter,” kata Raja sambil meletakkan Ratu dengan hati-hati.“Tidak… tidak usah,” cegah Ratu, memegang lengan Raja dengan sisa tenaganya. “Aku tahu ini kenapa.”“Kamu tahu?” Raja mengernyit, bingung. “Maksudmu apa?”Ratu menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku… aku terlambat haid. Coba kamu ambil tes kehamil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 107

    Malam itu, Mansion Aluna diterangi lampu-lampu taman yang temaram, memberikan suasana hangat meski hati Aluna terasa kacau. Ia tengah duduk di ruang keluarga, memangku Baby Alva yang tertidur lelap di pelukannya. Pandangannya terus tertuju pada wajah mungil itu, meskipun pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, suara bel pintu mengalihkan perhatian Aluna. Seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu. “Nona, Tuan Raja datang.”Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan dirinya, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang sudah menunggu. “Bawa Alva ke kamar, dan pastikan dia nyaman,” ucapnya.Setelah memastikan Baby Alva aman, Aluna berjalan ke ruang tamu. Di sana, Raja sudah berdiri, mengenakan setelan kasual namun tetap memancarkan wibawa. Sorot matanya langsung tertuju pada Aluna, seolah tidak ada yang lain di ruangan itu.“Tuan Raja,” sapa Aluna pelan, mencoba menjaga formalitas meskipun hatinya bergemuruh.“Aluna,” balas Raja, suaranya terdengar lebih lembut da

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 108

    Pukul 00:30Sussana terasa sangat sunyi, dan hanya suara detak jam yang terdengar di kamar Aluna. Dia terbangun karena suara tangisan Baby Alva. Dengan cepat, Aluna bangkit dari tempat tidur dan mendekati ranjang bayi yang ada di sudut kamarnya.“Alva sayang, kenapa?” Aluna menyentuh kening bayi itu, lalu ia terkejut mendapati kening Alva terasa sangat panas. “Astaga, panas sekali…” gumamnya panik.Ia langsung mengambil termometer dari laci samping tempat tidur. Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan ujung termometer ke bawah ketiak Baby Alva yang masih menangis.“37,9°… Ini terlalu tinggi!” Suaranya mulai bergetar. Aluna segera mengambil ponselnya, menelepon babysitter yang tidur di kamar sebelah.“ Lina, tolong ke kamar saya sekarang juga! Alva demam tinggi,” katanya cepat.Tak sampai satu menit, babysitter yang bernama Lina muncul dengan wajah cemas. “Ya ampun, Nona. Panasnya tinggi sekali, ya? Kita harus membawanya ke rumah sakit.”“Saya setuju. Tolong siapkan tas bayi dan perl

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Kita Bercerai!

    "Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini lagi." Aluna yang tengah duduk di sofa, sontak mendongak—menatap suaminya tak percaya. "Apa maksudmu, Mas? Kamu bercanda, kan?" "Aku serius, Luna. Aku mencintai wanita lain. Aku ingin kita bercerai!" Kata-kata itu terucap begitu saja, menusuk jantung Aluna seperti belati. Rasanya seperti angin kencang menghantam wajahnya. Selama ini, dia berjuang untuk mempertahankan pernikahannya, berpura-pura tidak mendengar bisikan tentang hubungan gelap suaminya. Namun, mendengarnya langsung dari mulut Betran membuat semuanya menjadi lebih nyata, tentu saja ini lebih menyakitkan. "Siapa wanita itu, Mas?" tanya Aluna, menguatkan diri. "Tentu kamu mengenalnya. Dia adalah Veronica," suara dingin dan tajam ibu mertuanya, Kania, tiba-tiba menyahut dari balik pintu. "Veronica?" ulang Aluna terkesiap. Bagaimana bisa suaminya berhubungan dengan wanita yang selama ini sudah Aluna anggap sebagai sahabatnya? "Ya, Betran dan Vero sudah menjalin hubungan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Hamil?

    "Kenapa, Nona? Kenapa Nona malah terlihat sedih?" tanya Siti saat ia melihat majikannya melamun. "Tidak kenapa-napa," jawab Aluna, ia mencoba tersenyum menyembunyikan kebingungan yang kini tengah ia rasakan. "Sebaiknya Mbak Siti pulang lebih dulu saja, aku bisa pulang sendiri.""Oh baik, Nona. Kalau begitu, saya permisi," ujar Siti. Aluna mengangguk, segera Siti pun ke luar dari ruangan tersebut. Setelah beberapa saat merenung, dan merasakan kondisinya baik-baik saja. Aluna memutuskan untuk kembali ke rumah. Sebelumnya, Aluna sudah memesan taksi. Aluna akan memberitahu suaminya bahwa dia tengah hamil. Berharap, setelah Betran mengetahuinya ya mungkin saja Betran akan berubah pikiran dan mungkin suaminya akan menarik ucapannya tersebut. ia berusaha tersenyum, berusaha untuk tenang. Hingga tidak terasa sampai juga di halaman rumah. Setelah membayar ongkosnya, Aluna ke turun dari taksi.Saat ia melangkah, ia memersa hatinya tidak karuan. Langkah kakinya yang gontai masuk menuju rum

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Menemui Kaisar

    Aluna baru saja sampai di tempat yang di share oleh orang itu. Dan kini Aluna–duduk dengan tenang di sudut ruangan sebuah restoran mewah yang cukup sepi. Hanya ada beberapa orang saja dan privasi akan terjamin. Tempat ini sepertinya dipilih dengan sangat hati-hati dan jauh dari keramaian–seolah tahu jika Aluna tidak ingin siapa pun tahu tentang pertemuannya kali ini. Tak lama kemudian, seorang pria berwajah tampan dan berkharisma masuk ke ruangan, mengenakan setelan jas hitam. "Akhirnya kau menemuiku juga, Nona Chandra!" Kaisar Amarta, penguasa paling berpengaruh di negeri, selama ini menunggu kesempatan untuk bertemu langsung dengan Aluna, pewaris keluarga Chandra yang dikabarkan menghilang. "Jadi, kamu Kaisar Amarta?” tanya Aluna. “Ya, Nona Chandra. Saya Kaisar Amarta,” jawabnya dengan senyuman lebar. “Orang kepercayaan keluarga Chandra. Saya datang untuk menjelaskan sesuatu yang sangat penting bagi dirimu.” “Orang kepercayaan? Keluarga Chandra?” Aluna merasa kepala

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13

Bab terbaru

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 108

    Pukul 00:30Sussana terasa sangat sunyi, dan hanya suara detak jam yang terdengar di kamar Aluna. Dia terbangun karena suara tangisan Baby Alva. Dengan cepat, Aluna bangkit dari tempat tidur dan mendekati ranjang bayi yang ada di sudut kamarnya.“Alva sayang, kenapa?” Aluna menyentuh kening bayi itu, lalu ia terkejut mendapati kening Alva terasa sangat panas. “Astaga, panas sekali…” gumamnya panik.Ia langsung mengambil termometer dari laci samping tempat tidur. Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan ujung termometer ke bawah ketiak Baby Alva yang masih menangis.“37,9°… Ini terlalu tinggi!” Suaranya mulai bergetar. Aluna segera mengambil ponselnya, menelepon babysitter yang tidur di kamar sebelah.“ Lina, tolong ke kamar saya sekarang juga! Alva demam tinggi,” katanya cepat.Tak sampai satu menit, babysitter yang bernama Lina muncul dengan wajah cemas. “Ya ampun, Nona. Panasnya tinggi sekali, ya? Kita harus membawanya ke rumah sakit.”“Saya setuju. Tolong siapkan tas bayi dan perl

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 107

    Malam itu, Mansion Aluna diterangi lampu-lampu taman yang temaram, memberikan suasana hangat meski hati Aluna terasa kacau. Ia tengah duduk di ruang keluarga, memangku Baby Alva yang tertidur lelap di pelukannya. Pandangannya terus tertuju pada wajah mungil itu, meskipun pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, suara bel pintu mengalihkan perhatian Aluna. Seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu. “Nona, Tuan Raja datang.”Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan dirinya, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang sudah menunggu. “Bawa Alva ke kamar, dan pastikan dia nyaman,” ucapnya.Setelah memastikan Baby Alva aman, Aluna berjalan ke ruang tamu. Di sana, Raja sudah berdiri, mengenakan setelan kasual namun tetap memancarkan wibawa. Sorot matanya langsung tertuju pada Aluna, seolah tidak ada yang lain di ruangan itu.“Tuan Raja,” sapa Aluna pelan, mencoba menjaga formalitas meskipun hatinya bergemuruh.“Aluna,” balas Raja, suaranya terdengar lebih lembut da

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 106

    Pukul empat subuh, suasana di kamar terasa begitu sunyi hingga suara langkah kecil Ratu yang tergesa menuju kamar mandi terdengar jelas. Raja, yang biasanya tidur cukup lelap, langsung terbangun mendengar suara muntah dari dalam kamar mandi.“Ratu?” panggil Raja dengan nada penuh kekhawatiran. Ia bergegas menuju kamar mandi, membuka pintunya dan melihat istrinya yang terduduk lemas di lantai. Wajah Ratu pucat, keringat dingin membasahi dahinya.“Aku… mual,” gumam Ratu lemah, tangannya gemetar memegang wastafel untuk mencoba berdiri.Tanpa pikir panjang, Raja segera mengangkat tubuh Ratu dan membawanya kembali ke tempat tidur. “Tunggu di sini, aku akan panggil dokter,” kata Raja sambil meletakkan Ratu dengan hati-hati.“Tidak… tidak usah,” cegah Ratu, memegang lengan Raja dengan sisa tenaganya. “Aku tahu ini kenapa.”“Kamu tahu?” Raja mengernyit, bingung. “Maksudmu apa?”Ratu menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku… aku terlambat haid. Coba kamu ambil tes kehamil

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 105

    Sementara itu, Betran sedang duduk di pojok ruang tahanan saat langkah Kania terdengar memasuki ruang kunjungan. Mata Betran langsung berkilat ketika melihat ibunya. Namun, begitu ia melihat wajah Kania yang pucat dan matanya yang bengkak karena menangis, rasa bersalah kembali menghantamnya.“Mom…” panggil Betran lemah, berdiri dari kursinya.Kania tak kuasa menahan air matanya. Ia bergegas menghampiri putranya dan memeluknya erat. “Betran… lihat kamu sekarang. Kurusan begini. Apa kamu makan dengan benar, nak? Kenapa kamu begini?” Kania menangis tersedu-sedu di bahu Betran.Betran hanya diam. Ia tahu, setiap kata yang ia ucapkan hanya akan menambah luka di hati ibunya. Perlahan ia melepas pelukan itu dan menatap Kania. “Mom, aku baik-baik saja. Jangan menangis seperti ini. Aku yang salah, ini semua salahku. Aku pantas menerima hukuman ini.”“Tidak, tidak, kamu tidak pantas seperti ini!” Kania menggeleng keras, wajahnya penuh dengan air mata. “Kamu hanya salah langkah, Betran! Kamu tid

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 104

    Raja baru saja memasuki rumah, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana rumah begitu sunyi, namun begitu ia membuka pintu utama, langkahnya langsung terhenti melihat Ratu berdiri di tengah ruang tamu dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tegang, matanya memancarkan amarah yang tak terselubung.“Kamu dari mana saja, Raja?!” bentak Ratu begitu melihat suaminya masuk. Raja melepas jasnya dengan tenang, lalu menggantungnya di dekat pintu. “Aku ada urusan penting di luar. Kenapa harus teriak seperti itu?” balas Raja dengan nada datar, namun tatapannya dingin.“Urusan penting? Tengah malam?!” Ratu melangkah maju mendekatinya, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Kamu bahkan tidak menjawab teleponku! Aku sudah meneleponmu belasan kali, Raja! Kamu tahu aku khawatir?”Raja menatap istrinya dengan wajah tanpa ekspresi. “Khawatir? Atau lebih tepatnya, curiga?” Ratu tercekat, tapi dengan cepat ia mengelak. “Aku hanya peduli. Aku istrimu. Wajar kalau aku khawatir ketika suamiku ti

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 103

    Malam itu, di salah satu kamar hotel berbintang, Raja duduk di sofa, matanya tak lepas memandang Aluna yang sedang berdiri di dekat jendela. Ia masih mencoba mencerna semua yang telah diceritakan Aluna sebelumnya. Keningnya berkerut, pikirannya penuh dengan kebingungan yang bercampur dengan rasa hangat saat berada di dekat wanita itu."Aluna," panggil Raja dengan nada pelan, tetapi tegas.Aluna menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya meski ada gurat kesedihan di matanya. "Iya, Raja?" Raja menghela napas panjang. "Aku... aku masih sulit menerima semua ini. Kamu bilang aku Kaisar, tunanganmu, tapi aku tidak ingat apa-apa. Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"Aluna berjalan mendekatinya, lalu duduk di sofa di sebelahnya. "Aku juga tidak tahu kenapa kamu bisa kehilangan ingatanmu, Kaisar. Tapi aku yakin, kamu adalah orang yang sama. Aku bisa merasakannya."Raja menatapnya dalam-dalam. "Tapi bagaimana jika aku tidak bisa mengingat apa pun? Bagaimana jika aku tetap menjadi orang yang tid

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 102

    Seminggu telah berlalu,Hari itu, di ruang rapat utama Chandra Grup, Aluna duduk dengan penuh konsentrasi di kursinya, memeriksa dokumen terakhir yang terkait dengan proyek bersama Grup Gielz. Raja baru saja tiba dengan membawa beberapa dokumen tambahan. Penampilannya seperti biasa, rapi dan karismatik, tetapi ada sesuatu di matanya yang terlihat lebih lembut saat menatap Aluna. "Ini dokumen terakhirnya," kata Raja sambil meletakkan berkas di depan Aluna. Suaranya terdengar tenang, tetapi nada lembut itu mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar formalitas profesional. "Terima kasih," balas Aluna singkat. Dia mengambil dokumen itu dan memeriksanya dengan teliti. Raja duduk di seberangnya, memandangi Aluna dengan ekspresi yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia akhirnya memecah keheningan. "Aluna, proyek ini benar-benar luar biasa. Saya harus mengakui, ini mungkin kerja sama terbaik yang pernah saya lakukan selama saya menjadi CEO." Aluna tersenyum tipis, tetapi pandang

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 101

    Di ruang utama Chandra Grup, Aluna sedang duduk di meja kerjanya, menyusun beberapa dokumen penting. Ia berusaha keras untuk tetap fokus, meskipun hari-harinya belakangan ini penuh tekanan. Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tergesa-gesa menggema di luar ruangan. Hansen masuk dengan wajah sedikit bingung. "Nona, ada Bu Kania di luar. Dia memaksa ingin bertemu Anda," kata Hansen dengan nada tegas, namun sopan. Aluna menghela napas panjang, mengusap pelipisnya yang mulai berdenyut. "Dia lagi? Biarkan dia masuk." Hansen ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk dan membuka pintu untuk Kania. Wanita itu masuk dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan amarah yang tak tertahan. "Aluna! Sampai kapan kamu akan terus bersikap seperti ini?" seru Kania tanpa basa-basi, suaranya menggema di ruangan yang besar itu. Aluna mendongak, tatapannya tajam. "Apa maksud Anda, Bu Kania?" tanyanya dingin. Kania langsung mendekat, matanya memerah. "Kamu tega sekali! Betran itu ayah kandung Alva!

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 100

    Ratu melangkah ke dapur dengan langkah tergesa-gesa, hatinya penuh rencana. Dia membuka lemari kecil dan mengeluarkan botol kecil berisi cairan bening. Wajahnya menyiratkan kelegaan saat menuangkan setetes cairan itu ke dalam cangkir teh yang sudah dia buatkan untuk Raja. “Sempurna,” gumamnya sambil membawa cangkir itu ke kamar. Saat dia tiba, Raja sedang duduk di tepi ranjang, memijat pelipisnya seperti biasanya. Dia tampak kelelahan, tetapi tetap memancarkan aura yang tidak bisa diabaikan. “Aku sudah buatkan teh untukmu, Sayang,” kata Ratu lembut, menyerahkan cangkir itu padanya. "Ayo diminum agar kamu lebih rileks."Raja mengangkat wajah dan menatapnya. “Terima kasih.” Dia menerima teh itu tanpa kecurigaan sedikit pun. Ratu duduk di sampingnya, menunggu dengan sabar. Setelah beberapa teguk, Raja mulai merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya. Tubuhnya memanas, darahnya berdesir kencang, dan pikirannya menjadi kabur. “Ratu… ada yang aneh,” gumam Raja dengan suara parau, sam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status