Beranda / Romansa / Pesona Istri yang Dikhianati / Aku akan sabar, Aluna.

Share

Aku akan sabar, Aluna.

Penulis: Queen Mikayla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 15:20:35

Di tempat lain, Kaisar duduk di sofa di sudut kamarnya. Lampu redup menerangi ruangan. Matanya memandang keluar jendela, tapi pikirannya tidak benar-benar di sana. Wajah Aluna terus menghantui benaknya. Senyumnya, matanya dan bibirnya—bibir yang begitu ranum hingga ia hampir tidak bisa menahan diri tadi.

Kaisar mengepalkan tangan. "Astaga, Aluna," gumamnya, nadanya frustrasi. "Kamu itu kayak racun. Makin aku coba tahan, makin aku nggak bisa lepas."

Ia berdiri, mulai berjalan mondar-mandir di kamarnya. Dadanya bergemuruh dengan berbagai emosi. Ia ingin memiliki Aluna, sepenuhnya. Rasanya seperti kebutuhan yang mendesak, seperti ia akan kehilangan kendali jika tidak segera bertindak. Tapi, ia tahu ia harus sabar. Ia tidak ingin merusak semuanya hanya karena terburu-buru.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar di atas meja. Kaisar berhenti melangkah, menatap layar ponsel yang menyala. Nama pria yang ia kenal sebagai salah satu informannya tertera di sana. Kaisar mengangkat panggilan itu tanpa ra
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Tidak salah pilih orang

    Kaisar segera menghubungi Aluna, Tak lama kemudian, ia mengangkat ponselnya dan menghubungi seseorang. Ketika panggilannya dijawab, suara lembut namun lelah Aluna terdengar di seberang. “Kaisar, kenapa menelepon pagi-pagi begini?” tanya Aluna, suaranya terdengar kesal, tapi sebenarnya dia senang ditelepon oleh Kaisar. “Aku perlu bertemu denganmu hari ini,” jawab Kaisar, tegas. “Tuan Louis ingin bertemu denganku untuk membahas kerja sama dengan perusahaan Chandra.”Aluna terdiam beberapa saat. Ia tahu betapa seriusnya permintaan itu. Kaisar bukan hanya seorang pria biasa dalam hidupnya, ia adalah pewaris kepercayaan dari almarhum Kakek Chandra, sosok yang begitu penting dalam sejarah keluarganya. Namun, Kaisar memilih menyembunyikan identitasnya dari dunia luar, seperti halnya ia sendiri.“Apa yang akan kita bahas?” Aluna akhirnya bertanya, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang.“Ini tentang langkah selanjutnya dalam renca

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Siapa pun kau, bersiaplah!

    Aluna sampai di rumah dengan tangan penuh membawa kantong-kantong buah yang diminta Veronica dan Kania. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah tenang, mencoba menyembunyikan kejengkelannya setelah menghabiskan waktu berharga bertemu Kaisar hanya untuk pulang dan melayani keluarga ini.“Buahnya mana?” suara Veronica terdengar dari ruang tengah. Aluna mendekat dan meletakkan kantong-kantong di meja. “Semua ada di sini, Veronica. Apel hijau, anggur merah, dan semangka. Jangan khawatir, aku tidak lupa.”Veronica melirik kantong itu dengan ekspresi angkuh. “Baguslah. Kalau sampai ada yang kurang, kau tahu sendiri apa yang akan Mommy Kania katakan.”“Sudah cukup, Veronica,” sela Kania yang baru saja datang dari dapur. “Aluna, kamar utamaku berantakan sekali. Aku mau kau bereskan sekarang. Itu kamarku dan suamiku, jadi jangan asal-asalan.” Perintah Veronica. Aluna tertegun sejenak, matanya melebar. “Kamar utama?”“Ya, kamar itu,” potong Veronica tanpa rasa bersalah. “Semalam dan tadi pagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Rencana Aluna dan Kaisar

    Betran duduk di sofa, mencoba meredakan emosinya setelah Veronica menawarkan solusi. “Kamu benar-benar mau aku gunakan dana dari perusahaan Martin?” tanyanya sambil menatap Veronica dengan ragu. “Tentu saja, Sayang,” jawab Veronica lembut, menepuk bahunya. “Itu juga untuk kebaikan kita bersama, kan? Lagipula, siapa lagi yang bisa kau andalkan kalau bukan aku?” Betran menghela napas panjang. “Aku hanya khawatir jika nanti ada masalah di perusahaan Martin. Itu kan milikmu. Jangan sampai kita malah kehilangan dua-duanya.” Veronica tersenyum kecil, meletakkan cangkir tehnya di meja. “Betran, perusahaan Martin sedang dalam kondisi stabil. Aku selalu memastikan semua berjalan lancar, meskipun kau yang mengelolanya. Jadi jangan khawatir. Ambil dana itu untuk sementara waktu. Aku percaya padamu.” Betran akhirnya mengangguk. “Baiklah. Aku akan atur ini dengan kepala keuangan besok.” Veronica berdiri, menyentuh pipi Betran dengan lembut. “Aku tahu kau stres, Sayang, tapi jangan terlalu ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Strategi

    Beberapa hari kemudianDi sebuah kafe kecil di pinggiran kota, Kaisar duduk dengan salah satu orang kepercayaannya, seorang pria berkacamata dengan penampilan rapi bernama Aldo. Di depannya, layar laptop terbuka memperlihatkan data keuangan perusahaan Martin yang baru saja diakses. Kaisar menatap Aldo dengan pandangan tajam. "Aldo, ini saatnya kita buat langkah besar," ucap Kaisar tegas. Aldo mengangguk, jarinya mengetik cepat di keyboard. "Semua data sudah siap. Kalau kita mulai mengalihkan transaksi ke rekening yang aku siapkan, dampaknya akan mulai terasa dalam dua minggu. Tapi ini baru tahap pertama. Apa selanjutnya?" Kaisar melipat tangannya di meja, berpikir sejenak sebelum menjawab. "Tahap selanjutnya adalah memastikan perusahaan itu kehilangan konsumen. Kita harus buat produk mereka terlihat buruk di pasaran. Ada cara untuk merusak citra mereka tanpa menimbulkan kecurigaan?" Aldo tersenyum kecil, seolah pertanyaan itu sudah lama ia nantikan. "Ada, Tuan. Kita bisa sebarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Keram perut

    Pukul tujuh malam.Di ruang tamu, Veronica duduk memegangi perutnya yang terasa sedikit kram. Awalnya, ia mengira itu hanya efek kelelahan akibat stres belakangan ini. Namun, rasa sakitnya semakin kuat. Tangannya mencengkeram ujung sofa sambil mengerang pelan. "Ah… Betran!" panggilnya dengan suara yang bergetar. Betran, yang berada di dapur, langsung berlari ke ruang tamu. Ia melihat wajah Veronica pucat, napasnya tersengal-sengal, dan tangannya mencengkeram perut. “Veronica, apa yang terjadi?” tanyanya panik, berlutut di sampingnya. “Kram... perutku sakit sekali!” Veronica menjerit, suaranya histeris. Ia mencengkeram lengan Betran dengan kuat. Tanpa membuang waktu, Betran segera mengangkat tubuh Veronica. “Kita ke rumah sakit sekarang!” katanya tegas. Veronica hanya bisa menangis kesakitan. Tangannya terus memegang perut, sementara tubuhnya gemetar. Aluna berdiri di dekat tangga, menyaksikan pemandangan itu dari kejauhan. Ia menyunggingkan senyum sinis, tidak mampu menahan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Memainkan peran

    Esok harinya, Veronica masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tubuhnya terasa lemas, dan wajahnya masih pucat. Di sisinya, Kania duduk di kursi dengan raut wajah tegang. Ia menggenggam tangan Veronica dengan erat, seolah mencoba memberikan kekuatan kepada menantunya. “Bagaimana keadaan sekarang, Veronica?” tanya Kania lembut, memecah keheningan. Veronica mengangguk pelan. “Sedikit lebih baik, Mommy. Tapi aku masih merasa sangat lelah.” “Itu wajar,” jawab Kania. “Kau harus benar-benar istirahat. Jangan pikirkan apa pun selain kesehatanmu dan bayi ini.” Mendadak, pintu kamar terbuka. Betran masuk dengan wajah yang jelas menunjukkan tekanan. Ia melangkah mendekat dan mencium kening Veronica. “Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanyanya, mencoba terdengar lembut meskipun pikirannya sedang kacau. Veronica menatapnya dengan sorot khawatir. “Lebih baik, tapi kenapa wajahmu terlihat kusut? Apa ada masalah lagi di kantor?” Betran menggeleng cepat, meskipun jelas itu bukan jawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Tidak peduli

    Aluna baru saja melangkah masuk ke dalam rumah, masih dengan wajah tenang setelah kembali dari pertemuan singkatnya dengan Kaisar. Namun, ketenangannya langsung buyar ketika Kania berdiri di ruang tamu dengan mata berkilat marah. “Aluna!” teriak Kania, menghampirinya dengan langkah cepat. Sebelum Aluna sempat berkata apa-apa, Kania langsung menarik rambutnya dengan kasar, membuatnya menjerit kecil. “Beraninya kau keluyuran tanpa izin dariku? Apa kau pikir kau bisa melakukan apa saja di rumah ini?” bentak Kania dengan suara penuh kemarahan. Aluna terhuyung ke belakang, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Kania. “Mommy, lepaskan! Sakit!” serunya panik. Namun, Kania tidak melepaskan pegangan tangannya. “Sakit? Kau pikir Veronica tidak sakit? Dia di rumah sakit sekarang, sedang berjuang demi anaknya, dan kau malah keluar seenaknya!” Aluna akhirnya berhasil menarik diri. Rambutnya kusut, dan napasnya tersengal. Ia memandang Kania dengan wajah terkejut dan bingung. “Mommy, ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Lancang sekali

    Aluna membuka pintu kamarnya dengan langkah lelah, berharap bisa beristirahat sejenak dari ketegangan yang terus-menerus membebaninya. Namun, ketika pintu itu terbuka, matanya langsung tertuju pada sosok yang membuatnya terkejut setengah mati. Kaisar. Pria itu sedang berdiri di dekat jendela kamar, tampak begitu tenang seolah berada di tempat yang benar-benar nyaman. Aluna menutup pintu kamar dengan terburu-buru, matanya membelalak. “Kaisar? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya, suaranya nyaris serak. Kaisar menoleh, senyum tipis di wajahnya. “Kau terlihat sangat lelah, Aluna. Sepertinya, kamu butuh bantuan.” Aluna langsung merasa ketegangan di tubuhnya semakin meningkat. “Kamu berani sekali masuk ke kamarku tanpa izin! Kalau ada yang tahu—” Namun, sebelum Aluna bisa melanjutkan omelannya, Kaisar sudah mendekat dan dengan cepat mengangkatnya, menggendongnya dalam pelukan yang kuat. “Apa yang kamu lakukan?” Aluna protes, tubuhnya terkejut. “Kaisar, turunkan aku! Janga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 110

    Beberapa hari berlalu. Raja terbaring tak berdaya di ruang ICU rumah sakit. Meski matanya terpejam dan tubuhnya lemah, ada perasaan yang menggelora dalam dirinya. Ingatannya yang hilang perlahan kembali, seperti sepotong puzzle yang mulai tersusun. Ketika perlahan matanya terbuka, rasa sakit di kepalanya terasa amat perih. Ia mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang begitu terang. Sensasi itu seolah mengingatkan dirinya pada kejadian beberapa hari lalu, kecelakaan yang menyebabkan semuanya menjadi kacau. Raja menatap langit-langit rumah sakit, mencoba mengingat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan, bayangan-bayangan dalam memorinya yang hilang kini mulai muncul kembali. Sosok dirinya—Kaisar Amartha—muncul dalam pikirannya, begitu jelas dan begitu nyata. "Aku... Kaisar Amartha," gumamnya pelan, kebingungan dan kebahagiaan bercampur dalam hatinya. Namun, perasaan itu tak bisa bertahan lama. Di tengah kebingungannya, ia mendengar suara langkah kak

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 109

    Raja menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang setelah keluar dari rumah Raini. Pikirannya dipenuhi berbagai hal—tentang Aluna, Baby Alva, dan perasaannya yang semakin jelas. Ia tak menyadari sebuah truk besar di depannya tiba-tiba berhenti mendadak. “BRAK!” Benturan keras terdengar ketika mobil Raja menabrak bagian belakang truk. Kepalanya membentur setir dengan keras meskipun airbag terbuka. Darah segar mengalir di pelipisnya, tubuhnya lemas, dan kesadarannya mulai menghilang. Orang-orang di sekitar tempat kejadian segera berlari mendekat. “Panggil ambulans!” teriak seseorang. Tak lama kemudian, ambulans datang dan membawa Raja ke rumah sakit. Wajahnya penuh darah, dan kondisinya terlihat mengkhawatirkan. Saat tiba di rumah sakit, dokter langsung membawanya ke ruang operasi karena benturan di kepalanya cukup parah. *** Di ruang tunggu rumah sakit, Ratu mondar-mandir dengan wajah panik. Air matanya terus mengalir, tak bisa disembunyikan lagi. Ia menggenggam ponselnya erat

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 108

    Pukul 00:30Sussana terasa sangat sunyi, dan hanya suara detak jam yang terdengar di kamar Aluna. Dia terbangun karena suara tangisan Baby Alva. Dengan cepat, Aluna bangkit dari tempat tidur dan mendekati ranjang bayi yang ada di sudut kamarnya.“Alva sayang, kenapa?” Aluna menyentuh kening bayi itu, lalu ia terkejut mendapati kening Alva terasa sangat panas. “Astaga, panas sekali…” gumamnya panik.Ia langsung mengambil termometer dari laci samping tempat tidur. Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan ujung termometer ke bawah ketiak Baby Alva yang masih menangis.“37,9°… Ini terlalu tinggi!” Suaranya mulai bergetar. Aluna segera mengambil ponselnya, menelepon babysitter yang tidur di kamar sebelah.“ Lina, tolong ke kamar saya sekarang juga! Alva demam tinggi,” katanya cepat.Tak sampai satu menit, babysitter yang bernama Lina muncul dengan wajah cemas. “Ya ampun, Nona. Panasnya tinggi sekali, ya? Kita harus membawanya ke rumah sakit.”“Saya setuju. Tolong siapkan tas bayi dan perl

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 107

    Malam itu, Mansion Aluna diterangi lampu-lampu taman yang temaram, memberikan suasana hangat meski hati Aluna terasa kacau. Ia tengah duduk di ruang keluarga, memangku Baby Alva yang tertidur lelap di pelukannya. Pandangannya terus tertuju pada wajah mungil itu, meskipun pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, suara bel pintu mengalihkan perhatian Aluna. Seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu. “Nona, Tuan Raja datang.”Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan dirinya, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang sudah menunggu. “Bawa Alva ke kamar, dan pastikan dia nyaman,” ucapnya.Setelah memastikan Baby Alva aman, Aluna berjalan ke ruang tamu. Di sana, Raja sudah berdiri, mengenakan setelan kasual namun tetap memancarkan wibawa. Sorot matanya langsung tertuju pada Aluna, seolah tidak ada yang lain di ruangan itu.“Tuan Raja,” sapa Aluna pelan, mencoba menjaga formalitas meskipun hatinya bergemuruh.“Aluna,” balas Raja, suaranya terdengar lebih lembut da

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 106

    Pukul empat subuh, suasana di kamar terasa begitu sunyi hingga suara langkah kecil Ratu yang tergesa menuju kamar mandi terdengar jelas. Raja, yang biasanya tidur cukup lelap, langsung terbangun mendengar suara muntah dari dalam kamar mandi.“Ratu?” panggil Raja dengan nada penuh kekhawatiran. Ia bergegas menuju kamar mandi, membuka pintunya dan melihat istrinya yang terduduk lemas di lantai. Wajah Ratu pucat, keringat dingin membasahi dahinya.“Aku… mual,” gumam Ratu lemah, tangannya gemetar memegang wastafel untuk mencoba berdiri.Tanpa pikir panjang, Raja segera mengangkat tubuh Ratu dan membawanya kembali ke tempat tidur. “Tunggu di sini, aku akan panggil dokter,” kata Raja sambil meletakkan Ratu dengan hati-hati.“Tidak… tidak usah,” cegah Ratu, memegang lengan Raja dengan sisa tenaganya. “Aku tahu ini kenapa.”“Kamu tahu?” Raja mengernyit, bingung. “Maksudmu apa?”Ratu menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku… aku terlambat haid. Coba kamu ambil tes kehamil

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 105

    Sementara itu, Betran sedang duduk di pojok ruang tahanan saat langkah Kania terdengar memasuki ruang kunjungan. Mata Betran langsung berkilat ketika melihat ibunya. Namun, begitu ia melihat wajah Kania yang pucat dan matanya yang bengkak karena menangis, rasa bersalah kembali menghantamnya.“Mom…” panggil Betran lemah, berdiri dari kursinya.Kania tak kuasa menahan air matanya. Ia bergegas menghampiri putranya dan memeluknya erat. “Betran… lihat kamu sekarang. Kurusan begini. Apa kamu makan dengan benar, nak? Kenapa kamu begini?” Kania menangis tersedu-sedu di bahu Betran.Betran hanya diam. Ia tahu, setiap kata yang ia ucapkan hanya akan menambah luka di hati ibunya. Perlahan ia melepas pelukan itu dan menatap Kania. “Mom, aku baik-baik saja. Jangan menangis seperti ini. Aku yang salah, ini semua salahku. Aku pantas menerima hukuman ini.”“Tidak, tidak, kamu tidak pantas seperti ini!” Kania menggeleng keras, wajahnya penuh dengan air mata. “Kamu hanya salah langkah, Betran! Kamu tid

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 104

    Raja baru saja memasuki rumah, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana rumah begitu sunyi, namun begitu ia membuka pintu utama, langkahnya langsung terhenti melihat Ratu berdiri di tengah ruang tamu dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tegang, matanya memancarkan amarah yang tak terselubung.“Kamu dari mana saja, Raja?!” bentak Ratu begitu melihat suaminya masuk. Raja melepas jasnya dengan tenang, lalu menggantungnya di dekat pintu. “Aku ada urusan penting di luar. Kenapa harus teriak seperti itu?” balas Raja dengan nada datar, namun tatapannya dingin.“Urusan penting? Tengah malam?!” Ratu melangkah maju mendekatinya, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Kamu bahkan tidak menjawab teleponku! Aku sudah meneleponmu belasan kali, Raja! Kamu tahu aku khawatir?”Raja menatap istrinya dengan wajah tanpa ekspresi. “Khawatir? Atau lebih tepatnya, curiga?” Ratu tercekat, tapi dengan cepat ia mengelak. “Aku hanya peduli. Aku istrimu. Wajar kalau aku khawatir ketika suamiku ti

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 103

    Malam itu, di salah satu kamar hotel berbintang, Raja duduk di sofa, matanya tak lepas memandang Aluna yang sedang berdiri di dekat jendela. Ia masih mencoba mencerna semua yang telah diceritakan Aluna sebelumnya. Keningnya berkerut, pikirannya penuh dengan kebingungan yang bercampur dengan rasa hangat saat berada di dekat wanita itu."Aluna," panggil Raja dengan nada pelan, tetapi tegas.Aluna menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya meski ada gurat kesedihan di matanya. "Iya, Raja?" Raja menghela napas panjang. "Aku... aku masih sulit menerima semua ini. Kamu bilang aku Kaisar, tunanganmu, tapi aku tidak ingat apa-apa. Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"Aluna berjalan mendekatinya, lalu duduk di sofa di sebelahnya. "Aku juga tidak tahu kenapa kamu bisa kehilangan ingatanmu, Kaisar. Tapi aku yakin, kamu adalah orang yang sama. Aku bisa merasakannya."Raja menatapnya dalam-dalam. "Tapi bagaimana jika aku tidak bisa mengingat apa pun? Bagaimana jika aku tetap menjadi orang yang tid

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 102

    Seminggu telah berlalu,Hari itu, di ruang rapat utama Chandra Grup, Aluna duduk dengan penuh konsentrasi di kursinya, memeriksa dokumen terakhir yang terkait dengan proyek bersama Grup Gielz. Raja baru saja tiba dengan membawa beberapa dokumen tambahan. Penampilannya seperti biasa, rapi dan karismatik, tetapi ada sesuatu di matanya yang terlihat lebih lembut saat menatap Aluna. "Ini dokumen terakhirnya," kata Raja sambil meletakkan berkas di depan Aluna. Suaranya terdengar tenang, tetapi nada lembut itu mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar formalitas profesional. "Terima kasih," balas Aluna singkat. Dia mengambil dokumen itu dan memeriksanya dengan teliti. Raja duduk di seberangnya, memandangi Aluna dengan ekspresi yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia akhirnya memecah keheningan. "Aluna, proyek ini benar-benar luar biasa. Saya harus mengakui, ini mungkin kerja sama terbaik yang pernah saya lakukan selama saya menjadi CEO." Aluna tersenyum tipis, tetapi pandang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status