Mirna melotot melihat kedatangan Pardi di rumahnya. Wajahnya terlihat panik melihat mantan suaminya kini sudah ada didepannya. Pardi tersenyum menyeringai melihat mantan istrinya terlihat gelisah."Selamat malam pak Broto, maaf saya mengganggu istirahat bapak. Bolehkah saya mengajak bapak keluar sebentar? Ada yang ingin saya sampaikan kepada bapak.""Tidak, suami saya tidak boleh kemana-mana dia masih lelah dan baru saja pulang! " Mirna dengan tegas menolak permintaan Pardi. Mirna sudah ketakutan, dia khawatir jika Pardi akan membongkar rahasianya selama ini.Hal ini tentu saja membuat Subroto keheranan. "Maaf kalau boleh tau, siapa bapak ini. Saya tidak mengenal bapak jadi kenapa saya harus ikut dengan bapak? "Mendengar pertanyaan suaminya, Mirna semakin tegang."Brengsek, ngapain sih dia kesini bikin aku takut aja! " Mirna memaki Pardi dalam hatinya. "Sudahlah Mas ngga usah diladeni kan Mas Broto juga ngga kenal dia! "Broto mengangguk mengikuti kemauan istrinya, namun saat langkahn
Subroto kini sudah tau semua tentang kelicikan Mirna, dia masih kebingungan dengan langkah berikutnya yang harus dia ambil. Kini yang ada dalam pikirannya hanyalah Kania putri kandungnya.Dia merasa bersalah selama ini karena membuat Kania selalu tertekan dengan sikap pilih kasihnya, dan sampai kini dia tidak tau dimana Kania sekarang. Saat tiba di rumah dia melihat Mirna dan Arum sedang menunggu kedatangannya."Mas Broto, akhirnya kamu pulang juga. Tadi aku keluar sama Arum mencari kamu tapi ngga ketemu. Pardi ngomong apa aja sama kamu mas? " Mirna langsung memberondong Broto dengan banyak pertanyaan yang membuat Broto semakin muak melihat tingkah istrinya."Hari ini juga kamu dan anakmu silahkan keluar dari rumahku. Dan kamu Mirna, aku talak kamu Mirna binti Yakub. Sejak hari ini dan seterusnya aku bebaskan kamu, dan sekarang kamu bukan lagi istriku! "Mirna tersentak tidak percaya mendengar kata-kata suaminya. Dia mematung kaku menatap tajam suaminya begitu juga dengan Arum matany
Kania terkejut mendapat telfon dari ayahnya. Selama ini ayahnya jarang sekali menghubunginya, "Halo ayah..! " Belum selesai Kania bicara, terdengar suara ayahnya yang bergetar, "Kania, pulanglah nak! Ayah merindukanmu. Ayah juga minta maaf padamu! "Kania terhenyak mendengar kata-kata ayahnya. "Ada apa ayah, kenapa ayah menangis? Apa yang terjadi ayah, bukankah hari ini pernikahan Arum dan Feri? " Subroto terdiam mendengar pertanyaan Kania, hatinya benar-benar merasa sakit."Pulanglah Nia, ayah menunggumu di rumah, mereka sudah ayah usir tadi malam. " Kania tersentak mendengar kata-kata ayahnya, "Maksud ayah bagaimana? Kenapa mereka sampai ayah usir?""Sudahlah Nia, ayah tidak bisa menceritakan semuanya ditelfon. Sebaiknya kamu segera pulang dan ajak bibimu juga ya!" Broto segera mengakhiri telfonnya. Kini dia sedang duduk termenung diruang tamunya. Hari ini semua sisa-sisa pesta kemarin sudah dibersihkan semuanya.Subroto ingin saat Kania datang tidak ada tanda-tanda sudah diadakan p
Jawaban Mirna membuat kaget kedua orangtua Feri, ibu Feri yang dari tadi sudah geram akhirnya membalas kata-kata Mirna, "Lah gimana ngga hamil, wong nyodorin diri kok, mana ada kucing yang nolak disodori ikan asin !! "Kini terjadi perang mulut antara mereka, sedangkan muka Arum entah sudah seperti apa karena dihina ibu mertuanya habis-habisan. Hatinya kini semakin terluka. Bayangan akan dihidup senang dan bahagia kini hilang sudah, yang dia hadapi kini hanya hinaan dan kesedihan.Feri sebagai suaminya juga tidak membelanya sama sekali. Sedangkan ibunya malah semakin memperkeruh suasana. Arum hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya, dia pikir dengan mengambil posisi Kania dihati Feri akan membuatnya bangga.Ternyata semakin banyak hinaan yang dia terima, kini tidak ada lagi tempat untuk mengadu. Dulu ayah Broto selalu ada untuknya, apapun yang dia inginkan selalu dikabulkan. Kini jangankan mengadu, bertemupun mungkin Ayah sambungnya tidak akan sudi.Arum kini berpikir untuk menemui
Feri tidak bisa berkutik, tangannya langsung diborgol polisi saat itu juga. Kedua orangtuanya berteriak histeris hingga mengagetkan warga disekitarnya. "Saya tidak melakukannya pak, Kania itu memang perempuan murahan. Dia yang ngga bener pak!" Teriakan dari Feri juga ikut meramaikan suasana kacau dirumahnya."Sebaiknya nanti anda jelaskan saja dikantor polisi! " Kedua polisi itu tidak menggubris teriakan Feri dan kedua orangtuanya. Mereka terus menggiring Feri untuk masuk ke mobil. Wajah Feri memerah dan hanya bisa tertunduk malu.Arum yang sedang dalam perjalanan pulang terperanjat melihat keramaian di rumah ibu mertuanya. Arum mengernyitkan keningnya, ada beberapa pertanyaan yang kini muncul dibenaknya. Hingga netranya bertatapan dengan Feri secara tidak sengaja."Mas Feri..!! Arum menutup mulutnya dan berteriak tertahan. Dia kaget melihat suaminya bersama dua orang berseragam polisi. Arum masih kebingungan sedangkan Feri hanya membuang mukanya.Arum bergegas ke rumah mertuanya kare
Edy senyum-senyum sendiri menatap foto Kania dari ponselnya. Kejadian kemarin dirumah Om Broto tidak akan pernah dilupakannya. Karena dia melakukan ciuman pertama bersama Kania untuk pertama kali.Edy segera menghubungi Kania, "Kamu sedang apa sayang? " Ponselnya langsung dipindah ke video call agar bisa menatap wajah yang sedang dirindukannya. Kania tersenyum melihat Edy sedang menatapnya penuh rasa rindu. Padahal baru kemarin mereka bertemu."Eh, aku lagi beres-beres nyiapin makan siang untuk ayah. Kamu lagi ngga sibuk mas, kok bisa main ponsel? "Edy lagi-lagi tersenyum melihat kekasihnya sedang menyiapkan makanan untuk ayahnya. "Aku boleh ke sana ngga jadi laper nih pengen ikutan makan juga? "Kania terlihat mengangguk, "Iya boleh, ke sini aja mas. Kita makan bareng-bareng." Tentu saja Edy segera mematikan ponselnya segera ke tempat Kania.Sedangkan di tempat lain, Feri hanya menatap jatah makannya di sel sambil menelan ludahnya. Dia sama sekali tidak berselera melihat makanan yan
Tangisan pilu Arum terdengar di kamar inapnya. Kini dia tidak memiliki siapa-siapa lagi. Saat Edy memberitahu keberadaan Mirna sekarang. Ibunya kini sedang ditahan polisi karena mencoba menghabisi nyawa Kania.Arum tidak menyangka jika hidupnya hancur seketika setelah Kania kembali ke rumahnya. Edy hanya terdiam dan tidak bisa berkata apapun, "Maaf mbak, saya kesini hanya menjalankan tugas. Semoga mbak Arum sabar ya! "Pardi yang mendengar anaknya masuk rumah sakit segera menemuinya. "Ya Allah Arum, bagaimana ini bisa terjadi? " Pardi tidak menyadari jika saat ini ada sepasang mata yang sedang menatap dirinya.Arum kembali menangis dipelukan ayahnya. "Ayah dengar kamu masuk rumah sakit, kenapa nak? " Dengan penuh perhatian Pardi menelisik keadaan Arum.Tangisan Arum semakin pecah, "Ibu yah, ibu ditahan polisi dan aku juga kehilangan anak dalam perutku!" Pardi tersentak kaget, "Kok bisa ibumu ditahan polisi? Kali ini ibumu berbuat apalagi Rum?"Edy yang melihat mereka menjelaskan kondi
Arum baru menyadari ternyata polisi tadi yang ada dirumah Kania, adalah orang yang sama mendatanginya dan memberitahu perbuatan ibunya yang ingin menghabisi nyawa Kania."Apakah mereka memang bersekongkol ingin menjebloskan ibu ke penjara? " Sepanjang perjalanan Arum terus memikirkannya hingga tanpa terasa mereka sudah tiba di Mall yang ingin dituju."Ayah, tadi liat ngga polisi yang ada di rumah Kania?" Pardi hanya memgernyit dia kemudian menggeleng."Ngga, memangnya kenapa Rum?" Arum hanya menggeleng, dia kembali fokus melihat-lihat baju-baju yang sedang promo.Bi Parni baru saja turun dari ojeg yang dinaikinya dari terminal menuju rumah kakaknya Mas Broto. Dia tergesa-gesa masuk ingin mengetahui kondisi keponakannya.Sepanjang perjalanannya tadi pikirannya hanya tertuju pada keponakannya Kania. "Assalamu 'alaikuuum..! " Bi Parni berteriak mengucapkan salam. Dari dalam rumah sontak Kania berlari membuka pintu untuk bibinya.Bi Parni langsung memeluk erat Kania, dan Kania langsung men