Brice dan Agnes benar-benar menghabiskan siang panas mereka di dalam kolam mini. Usai berbagi peluh di kolam kecil yang berisikan air hangat itu.Pria berhazel biru itu membawa tubuh Agnes yang lagi-lagi di penuhi bercak merah kebiruan karena ulahnya ke atas tempat tidur.Tenaga Agnes kembali habis terkuras karena dirinya, mengikuti permainan liar sang suami.Agnes bergelayut dengan manja, melingkarkan kedua tangannya di leher Brice. “Capek, hmm?”“Hmm,” gumam Agnes sebagai jawaban, dirinya terlalu malu mendengar pertanyaan seperti itu dari Brice.Entah bagaimana bisa stamina pria ini begitu kuat dan begitu mendominasi. Dirinya berkali-kali kembali mendapatkan puncak kenikmatan saat di kamar mandi. Wajahnya merona merah saat mengingat kembali apa yang baru saja ia lakukan bersama Brice di dalam kolam mini itu.Brice terkekeh mendengar gumaman Agnes.Pria kekar itu tidak menunjukkan rasa lelah sedikitpun, ia dengan kuat membopong tubuh Agnes dan membuka pintu kolam mini itu.“Tunggu,”
Agnes saat ini berada di dalam walk in closet miliknya. Dengan gaun tidur sutra, wanita cantik itu tertegun melihat jejeran gaun di dalam lemari pakaian begitu rapi dan cantik.Bahkan gaun-gaun itu tersusun per warna, entah siapa yang memiliki kerajinan seperti ini.“Gaun-gaun disini bahkan lebih banyak dari pada gaun di walk in closet milikku, Brice.” Ucap Agnes begitu melihat Brice berjalan ke arahnya dengan handuk yang bertengger di pinggangnya. Memperlihatkan dada bidang yang begitu liat dan lembab.Brice tersenyum dan berjalan menghampiri Agnez, Cup!Mengecup sudut bibir Agnes dan berkata, “Aku senang mendengarnya. Aku malah berpikir ini masih kurang.”Plak! “Aoch….”Agnes menepuk lengan berotot Brice. “Jangan aneh-aneh Brice!”Brice terkekeh dan lagi-lagi memeluk Agnes, mengecup puncak kepala istrinya. Ia sendiri masih tidak percaya jika saat ini ia sudah berstatus menjadi seorang suami dari wanita cantik di depannya. Padahal ia baru saja menggoda kakak sepupunya—Austin Harold,
“Ya?”“Just do it, sayang.”Dengan tulang pipi yang memerah, Agnes mengangguk, tersipu. “Hmm, ok.”“Thank you,” kemudian ia membuat lingkaran di tangannya agar Agnes mengalungkan tangannya.“Jangan pernah jauh dariku, hmm?” Agnes mengangguk sebagai jawaban.“Satu hal lagi, jangan pernah bersentuhan lain dengan orang lain. Apapun itu.”Agnes kembali mengangguk, dia hanya di jelaskan sedikit oleh Brice saat di mobil tentang siapa yang akan mereka kunjungi. Pria paruh baya bernama Basilius Sjors, seorang politikus.Brice yang tidak mau mengambil risiko sendirian, apalagi saat ini fokusnya hanya kepada Agnes. Yang tentu saja, dimana ada Brice menjalankan misi ia pasti membawa enam asistennya yang disebut sebagai The Angel’s. Mereka adalah Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon, dan Zeta. Mereka semua memiliki kemampuan khusus dan berpengalaman dalam melakukan infiltrasi.Bersama Agnes, pria berhazel biru itu berencana untuk menemani Basilius berbicara sambil mengalihkan perhatiannya, sedangka
Brice dan Agnes pun keluar dari mansion bersama dengan The Angel’s yang tentu saja tidak di sadari oleh Agnes. Mereka naik ke mobil mereka masing-masing, di mana Brice dan Agnes menaiki sebuah limusin mewah berwarna hitam dan di supiri oleh salah satu bodyguard miliknya, sedangkan The Angel’s terbagi menjadi tiga kendaraan, meninggalkan mansion Basilius tanpa diketahui oleh siapa pun. Mereka telah berhasil menyelesaikan misi mereka dengan sempurna.Dan tanpa Agnes sadari, Brice sudah memberikan kode kepada para The Angel’s untuk menunggunya di markas.“Ayo sayang,” Brice menuntun Agnes masuk ke dalam kediaman mereka, dengan hati-hati membantu Agnes turun dari mobil.“Jadi kita benar-benar pindah?” tanya Agnes memastikan saat mereka tiba di depan pintu utama.Brice tersenyum, “Iya, kita pindah malam ini, hmm? No problem?”Agnes mengangguk pasti,”Yups,”Kedua pasangan pengantin baru itu masuk ke dalam rumah mereka. Berjalan beriringan, tak terpisahkan, tidak terlihat tanda-tanda adanya
Mereka bertujuh berpencar mencari di tiap sudut, berharap menemukan ruangan rahasia lainnya. Tetapi sayangnya, mereka tidak bisa menghindari bertemu dengan beberapa pengawal yang masih berjaga.Masing-masing The Angel’s dan Brice terlibat aksi baku hantam yang sangat intens dengan pengawal-pengawal yang berjaga. Mereka tidak mau membuang waktu dan energi untuk berbicara banyak. Mereka hanya fokus untuk mengalahkan lawan-lawan mereka dengan cara apapun.Alpha, yang ahli dalam bela diri karate, menghajar dua orang pengawal dengan tendangan dan pukulan yang cepat dan akurat. Dia tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk menyerang balik. Dia bergerak seperti kilat dan menghantam mereka dengan kekuatan penuh.“Kau pikir kau bisa menghentikanku?” Alpha mengejek salah satu pengawal yang terkapar di lantai dengan senyuman khasnya yang begitu menakutkan.Hal itulah yang membuat Alpha menjadi kakak tertua para The Angel's.Gamma, yang ahli dalam menggunakan pisau, melukai tiga orang pengawal
Begitu berpisah dari The Angel’s, Brice segera melajukan kendaraannya menuju ke rumahnya. Dimana sang istri menunggunya.“Sial!” gumam Brice sambil melihat jam tangan mewahnya.“Sudah lebih dari 2 jam! Karena para cecunguk sialan itu!” umpat Brice, “aku harap Agnes masih tertidur lelap saat aku tiba di rumah…” batinnya.Jalanan yang masih terbilang sepi, membuat Brice dengan mudah mengendarai kendaraannya itu. Tidak sampai lima belas menit, dengan kecepatan mengendara di atas 60-80km/jam, Brice akhirnya tiba.Pria itu berjalan dengan cepat menuju kediamannya, masuk ke dalam lift. Begitu tiba, pria itu segera masuk ke dalam ruang pakaian dan ke kamar mandi.Usai membersihkan tubuhnya dari bercak-bercak darah lawannya. Brice memakain pakaian tidurnya, “Hah…” Brice bernapa lega melihat Agnes yang masih terlelap.Dengan hati-hati ia naik ke atas tempat tidur dan masuk ke dalam selimut.Dilihatnya wajah cantik Agnes yang masih begitu mempesona tanpa riasan makeup bahkan saat ia tidur pun s
Kemudian pria itu memeluk tubuh Agnes, menindihnya, membuat wanita cantik itu tersenyum dan ikut melingkarkan tangannya memeluk belakang Brice.Brice mengecup puncak kepala dan kening Agnes, “Thank you, sweety.”Usai percintaan panas di pagi hari yang berlangsung lebih dari 3 jam itu mereka berdua benar-benar di buat kelaparan.Agnes yang berniat ingin memasak di dapur di cegah oleh Brice, “Pesan saja, hmm?”Wanita cantik itu berlalu dan berjalan menuju dapur. Membuka lemari pendingin dua pintu dan mendapati hanya ada air mineral dan beberapa minuman kaleng. Membuat Agnes melirik ke arah Brice, “Kosong?”Brice tersenyum dan menghampiri Agnes, “Setelah makan, kita jalan beli bahan makanan dan kebutuhan lainnya, ok?” bujuk Brice sembari memeluk Agnes dari belakang.Agnes mengangguk pelan.Brice menarik lembut tangan Agnes, mereka duduk di ruang tamu menunggu makanan yang telah di pesan oleh Brice.Suara bell berbunyi, Brice segera berdiri. “Tunggu, hmm?”Brice melangkah menuju pintu dan
Satu jam kemudian, Agnes mulai melihat lautan di depannya. Warna biru air laut membuat wajah cantiknya itu menyunggingkan senyuman manis.“Bukannya ini Zandvoort, Brice?”Brice bergumam sebagai jawaban, “Tapi kita pergi ke sisi yang lainnya, hmm?”“Sisi lain?”“Iya, yang tidak banyak orang seperti di sana,”Bola mata indah Agnes berbinar bersama pantulan sinar matahari sore, membuat Brice tertawa, “Do you like it, sweety?”Agnes mengangguk dengan bersemangat.Brice menaikkan tangannya dan memainkan pipi Agnes dengan penuh cinta, “Hmm, syukurlah.”Tidak lama kemudian, Brice memarkirkan kendaraan di depan salah satu toko souvenir. Dimana toko pakaian, souvenir, restaurant bahkan cafe berjejer dengan rapi dan indah di sepanjang jalan.“Mau mampir?” tanya Brice sebelum turun dari mobil.“Boleh?”“Tentu saja, Ayo…”Brice turun dari mobil, lalu saat ia mengitari mobil, Agnes sudah keluar terlebih dahulu. Membuat pria itu segera meraih tangan Agnes. “Kenapa gak nunggu seperti biasa?”“Gak sa
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh