Begitu berpisah dari The Angel’s, Brice segera melajukan kendaraannya menuju ke rumahnya. Dimana sang istri menunggunya.“Sial!” gumam Brice sambil melihat jam tangan mewahnya.“Sudah lebih dari 2 jam! Karena para cecunguk sialan itu!” umpat Brice, “aku harap Agnes masih tertidur lelap saat aku tiba di rumah…” batinnya.Jalanan yang masih terbilang sepi, membuat Brice dengan mudah mengendarai kendaraannya itu. Tidak sampai lima belas menit, dengan kecepatan mengendara di atas 60-80km/jam, Brice akhirnya tiba.Pria itu berjalan dengan cepat menuju kediamannya, masuk ke dalam lift. Begitu tiba, pria itu segera masuk ke dalam ruang pakaian dan ke kamar mandi.Usai membersihkan tubuhnya dari bercak-bercak darah lawannya. Brice memakain pakaian tidurnya, “Hah…” Brice bernapa lega melihat Agnes yang masih terlelap.Dengan hati-hati ia naik ke atas tempat tidur dan masuk ke dalam selimut.Dilihatnya wajah cantik Agnes yang masih begitu mempesona tanpa riasan makeup bahkan saat ia tidur pun s
Kemudian pria itu memeluk tubuh Agnes, menindihnya, membuat wanita cantik itu tersenyum dan ikut melingkarkan tangannya memeluk belakang Brice.Brice mengecup puncak kepala dan kening Agnes, “Thank you, sweety.”Usai percintaan panas di pagi hari yang berlangsung lebih dari 3 jam itu mereka berdua benar-benar di buat kelaparan.Agnes yang berniat ingin memasak di dapur di cegah oleh Brice, “Pesan saja, hmm?”Wanita cantik itu berlalu dan berjalan menuju dapur. Membuka lemari pendingin dua pintu dan mendapati hanya ada air mineral dan beberapa minuman kaleng. Membuat Agnes melirik ke arah Brice, “Kosong?”Brice tersenyum dan menghampiri Agnes, “Setelah makan, kita jalan beli bahan makanan dan kebutuhan lainnya, ok?” bujuk Brice sembari memeluk Agnes dari belakang.Agnes mengangguk pelan.Brice menarik lembut tangan Agnes, mereka duduk di ruang tamu menunggu makanan yang telah di pesan oleh Brice.Suara bell berbunyi, Brice segera berdiri. “Tunggu, hmm?”Brice melangkah menuju pintu dan
Satu jam kemudian, Agnes mulai melihat lautan di depannya. Warna biru air laut membuat wajah cantiknya itu menyunggingkan senyuman manis.“Bukannya ini Zandvoort, Brice?”Brice bergumam sebagai jawaban, “Tapi kita pergi ke sisi yang lainnya, hmm?”“Sisi lain?”“Iya, yang tidak banyak orang seperti di sana,”Bola mata indah Agnes berbinar bersama pantulan sinar matahari sore, membuat Brice tertawa, “Do you like it, sweety?”Agnes mengangguk dengan bersemangat.Brice menaikkan tangannya dan memainkan pipi Agnes dengan penuh cinta, “Hmm, syukurlah.”Tidak lama kemudian, Brice memarkirkan kendaraan di depan salah satu toko souvenir. Dimana toko pakaian, souvenir, restaurant bahkan cafe berjejer dengan rapi dan indah di sepanjang jalan.“Mau mampir?” tanya Brice sebelum turun dari mobil.“Boleh?”“Tentu saja, Ayo…”Brice turun dari mobil, lalu saat ia mengitari mobil, Agnes sudah keluar terlebih dahulu. Membuat pria itu segera meraih tangan Agnes. “Kenapa gak nunggu seperti biasa?”“Gak sa
Dalam sepersekian detik Zeta dan Epsilon menghilang di balik sofa besar dan kain horden. Sedangkan Gamma membuka map perusahaan sambil menyelipkan foto yang ada di atas meja.Brice sendiri dengan sigap berdiri, melihat Agnes sudah berjalan keluar. "Hai sayang." ucapnya lalu menangkup wajah Agnes, ia meraup bibir Agnes cukup lama.Dan hal itu di manfaatkan oleh Epsilon dan Zeta untuk kabur dari persembunyian mereka."Brice..."Dengan wajah merona Agnes berjalan di sisi Brice mendekat ke tempat Orlin berada. Dia tidak pernah menyangka Brice akan dengan santainya menciumi dirinya di depan asistentnya tanpa malu.“Malam Nona,” sapa Orlin dengan senyuman ramahnya.“Maaf sudah merepotkanmu seharian ini, Orlin.” Ucap Agnes tulus.Orlin—Gamma segera menaikkan kedua tangannya dan bergerak untuk mengatakan tidak dengan panik, “Tentu saja tidak, Nona. Aku senang melakukannya.”“Hah… Tapi, tetap saja… Terima kasih untuk hari ini.”Orlin tersenyum, “Sama-sama, Nona. Kalau begitu saya izin pamit.”
Agnes bingung dengan perkataan Suami kontraknya itu, “Mana makanannya?”Brice berjalan mendekat dan tersenyum begitu tampan, pria itu menunduk dan berbisik, “Kamu sayang! Kamu makanan inti malam ini…”Deg!Tubuh Agnes meremang mendapatkan bisikan yang begitu erotis dari suara berat Brice.Brice mengecup bahu dan masuk menyesap, menghirup aroma tubuh Agnes di ceruk lehernya.“Euhm, Brice…”Agnes mulai melenguh manja dan memiringkan kepalanya, memberikan akses kepada Brice untuk mencumbu dirinya.Wanita cantik bersurai indah itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan mendongakkan wajahnya, Brice tidak menyia-nyiakan hal itu. Pria tampan itu segera meraup bibir ranum istrinya itu.Mereka saling bercumbu dan melumat begitu dalam dan penuh gairah. Sedangkan tangan Brice sudah menurunkan tali tipis gaun tidur yang di kenakan oleh Agnes.Memperlihatkan tubuh indah istrinya itu, gundukan puncak dadanya yang begitu ranum terlihat begitu mempesona di dalam bungkusan bra berwarna hitam.
“Aku tidak pernah merasakan hal luar biasa seperti ini!” Brice kemudian menurunkan Agnes, dan membuat Agnes memunggunginya. Agnes memegang sudut meja, sedangkan Brice sudah bersiap menghujami liang miss v sang istri dengan hebat. “Oh!” Lenguh Agnes saat milik masuk cukup dalam. “Sayang! More! More!” racau Agnes seraya mendongakkan kepalanya ke atas. Dengan posisi ini, dia dapat merasakan boa Brice masuk begitu dalam di tubuhnya, ini adalah salah satu posisi yang ia paling sukai. Namun kelemahannya, ia tidak dapat melihat wajah tampan suaminya yang begitu menikmati permainan mereka. Melihat wajah tampan Brice yang di kucuri keringat itu adalah sesuatu yang erotis, melihat bulir keringat yang jatuh membuat damage ketampanan suaminya itu berlipat-lipat ganda. “Ohhh! Sayang! Miss v mu meremasku dengan hebat! Aku menyukainya sayang!” racau Brice. “Yes sayang! Aku menyukainya, more please!” sahut Agnes dengan suara yang begitu seksi. Kemudian Brice mengambil kedua tangan Agnes, “As y
Brice lalu menarik selimut dan menutup tubuh mereka berdua, di saat Agnes tidur dengan sedikit berjarak, Brice mendekat dan memeluk tubuh Agnes yang tengah menghadap ke langit-langit kamar. Cup! Cup ! Cup! Brice mengecup pipi Agnes berkali-kali, membuat Agnes kegelian, “Brice…” gumamnya manja. “Wangi, cantik, sempurna.” Puji Brice menatap wajah Agnes dari samping, sembari tangannya menyentuh wajah Agnes, mulai dari mata, hidung hingga bibir. Agnes menoleh ke samping, membuat wajah mereka saling berhadapan. Tatapan mata mereka saling bertemu. Brice menarik tubuh Agnes, sehingga tak ada jarak di antara mereka. Agnes ikut membelai wajah Brice, menatap penuh kagum pria yang kini menjadi suami kontraknya yang tersisa 98 hari, jika lewat jam 12 malam maka akan menjadi 97 hari. “Tampan, sempurna…” ucapnya pelan. Cup! Brice mengecup kening, hidung dan bibir, lalu memeluk istrinya, “Tidur, sweety.” Agnes tersenyum, ia menghirup aroma tubuh Brice yang selalu saja membuat dirinya begitu
“Bunuh dia Boaz!” titah Basilius kepada Boaz, pria tegap bertubuh kekar. Pria yang Brice lihat kemarin malam saat di pesta. “Ah! Ternyata anjing Basilius!” ejek Brice, dengan sengaja memancing amarah lawannya. Pria yang bernama Boaz itu menggeram dan mengumpat kepada Brice dengan bahasa belanda, “Debiel – lemah !” Brice tertawa dan mengambil posisi saat melihat lawannya sudah berlari ke arahnya. Brice menggunakan pukulan dan tendangan yang kuat dan akurat, sementara Boaz menggunakan gerakan yang lincah dan tak terduga. Mereka saling menghindar, menangkis, dan melukai. “Kau tidak akan pernah bisa mengalahkan aku, berengsek!” seringai Brice, sembari memberikan tendangan dan pukulannya. “Bunuh dia, Boaz!” seru Basilius dengan pengeras suara. “Jangan sombong!” balas Boaz menatap tajam kepada Brice. Mereka terus bertarung tanpa henti. Namun, perbedaan keterampilan dan pengalaman mulai terlihat. Brice semakin mendominasi pertarungan. Dia berhasil mematahkan lengan Boaz dengan satu pu
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh