Seharian menangis membuat Cantika merasa lelah, matanya merah dan bengkak seperti baru saja tersengat lebah. Dia berusaha keras untuk melupakan Yudi, tapi segala hal tentang pria itu masih saja bertahan dalam pikirannya.'Sadarlah Cantika, dia tidak menginginkanmu!' ucap Cantika berkali-kali di dalam hati setiap nama Yudi terlintas di pikirannya.Sudah tiga hari, Cantika tidak mengaktifkan ponsel. Nyatanya Yudi tidak datang mencarinya ke rumah Renata dan Alex. Mungkin pria itu sedang sibuk dengan pacarnya, atau memang karena Cantika tidak berarti apa-apa bagi Yudi.Renata masuk ke dalam kamar, dia membawa nampan berisi makanan dan minuman. Renata juga membawa dua bungkus keripik kentang, camilan kesukaan Cantika."Nak, ayo makan dulu. Setelah itu minum obat dan tidur siang,""Suapi aku Bu,""Emh.... Manja sekali. Baik, Ibu akan menyuapi kamu. Soalnya nanti kalau adikmu lahir Ibu tidak akan ada waktu untuk menyuapimu lagi," ucap Renata."Adik? Ibu sedang hamil?"Renata mengangguk, waja
Cantika tak hanya menolak ajakan menikah dari Yudi, dia juga mengusir pria itu dari ruko miliknya. Yudi mengalah, dia pindah ke sebuah apartemen kecil yang letaknya tak jauh dengan tempat tinggal Cantika.Hampir tiap pagi, Yudi selalu mengirimi Cantika makanan. Dia paham betul kalau Cantika doyan makan tapi tidak bisa memasak. Yudi mencoba peruntungan untuk meraih hati Cantika dengan membelikan makanan favoritnya dan perhatian lebih."Gulai kepala kakap lagi? Tapi tidak apa-apa, aku suka," gumam Cantika."Hey, kamu. Tolong siapkan nasi dan teh manis hangat, ayo kita sarapan bersama-sama," perintah Cantika pada salah satu pegawainya.Menjelang siang hari, hujan turun dengan deras. Padahal tadi pagi cuaca cerah dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Cuaca memang membingungkan akhir-akhir ini, mudah berubah seperti perasaan seseorang.Cantika kembali mendapatkan kiriman paket lewat ojol dari Yudi, kali ini bukan makanan melainkan suplemen kesehatan. Terdapat catatan cinta yang menem
Dua hari kemudian....Yudi di perbolehkan pulang dari rumah sakit, tak tega membiarkan bujang tua itu tinggal sendirian dalam keadaan lemah Cantika terpaksa menjemputnya dan membawanya pulang ke ruko tempat tinggalnya. Dalam diam, Yudi berjingkrak kegirangan. Wanita yang selalu bersikap acuh dan banyak melakukan penolakan padanya masih memberikan banyak perhatian untuknya.Tiba di ruko, Fadil membantu Cantika membawa barang milik Yudi. Sementara Cantika langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan yang tadi dia beli untuk Yudi di kantin rumah sakit. Resiko jadi wanita tidak bisa memasak, jika lapar dalam keadaan mendadak harus bersusah payah mencari warung makanan dulu.Cantika membawa nampan berisi makanan dan segelas air putih ke kamar Yudi. Dia meletakannua di atas meja lalu berniat segera pergi."Tunggu!" tahan Yudi."Ada apa lagi?" tanya Cantika."Suapi aku," Yudi merengek dengan nada manja. Cantika berkerut dahi, pria itu sudah diberi hati malah minta jantung."Paman, aku ha
Cantika turun dari sepeda motor milik Dion, dia mencopot helem yang dikenakannya dan memberikannya pada Dion. Sebuah tangan tiba-tiba mencengkram lengan Cantika dan menyeretnya pergi."Paman, tunggu! Aku belum mengucapkan terimakasih pada Dion. Dia sudah mentraktirku makan dan nonton film," Cantika melepaskan diri dari genggaman Yudi.Dion tidak suka Yudi bersikap seolah-olah Cantika adalah miliknya. Dia segera menghampiri Yudi dan mengajaknya untuk berbicara."Paman, kami sedang PDKT. Bisakah Paman tidak terlalu mengekang calon pacarku?" ucap Delon santai.Cantika mendelik, dia tidak menyangka Delon berani membuat kebohongan seperti itu. Dia melempar pandangan ke arah Yudi, pria berwajah oval itu nampak sangat marah. Urat syaraf di area lehernya sampai terlihat menyembul keluar."Ingin mendekatinya? Jangan mimpi! Langkahi dulu mayatku!" ucap Yudi."Maaf, Paman. Tak bisakah anda bersikap wajar, anda itu Pamannya tapi bersikap seolah-olah Cantika adalah...." Dion menahan ucapannya."Ca
Siang hari, sekitar pukul 11.00 wib. Renata datang berkunjung ke rumah Sonia untuk bertanya kabar sekaligus meminta saran tentang rencana lamaran Cantika. Renata tak menyangka kedatangannya kali ini disambut dengan baik, mengingat di masa lalu Sonia sangat membencinya karena selalu mengusik kehidupan Milla sahabat baiknya.Seperti Tuan rumah pada umumnya, Sonia menyediakan makanan dan minuman ringan untuk Renata. Dan Renata dia menyerahkan oleh-oleh yang dia bawa dari rumah, kue kering tiga jenis buatan asisten rumah tangganya."Tumben mau berkunjung ke sini? Ada yang perlu aku bantu?" Sonia to the poin."Sonia, aku sedang mempersiapkan acara lamaran dan pernikahan putriku. Ada saran atau tips dari pengalamanmu yang baru saja menggelar pernikahan anak-anakmu?" sahut Renata."Oh, tentu! Beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain: pertama, tentukan tanggal dan lokasi acara. Lalu, buat daftar tamu dan pastikan tempat bisa menampung mereka. Jangan lupa siapkan vendor untuk katering,
Pesta pertunangan Cantika dan Yudi diadakan secara meriah. Mereka mengundang banyak kerabat, teman dan tetangga rumah. Renata sampai menyewa artis pop ternama untuk menghibur para tamu yang datang.Diluar dugaan, Dion datang memenuhi undangan Cantika. Cantika senang karena itu berarti Dion masih menganggapnya sebagai teman. Dion dan Cantika bersalaman, tak lupa Dion memberikan sebuah bingkisan sebagai hadiah pertunangan Cantika dengan Yudi.Keduanya mengobrol dari hati ke hati, membuat Yudi yang sedang sibuk berbincang dengan temannya langsung berhenti dan menghampiri mereka. Rasa cemburu di hati Yudi masih ada, meskipun Cantika telah memilihnya."Terimakasih sudah mau datang ke sini, silahkan nikmati hidangannya di sana," ucap Yudi. Dia mencoba menjauhkan Dion secara halus dari Cantika agar Dion tidak merasa tersinggung."Hem, oke," sahut Dion malas sambil berlalu pergi."Aku belum selesai bicara dengannya, Paman memintanya pergi?" protes Cantika kesal."Panggil aku Mas mulai sekara
Cantika memutuskan untuk tinggal di rumah Ibunya beberapa hari, dia ingin menyelidiki wanita itu secara diam-diam dan perlahan. Renata begitu baik padanya selama ini, Cantika sedikit ragu kalau Ibunya ada hubungannya dengan kebakaran rumah yang menewaskan Ayah dan Ibu sambung Cantika.Cantika pergi ke dapur, dia mencari makanan untuk sarapan. Cantika baru sadar kalau rumah itu sepi, Ayah sambung dan Ibunya entah pergi ke mana.Rumah sebesar itu hanya di huni oleh dua orang, dua hari sekali akan ada asisten datang untuk bersih-bersih. Sementara untuk makanan Renata biasa membeli secara online atau pesan pada tetangga yang punya usaha catering. Renata dan Cantika punya satu kesamaan yaitu sama-sama tidak bisa memasak.Selesai makan, Cantika keluar rumah. Dia melihat Alex baru saja turun dari mobil seorang diri. Pria itu menenteng beberapa plastik berisi barang belanjaan."Ayah dari mana?" tanya Cantika."Ayah dari pasar, belanja jajanan dan makanan cepat saji buat kamu,""Perhatian seka
Usai makan malam bersama, Cantika mengajak Renata bicara empat mata. Dia kembali membahas tentang pembagian hasil yang katanya uangnya akan ditransfer selesai makan malam. Bukannya menanggapi permintaan Cantika, Renata malah mengeluh dan mencari alasan untuk tidak menunaikan janjinya."Sudah ibu bilang, ibu lelah mau istirahat. Besok saja ya transfernya,""Nggak Bu, aku maunya sekarang,""Cantika, kenapa kamu jadi menuntut? Apa kamu curiga sama Ibu?""Apa salahnya menuntut hak sendiri? Toh restoran itu diwariskan Ayah untukku. Aku nggak curiga Bu, aku cuma mau Ibu menepati janji. Tinggal transfer saja apa susahnya?""Berani membentakku?"Alex keluar dari dapur dengan celemek yang masih menempel di badannya. Dia sedang cuci piring saat mendengar istri dan anaknya bertengkar. Keduanya saling membentak satu sama lain, mungkin suaranya sampai terdengar ke rumah tetangga dan membuat malu."Ada apa? Kenapa kalian bertengkar seperti itu?" tanya Alex. Dia memperhatikan Renata dan Cantika seca
Ruang istirahat khusus pegawai.Tomy duduk menyendiri, dia memikirkan tentang Agatha yang belum juga memberinya kabar setelah menerima pengakuan cinta darinya. Apakah gadis itu marah padanya? Atau, dia bersikap acuh karena ingin menjauhi Tomy dan menolak Tomy secara halus?"Bang, kok melamun?" suara Toni, adik Tomy, membuyarkan lamunannya. Toni duduk di sebelahnya dan menatapnya dengan penasaran. "Keliatannya serius banget. Ada masalah?"Tomy menggeleng cepat. "Nggak, cuma lagi capek aja."Toni mengernyit, jelas tidak percaya. "Yakin? Soalnya dari tadi mukamu kayak orang lagi galau. Habis di tolak cewek ya?"Tomy tertawa kecil, berusaha menutupi kegundahannya. "Nggak ada apa-apa. Udahlah, jangan banyak tanya."Toni menatap kakaknya dengan penuh selidik, tapi akhirnya memilih untuk tidak memaksa. "Yaudah, kalau kamu butuh cerita, aku ada di sini." Tomy hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Dalam hati, ia bertanya-tanya, sampai kapan ia harus menunggu jawaban dari Agatha? Apakah perasa
Dion menatap tunangannya, Icha, dengan senyum hangat. Hari ini adalah akhir pekan yang telah ia rencanakan sejak lama, sebuah kencan yang seharusnya hanya untuk mereka berdua. Namun, ide spontan muncul di benaknya, dan ia memutuskan untuk mengajak serta adiknya, Agatha, serta pegawainya, Tomi."Seru, kan? Kita bisa jalan bareng," kata Dion riang saat mereka berkumpul di depan mal.Agatha mengangguk senang. "Iya, setidaknya aku nggak merasa mengganggu kencan kalian."Tomi yang berdiri di sampingnya hanya tersenyum malu-malu. Sejak lama ia memendam perasaan terhadap Agatha, dan kesempatan ini adalah momen langka baginya untuk lebih dekat dengannya.Mereka memulai hari dengan makan siang di sebuah restoran favorit Icha. Sambil menyantap hidangan, obrolan mengalir dengan santai. Dion dan Icha sesekali bercanda mesra, sementara Agatha dan Tomi lebih banyak mendengar dan sesekali bertukar pandang canggung."Kamu nggak banyak bicara, Tom," kata Dion sambil menepuk pundak pegawainya. "Biasany
Acara pertunangan Icha dan Dion selesai, keduanya nampak bahagia, begitu juga dengan keluarga besar mereka. Tamu undangan mengucapkan selamat, terutama Cantika dan Yudi. Yudi menarik nafas lega karena akhirnya Dion menemukan pengganti Cantika di hatinya. Pria itu sempat khawatir suatu saat nanti Dion akan berusaha merebut Cantika kembali dari sisinya. "Jadi, kalian harus menunggu sampai berapa tahun lagi untuk menikah?" Tomi menyenggol lengan Dion pelan. "Segera setelah Icha lulus SMA kami akan menikah," sahut Dion. "Tapi aku ingin kuliah dan mengambil beberapa kursus lagi," keluh Icha. "Tenanglah, setelah menikah aku mengizinkanmu untuk kuliah dan ambil kursus," "Terimakasih, kamu baik sekali," "Baru tau kalau abangku baik?" Agatha menggoda Icha. "Dia baik karena ikut mendiang Ibuku, kalau dia ikut Ayahku hem..... Dia akan jadi seorang pemain," lanjut Icha. Hendri yang mendengar hal itu lngsung berjalan menghampiri putrinya dan menjewer telinganya pelan. Agatha mema
Jam istirahat sekolah, kantin. Icha dan agatha bertemu, Icha terus berkata belum siap untuk dilamar pada Agatha walaupun sebenarnya Icha telah cinta mati pada Dion. Bukan karena belum yakin, melainkan karena dia belum lulus sekolah SMA. "Jangan sekali-kali menolak tawaran baik dari abangku Icha, kamu tau kan? abangku itu banyak yang naksir. Kalau kamu kalah cepat nanti dia digoda sama cewek lain," "Iya juga sih, tapi...." Icha masih sedikit ragu. "Hanya lamaran saja kok, belum lulus juga nggak apa-apa," Agatha terus mengompori Icha agar mau dilamar oleh kakaknya.Fani dan Clarissa berjalan mendekati Icha, mereka duduk mengapit Icha di sebelah kanan dan kiri. Mereka sedikit bingung, akhir akhir ini Icha sering sekali bergaul dengan agatha. Sebenarnya ada hubungan apa diantara mereka berdua?Parahnya, Icha tidak pernah mengajak Fani dan Clarissa bergabung saat sedang bersama. Seolah mereka sedang membicarakan sesuatu yang rahasia."Icha sombong sekarang ya, lunga teman baru lupa sam
Hendri dan Agatha baru saja pulang dari jalan-jalan. Mereka membeli banyak barang belanjaan, hingga harus meminta bantuan supir untuk mengangkutnya. "Ayah pulang. Eh.... Ada siapa ini?" Hendri bertanya pada Dion yang sedang mengobrol dengan Icha berdua di ruang tv. Dia memperhatikan Icha dengan seksama, muda, cantik, rupanya Dion memiliki selera yang bagus. "Dia calon menantimu," sahut Agatha. "Oh, jadi ini yang namanya Icha?" "Iya, Om. Hallo, saya Icha," Icha memperkenalkan diri. "Hallo, saya Ayahnya Dion. Silahkan kalian berdua mengobrol, santai saja, anggap rumah sendiri," ujar Hendri. Dia membawa Agatha pergi dari ruangan itu agar tidak mengganggu momen bagus kakaknya. Icha menunduk malu, omongan Agatha tadi terngiang di telinganya. bisa bisanya icha dibilang calon mantu, padahal lamaran saja belum. Tapi dalam hati Icha merasa senang, itu artinya Icha di terima dengan baik oleh keluarga Dion. "Nanti aku antar pulang ya," ujar Dion. "Jangan, katanya kamu lagi sakit. Aku pul
Hari minggu tiba, Dion mengajak Icha pergi ke suatu tempat untuk makan siang bersama. Gadis itu tampil sangat imut dengan dres bunga yang memiliki banyak hiasan renda di bagian roknya. Dion tak bisa memalingkan pandangannya dari wajah gadis itu, membuat Icha salah tingkah karena di tatap secara berlebihan di tempat umum. Beberapa gadis di sekitar icha merasa cemburu, karena Dion memperlakukannya dengan sangat manis. "Jangan menatapku seperti itu kak, aku malu!" bisik Icha sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. "Kenapa harus malu? seharusnya kamu merasa beruntung karena di tatap dan di perhatikan oleh pria tampan sepertiku," seloroh Dion. "Heleh, kambuh lagi narsisnya," keluh Icha. Dion memesan banyak makanan, dia juga memesan empat gelas juice buah dan empat botol air mineral. Sementara di meja itu hanya duduk dua orang saja, Dion dan Icha. Icha sedikit bingung, sampai sepasang suami istri datang menghampiri meja mereka. Dia wanita yang pernah Icha lihat tempo hari sedang be
Dion baru saja membeli sebuah bunga untuk Icha, di dalam toko dia tak sengaja bertemu dengan Cantika. Alhasil, Dion mengajak Cantika duduk cantik di cafe sekitar untuk mengobrol dan bertukar kisah sebentar. Cantika terlihat lebih cantik, lebih gemuk dari biasanya. Wajahnya cerah, ceria, suaminya benar-benar mengurusnya dengan baik. Dion ikut bahagia, karena teman sekaligus cinta pertamanya nampak sangat bahagia dengan kehidupannya. "Bagaimana kabarmu?" tanya Dion. "Baik. Kamu sendiri bagaimana?" "Baik juga," "Siapa nama bocah SMA yang kamu kencani itu hem?" goda Cantika. "Namanya Icha, dia manis, imut dan lucu," "Seleramu sudah berubah ternyata," "Ha.... Ha.... Ha.... Tidak ada yang tau tentang nasib orang kedepannya bukan?" Dion dan Cantika asyik berbincang, mereka menceritakan tentang kehidupan masing-masing. Cantika yang telah jadi IRT lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, sementara dion yang jadi pebisnis lebih sering ada di luar daripada ada di rumah. Tanpa
Agatha keluar dari kelas, dia berjalan mengendap-endap mengikuti ke arah Icha pergi. Agatha ingin menangkap basah Kakaknya yang masih meluangkan waktu untuk antar jemput Icha walaupun pekerjaannya banyak. Tapi pria itu selalu menolak kalau Agatha yang minta diantar jemput. Sepertinya Dion lebih sayang dan perhatian pada kekasihnya daripada Agatha, hal itu membuat Agatha cemburu, iri dan dengki. Dion membuka pintu mobil, saat Icha hendak masuk tiba tiba Agatha muncul. Dia menahan Icha dan mendorongnya menjauh, kemudian Agatha masuk dan duduk di kursi mobil paling depan. "Agatha, kamu apa apaan si?" omel Dion. "Biar dia duduk di kursi belakang," seloroh Agatha. "Heh, kamu itu sudah punya supir pribadi. Kenapa juga harus ikut nyempil di sini? Abang mau pacaran tau tidak? Ganggu saja! Cepat keluar dari sini!" usir Dion. "Sudah lah kak, jangan ribut. Malu dilihat orang, biar aku duduk di belakang saja," Icha menengahi. Agatha tersenyum, dia senang karena Icha mau mengalah untukn
Agatha mendekati Kakaknya yang sedang makan sambil main ponsel di dapur. Dia mengendap seperti maling karena ingin membuat pria itu terkejut tapi gagal. "Aku tau kamu mau membuatku terkejut, Agatha," "Kok bisa tau?" "Parfummu bisa kucium dari jarak lima puluh kilo meter," "Alah, lebay!" Agatha menyeret kursi, dia duduk tepat di hadapan Dion. Berita Dion telah memiliki pacar tersebar luas, Tomi pelaku gosip itu menyebar hingga seantero kota X. "Siapa gadis itu?" "Apa maksudmu Agatha?" Dion keluar dari game dan meletakan ponselnya. "Siapa gadis bodoh yang mau menjadi pacarmu itu?" "Dia teman sekolahmu, juga teman les karate mu," Kemarin saat menjemput Icha, dia tak sengaja melihat Icha dan agatha tengah berbincang di taman sekolah. Keduanya tampak akur dan dekat, seolah olah sudah menjadi teman lama. "Siapa namanya?" "icha," "Hah? dia adik kelasku dan umurnya belum genap tujuh belas tahun? kakak mengencani anak di bawah umur?" Agatha sedikit terkejut. Tapi itula