"Sial! Mana bisa dia yang menang?" Vincent melempar ponselnya sendiri di atas meja setelah membaca berita keputusan pemenang proyek dua hari yang lalu. Nama perusahaan Nada terpampang sebagai pemenang unggul dengan nilai poin tertinggi."Bocah itu mengalahkan aku?" gerutunya lagi. "Semua ini pasti karena campur tangan Ethan dan Michael. Tidak mungkin Nada bisa menang begitu saja tanpa mereka. Dasar licik! Mereka tidak terjun langsung menggunakan perusahaan, tapi menipu semua orang menggunakan istri dan menantu," sambungnya dengan seringai marah.Vincent benar-benar marah karena dia kalah dan tidak memenangkan tender proyek itu. Namun, kemarahannya bukan semata-mata karena dia kalah. Andai bukan Nada pemenangnya, mungkin dia bisa menerima, meski kesal juga, tapi tidak akan semarah ini.Awalnya dia pikir setelah identitas Ethan sebagai orang kaya dan terpandang terkuak, yang menjadi menantu keluarga Andrew adalah Nada, derajat keluarga dan perusahaannya akan stabil dan bisa dikatakan m
"Kamu yakin Nada bekerja di sini?" Vincent tidak yakin saat Dolly membawanya ke Perusahaan Alexan. Perusahaan itu memang salah satu perusahaan milik keluarga Andrew. Hanya saja kemarin saat Nada mengikuti persaingan tender proyek tidak menggunakan nama perusahaan itu, melainkan perusahaan lain."Terakhir yang aku tau dia memang bekerja di sini," jawab Dolly.Wanita itu mengedarkan pandang ke sekitar."Biar aku tanya," sambungnya, lalu berjalan ke arah bagian customer service."Selamat pagi, Nyonya."Kedatangan Dolly langsung disambut hangat dan ramah oleh petugas. Petugas juga menanyakan keperluan Dolly dan menawarkan bantuan yang bisa dilakukan untuknya."Aku ingin bertemu dengan Nada," jawab Dolly sedikit ketus layaknya wanita sombong. Bahkan mimik dan ekspresinya seolah menunjukkan bila hubungannya dengan Nada dekat."Maaf, Nyonya. Apakah Anda sudah membuat janji?" "Janji? Aku ini ibunya. Apakah aku juga harus membuat janji untuk menemuinya?" "Ibu?" Petugas terkejut bercampur
Saat melihat wanitanya berdiri dan terdiam memandangi dunia luar lewat dinding kaca, Ethan yang baru datang dan masuk ke dalam ruang kerja Nada tersenyum. Dengan langkah lebar, namun halus mendekat."Apa gugup?" Ethan tiba-tiba memeluk Nada dari arah belakang.Ada kejutan kecil dalam dirinya, tapi dengan cepat Nada tersenyum menyambut kehangatan yang diberikan Ethan di kala hatinya sedang gundah."Iya," jawabnya membalas tangan Ethan.Ethan telah menjelaskan semua kemungkinan yang akan dibicarakan Vincent dan Dolly saat mereka bertemu. Dia juga yang mengatur pertemuan mereka dan menyusun siasat apa saja yang harus dilakukan Nada menanggapi Vincent dan Dolly. Hanya saja Nada masih merasa gugup."Ruangan ini rasanya panas," ucap Nada masih dalam pelukan Ethan.Ethan mengangkat wajah, melebarkan mata melihat AC yang bergantung. Suhu telah disetel ke angka terendah, tapi istrinya masih merasa gerah. Dia pun tersenyum, lalu melepaskan tangan dari pinggang Nada. Ethan menyentuh kedua punda
"Ya, aku akan membayar semua yang telah kalian keluarkan untuk istriku selama tinggal bersama kalian," jawab Ethan dengan senyum serius."Ethan?" Nada kaget dan tidak menyangka Ethan langsung menyetujui permintaan mereka. Bahkan suaminya itu langsung meminta Vidor memberikan cek padanya untuk ditulis dan ditandatangangi sesuai dengansejumlah uang yang tertera dalam rincian yang diberikan Dolly dan Vincent padanya. Padahal sebelumnya Ethan mengatakan agar dia tidak mudah terpengaruh oleh bujuk dan rayu mereka, apalagi tersentuh oleh tangisan yang mungkin saja dilakukan Dolly untuk menarik simpatinya.Ethan tersenyum menanggapi keterkejutan Nada. Dia terus menulis dan membubuhkan tanda tangan pada lembaran cek yang diberikan Vidor, lalu memisahkan dari yang lainnya dan mengangkatnya di depan mereka."Dalam cek ini, tertulis nominal yang kalian gunakan selama istriku tinggal bersama kalian," ucap Ethan memperlihatkan isi cek yang dia tulis.Melihat Ethan langsung menyetujui permintaanny
"Vidor, Serly!"Karena mereka tidak juga kembali duduk dan memilih berdiri mematung, Ethan memerintahkan Vidor dan Serly memaksa mereka duduk."Ethan." Nada menyentuh lengan Ethan.Dia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Melihat suaminya seperti itu, Nada merasa ada hal yang sangat serius dan penting. Bahkan sampai membuat suasana semakin mencekam membuat Nada semakin penasaran dan tidak sabar.Sekali lagi senyum Ethan berbeda saat menghadapi Nada. Senyumnya sangat manis. Bahkan dalam aura wajah tampannya, sama sekali tidak menunjukkan adanya kemarahan. Hanya saja berbeda saat kembali melihat dan menatap Dolly juga Vincent, sorot mata Ethan penuh dengan kemarahan dan menunjukkan gigi taringnya yang tajam, yang siap mencabik daging tubuh mereka."Aku atau kalian yang akan menjelaskan?" tanyanya kembali memberi mereka pilihan.Lagi-lagi mereka hanya terdiam dikuasai rasa takut mencekam. Dolly dan Vincent saling menggenggam dengan erat menya
"Maafkan aku." Ethan memeluk erat dan membiarkan Nada menangis untuk meluapkan segala kesedihannya.Dia merasa bersalah karena baru sekarang memberitahu Nada. Ethan juga merasa bersalah karena baru mengetahui kalau orang tua Nada telah meninggal dan penyebabnya adalah Vincent. "Kalau bukan karena proyek ini, mungkin aku juga tidak mengetahuinya," ucap Ethan sembari terus memeluk dan menghibur Nada.Ya. Ethan juga merasa kaget setelah mengetahui bila perusahaan Vincent ternyata memiliki sejarah kepemilikan yang lain. Merasa curiga, dia pun menyelidiki dan akhirnya menemukan kenyataan yang sangat mengejutkan.Nada mengendurkan pelukan dan merenggangkan tubuh mereka, lalu mengangkat wajah melihat wajah Ethan. Wajah basahnya dihiasi mata sembab, matanya pun merah sayu terlihat sangat berantakan."Apa kamu juga menemukan di mana makam mereka?" tanyanya dengan suara serak dan kembali rasanya ingin menangis."Emm." Ethan mengangguk. "Aku sudah mencari tau da
"Mereka pantas mendapatkannya," ucap Ethan dalam. Suara dan nada bicaranya, tersirat dengan jelas betapa kecewa dan bencinya.Ethan lantas melepaskan tangannya dari wajah Nada, lalu duduk lurus. Wajahnya berpaling menatap kosong ke samping, ke luar jendela kaca. Kali ini tidak dapat menutupi kesedihan dan rasa dendam. Sorot matanya penuh dengan api dendam dan kebencian. Kesalahan yang Danica dan Erina perbuat sangat besar sehingga sedikit pun tidak ada celah dalam hatinya untuk kata maaf bagi mereka.Danica dan Erina bukan hanya telah menyakiti wanita yang dicintai saja, mereka telah membunuh benih cinta yang sempat hadir dan memberi kebahagiaan singkat dalam pernikahan mereka. Bukan hanya itu saja, karena ulah mereka, dia juga hampir kehilangan Nada."Ethan." Nada menyentuh tangan Ethan dan menggenggamnya lembut.Melihat kesedihan pada wajah suaminya dan juga sorot mata yang terakhir dilihat sebelum Ethan berpaling dan menghindar, hatinya terasa sakit dan sesak. Ya
"Siapa yang kamu panggil kakak? Aku bukan kakakmu," seru Ethan dengan suara lantang penuh kemarahan dan benci. "Aku tidak pernah memiliki adik seorang pembunuh," sambungnya."Kak, maafkan aku. Aku menyesal," ucap Erina lagi.Erina terus meminta maaf dan merengek meminta diampuni juga dilepaskan dari siksaan yang diberikan padanya secara bertubi-tubi, bahkan tiada henti. Bukan hanya siksaan tubuh saja yang diberikan oleh orang-orang suruhan Ethan, tapi juga siksaan jiwa hingga mereka merasa ketakutan dan benar-benar menyesal."Ethan, tolong bunuh aku saja! Aku sudah tidak sanggup lagi," mohon Danica dengan suara lemah tak berdaya.Bukan hanya Erina saja yang merenggek meminta pengampunan pada Ethan saat melihat Ethan melakukan video call, tapi Danica juga merengek. Bahkan wanita itu meminta Ethan membunuhnya saja karena dia sudah tidak sanggup lagi menanggung siksaan yang diberikan Ethan untuk membalas perbuatannya.Erina dan Danica yang awalnya memiliki tubuh ind