"Vidor, Serly!"Karena mereka tidak juga kembali duduk dan memilih berdiri mematung, Ethan memerintahkan Vidor dan Serly memaksa mereka duduk."Ethan." Nada menyentuh lengan Ethan.Dia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Melihat suaminya seperti itu, Nada merasa ada hal yang sangat serius dan penting. Bahkan sampai membuat suasana semakin mencekam membuat Nada semakin penasaran dan tidak sabar.Sekali lagi senyum Ethan berbeda saat menghadapi Nada. Senyumnya sangat manis. Bahkan dalam aura wajah tampannya, sama sekali tidak menunjukkan adanya kemarahan. Hanya saja berbeda saat kembali melihat dan menatap Dolly juga Vincent, sorot mata Ethan penuh dengan kemarahan dan menunjukkan gigi taringnya yang tajam, yang siap mencabik daging tubuh mereka."Aku atau kalian yang akan menjelaskan?" tanyanya kembali memberi mereka pilihan.Lagi-lagi mereka hanya terdiam dikuasai rasa takut mencekam. Dolly dan Vincent saling menggenggam dengan erat menya
"Maafkan aku." Ethan memeluk erat dan membiarkan Nada menangis untuk meluapkan segala kesedihannya.Dia merasa bersalah karena baru sekarang memberitahu Nada. Ethan juga merasa bersalah karena baru mengetahui kalau orang tua Nada telah meninggal dan penyebabnya adalah Vincent. "Kalau bukan karena proyek ini, mungkin aku juga tidak mengetahuinya," ucap Ethan sembari terus memeluk dan menghibur Nada.Ya. Ethan juga merasa kaget setelah mengetahui bila perusahaan Vincent ternyata memiliki sejarah kepemilikan yang lain. Merasa curiga, dia pun menyelidiki dan akhirnya menemukan kenyataan yang sangat mengejutkan.Nada mengendurkan pelukan dan merenggangkan tubuh mereka, lalu mengangkat wajah melihat wajah Ethan. Wajah basahnya dihiasi mata sembab, matanya pun merah sayu terlihat sangat berantakan."Apa kamu juga menemukan di mana makam mereka?" tanyanya dengan suara serak dan kembali rasanya ingin menangis."Emm." Ethan mengangguk. "Aku sudah mencari tau da
"Mereka pantas mendapatkannya," ucap Ethan dalam. Suara dan nada bicaranya, tersirat dengan jelas betapa kecewa dan bencinya.Ethan lantas melepaskan tangannya dari wajah Nada, lalu duduk lurus. Wajahnya berpaling menatap kosong ke samping, ke luar jendela kaca. Kali ini tidak dapat menutupi kesedihan dan rasa dendam. Sorot matanya penuh dengan api dendam dan kebencian. Kesalahan yang Danica dan Erina perbuat sangat besar sehingga sedikit pun tidak ada celah dalam hatinya untuk kata maaf bagi mereka.Danica dan Erina bukan hanya telah menyakiti wanita yang dicintai saja, mereka telah membunuh benih cinta yang sempat hadir dan memberi kebahagiaan singkat dalam pernikahan mereka. Bukan hanya itu saja, karena ulah mereka, dia juga hampir kehilangan Nada."Ethan." Nada menyentuh tangan Ethan dan menggenggamnya lembut.Melihat kesedihan pada wajah suaminya dan juga sorot mata yang terakhir dilihat sebelum Ethan berpaling dan menghindar, hatinya terasa sakit dan sesak. Ya
"Siapa yang kamu panggil kakak? Aku bukan kakakmu," seru Ethan dengan suara lantang penuh kemarahan dan benci. "Aku tidak pernah memiliki adik seorang pembunuh," sambungnya."Kak, maafkan aku. Aku menyesal," ucap Erina lagi.Erina terus meminta maaf dan merengek meminta diampuni juga dilepaskan dari siksaan yang diberikan padanya secara bertubi-tubi, bahkan tiada henti. Bukan hanya siksaan tubuh saja yang diberikan oleh orang-orang suruhan Ethan, tapi juga siksaan jiwa hingga mereka merasa ketakutan dan benar-benar menyesal."Ethan, tolong bunuh aku saja! Aku sudah tidak sanggup lagi," mohon Danica dengan suara lemah tak berdaya.Bukan hanya Erina saja yang merenggek meminta pengampunan pada Ethan saat melihat Ethan melakukan video call, tapi Danica juga merengek. Bahkan wanita itu meminta Ethan membunuhnya saja karena dia sudah tidak sanggup lagi menanggung siksaan yang diberikan Ethan untuk membalas perbuatannya.Erina dan Danica yang awalnya memiliki tubuh ind
"Ethan, boleh hari ini aku tidak kerja?" tanya Nada di saat mereka masih bercengkerama di peraduan pagi ini."Kenapa? Apa kamu sakit?" Ethan khawatir, lalu dengan seksama memeriksa wajah Nada."Tidak, Sayang." Nada menyentuh dan menahan tangan Ethan pada wajahnya. Bibirnya tersenyum, sorot matanya teduh berbinar meyakinkan."Aku tidak sakit," sambung Nada.Bola mata Ethan bergerak-gerak menilik ke dalam manik mata indah Nada mencari kejujuran istrinya."Lalu?" Meski dalam sorot mata Nada tidak didapatkan kebohongan, tapi dia masih khawatir. Tidak seperti biasanya Nada seperti ini. Bahkan setiap pagi di saat mata terbuka, istrinya itu tampak semangat. Apalagi setelah mengambil alih perusahaan papanya yang telah dikuasi oleh Vincent, Nada selalu bersemangat membangun kejayaan perusahaan itu.Sedangkan Vincent dan Dolly, karena perbuatan mereka di masa lampau terhadap mendiang kedua orangtuanya, mereka harus menebus dosa itu dengan mendekam di penjara. Meski telah meminta maaf, tapi
"Katakan yang sebenarnya! Aku siap mendengar dan menerima apa pun hasilnya," jawab Nada.Meski jantungnya berdegup cepat dan dadanya berdebar hebat, bahkan rasa takut menerima kenyataan tiba-tiba menyelimutinya, tapi dia telah siap mendengar apa pun hasil pemeriksaannya hari ini. Tekad dan dirinya telah bulat untuk mencari tau apa yang selama ini menjadi ganjalan dalam hati."Nyonya, hasil pemeriksaan kali ini, aku akan mengatakan dengan jujur," ucap dokter."Ya, aku harap begitu," desah Nada. Sebenarnya dalam hati ada rasa kecewa karena dia yakin selama ini Ethan dan dokter menyembunyikan hasil pemeriksaan yang sebenarnya tentang kondisi rahimnya.Dokter itu pun tersenyum ringan melihat ekspresi Nada."Kali ini, kondisi rahim dan tubuh Anda baik-baik saja dan aku rasa sudah tidak ada masalah lagi," ucap dokter. Nada tersenyum kecut. Setiap kali melakukan kontrol dan pemeriksaan, kata-kata itu yang dia dengar dan bisa dikatakan tanpa mengatakan lagi, Nada sudah hafal."Mungkin kalau
"Sayang, maaf, mungkin aku akan pulang sedikit malam. Tidurlah terlebih dahulu, jangan menunggu aku pulang!" ucap Ethan dari seberang sana.Senyum Nada menghilang, kerutan pada pipinya pun perlahan memudar. Bola mata yang tadi berbinar perlahan bergerak ke arah meja yang penuh dengan menu makanan beserta bunga. Hatinya membeku dan dingin seperti lilin tanpa nyala api.Tiba-tiba dalam kepalanya terbesit perkataan sang dokter saat melakukan pemeriksaan. Dokter itu memuji kehebatan Ethan. Sebagai pria normal, suaminya itu mampu bertahan hingga beberapa waktu lamanya untuk tidak melakukan hubungan intim adalah hal yang luar biasa. Saat itu juga Nada merasa merinding. Dadanya terasa sangat sesak dan hidungnya terasa perih. Ada benda tak berwujud yang mengiris hatinya hingga terasa sakit dan perih."Sayang," panggil Ethan karena tidak segera mendapat tanggapan.Cepat-cepat Nada menarik napas dalam dan menghembuskan secara perlahan sembari memejamkan mata. Bibirnya terpaksa tersenyum simpul
"Mandilah! Air hangatnya sudah siap," ucap Nada sembari berjalan ke luar dari kamar mandi mendekati Ethan.Ethan meletakkan ponselnya, lalu beranjak dari tempat tidur dan berjalan menyambut kedatangan Nada."Terima kasih, Sayang," ucap Ethan sembari memberi kecupan kilat pada bibir Nada. "Tunggu aku di tempat tidur!" sambungnya dengan senyum dan sorot mata teduh."Emm." nada mengangguk. "Aku akan siapkan pakaian untukmu."Lagi-lagi Ethan tidak membiarkan Nada lepas begitu saja dari tangannya, sebelum istrinya itu pergi, satu kecupan lagi mendarat pada pucuk kepala Nada sebagai tanda cinta dan ucapan terima kasih atas pelayanan yang tulus. Nada adalah obat lelah yang paling mujarab yang dimilikinya. Meski tingkat lelah yang dirasakan tinggi, tapi saat melihat senyum istrinya, semangat dan gairahnya kembali normal. Bahkan kembali bersemangat dan terbawa sampai di dalam kamar mandi. Ethan terus bersenandung selama mandi."Sayang!" panggil Ethan.Masih berlilitkan handuk pada tubuhnya, b
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber