"Ya, aku akan membayar semua yang telah kalian keluarkan untuk istriku selama tinggal bersama kalian," jawab Ethan dengan senyum serius."Ethan?" Nada kaget dan tidak menyangka Ethan langsung menyetujui permintaan mereka. Bahkan suaminya itu langsung meminta Vidor memberikan cek padanya untuk ditulis dan ditandatangangi sesuai dengansejumlah uang yang tertera dalam rincian yang diberikan Dolly dan Vincent padanya. Padahal sebelumnya Ethan mengatakan agar dia tidak mudah terpengaruh oleh bujuk dan rayu mereka, apalagi tersentuh oleh tangisan yang mungkin saja dilakukan Dolly untuk menarik simpatinya.Ethan tersenyum menanggapi keterkejutan Nada. Dia terus menulis dan membubuhkan tanda tangan pada lembaran cek yang diberikan Vidor, lalu memisahkan dari yang lainnya dan mengangkatnya di depan mereka."Dalam cek ini, tertulis nominal yang kalian gunakan selama istriku tinggal bersama kalian," ucap Ethan memperlihatkan isi cek yang dia tulis.Melihat Ethan langsung menyetujui permintaanny
"Vidor, Serly!"Karena mereka tidak juga kembali duduk dan memilih berdiri mematung, Ethan memerintahkan Vidor dan Serly memaksa mereka duduk."Ethan." Nada menyentuh lengan Ethan.Dia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Melihat suaminya seperti itu, Nada merasa ada hal yang sangat serius dan penting. Bahkan sampai membuat suasana semakin mencekam membuat Nada semakin penasaran dan tidak sabar.Sekali lagi senyum Ethan berbeda saat menghadapi Nada. Senyumnya sangat manis. Bahkan dalam aura wajah tampannya, sama sekali tidak menunjukkan adanya kemarahan. Hanya saja berbeda saat kembali melihat dan menatap Dolly juga Vincent, sorot mata Ethan penuh dengan kemarahan dan menunjukkan gigi taringnya yang tajam, yang siap mencabik daging tubuh mereka."Aku atau kalian yang akan menjelaskan?" tanyanya kembali memberi mereka pilihan.Lagi-lagi mereka hanya terdiam dikuasai rasa takut mencekam. Dolly dan Vincent saling menggenggam dengan erat menya
"Maafkan aku." Ethan memeluk erat dan membiarkan Nada menangis untuk meluapkan segala kesedihannya.Dia merasa bersalah karena baru sekarang memberitahu Nada. Ethan juga merasa bersalah karena baru mengetahui kalau orang tua Nada telah meninggal dan penyebabnya adalah Vincent. "Kalau bukan karena proyek ini, mungkin aku juga tidak mengetahuinya," ucap Ethan sembari terus memeluk dan menghibur Nada.Ya. Ethan juga merasa kaget setelah mengetahui bila perusahaan Vincent ternyata memiliki sejarah kepemilikan yang lain. Merasa curiga, dia pun menyelidiki dan akhirnya menemukan kenyataan yang sangat mengejutkan.Nada mengendurkan pelukan dan merenggangkan tubuh mereka, lalu mengangkat wajah melihat wajah Ethan. Wajah basahnya dihiasi mata sembab, matanya pun merah sayu terlihat sangat berantakan."Apa kamu juga menemukan di mana makam mereka?" tanyanya dengan suara serak dan kembali rasanya ingin menangis."Emm." Ethan mengangguk. "Aku sudah mencari tau da
"Mereka pantas mendapatkannya," ucap Ethan dalam. Suara dan nada bicaranya, tersirat dengan jelas betapa kecewa dan bencinya.Ethan lantas melepaskan tangannya dari wajah Nada, lalu duduk lurus. Wajahnya berpaling menatap kosong ke samping, ke luar jendela kaca. Kali ini tidak dapat menutupi kesedihan dan rasa dendam. Sorot matanya penuh dengan api dendam dan kebencian. Kesalahan yang Danica dan Erina perbuat sangat besar sehingga sedikit pun tidak ada celah dalam hatinya untuk kata maaf bagi mereka.Danica dan Erina bukan hanya telah menyakiti wanita yang dicintai saja, mereka telah membunuh benih cinta yang sempat hadir dan memberi kebahagiaan singkat dalam pernikahan mereka. Bukan hanya itu saja, karena ulah mereka, dia juga hampir kehilangan Nada."Ethan." Nada menyentuh tangan Ethan dan menggenggamnya lembut.Melihat kesedihan pada wajah suaminya dan juga sorot mata yang terakhir dilihat sebelum Ethan berpaling dan menghindar, hatinya terasa sakit dan sesak. Ya
"Siapa yang kamu panggil kakak? Aku bukan kakakmu," seru Ethan dengan suara lantang penuh kemarahan dan benci. "Aku tidak pernah memiliki adik seorang pembunuh," sambungnya."Kak, maafkan aku. Aku menyesal," ucap Erina lagi.Erina terus meminta maaf dan merengek meminta diampuni juga dilepaskan dari siksaan yang diberikan padanya secara bertubi-tubi, bahkan tiada henti. Bukan hanya siksaan tubuh saja yang diberikan oleh orang-orang suruhan Ethan, tapi juga siksaan jiwa hingga mereka merasa ketakutan dan benar-benar menyesal."Ethan, tolong bunuh aku saja! Aku sudah tidak sanggup lagi," mohon Danica dengan suara lemah tak berdaya.Bukan hanya Erina saja yang merenggek meminta pengampunan pada Ethan saat melihat Ethan melakukan video call, tapi Danica juga merengek. Bahkan wanita itu meminta Ethan membunuhnya saja karena dia sudah tidak sanggup lagi menanggung siksaan yang diberikan Ethan untuk membalas perbuatannya.Erina dan Danica yang awalnya memiliki tubuh ind
"Ethan, boleh hari ini aku tidak kerja?" tanya Nada di saat mereka masih bercengkerama di peraduan pagi ini."Kenapa? Apa kamu sakit?" Ethan khawatir, lalu dengan seksama memeriksa wajah Nada."Tidak, Sayang." Nada menyentuh dan menahan tangan Ethan pada wajahnya. Bibirnya tersenyum, sorot matanya teduh berbinar meyakinkan."Aku tidak sakit," sambung Nada.Bola mata Ethan bergerak-gerak menilik ke dalam manik mata indah Nada mencari kejujuran istrinya."Lalu?" Meski dalam sorot mata Nada tidak didapatkan kebohongan, tapi dia masih khawatir. Tidak seperti biasanya Nada seperti ini. Bahkan setiap pagi di saat mata terbuka, istrinya itu tampak semangat. Apalagi setelah mengambil alih perusahaan papanya yang telah dikuasi oleh Vincent, Nada selalu bersemangat membangun kejayaan perusahaan itu.Sedangkan Vincent dan Dolly, karena perbuatan mereka di masa lampau terhadap mendiang kedua orangtuanya, mereka harus menebus dosa itu dengan mendekam di penjara. Meski telah meminta maaf, tapi
"Katakan yang sebenarnya! Aku siap mendengar dan menerima apa pun hasilnya," jawab Nada.Meski jantungnya berdegup cepat dan dadanya berdebar hebat, bahkan rasa takut menerima kenyataan tiba-tiba menyelimutinya, tapi dia telah siap mendengar apa pun hasil pemeriksaannya hari ini. Tekad dan dirinya telah bulat untuk mencari tau apa yang selama ini menjadi ganjalan dalam hati."Nyonya, hasil pemeriksaan kali ini, aku akan mengatakan dengan jujur," ucap dokter."Ya, aku harap begitu," desah Nada. Sebenarnya dalam hati ada rasa kecewa karena dia yakin selama ini Ethan dan dokter menyembunyikan hasil pemeriksaan yang sebenarnya tentang kondisi rahimnya.Dokter itu pun tersenyum ringan melihat ekspresi Nada."Kali ini, kondisi rahim dan tubuh Anda baik-baik saja dan aku rasa sudah tidak ada masalah lagi," ucap dokter. Nada tersenyum kecut. Setiap kali melakukan kontrol dan pemeriksaan, kata-kata itu yang dia dengar dan bisa dikatakan tanpa mengatakan lagi, Nada sudah hafal."Mungkin kalau
"Sayang, maaf, mungkin aku akan pulang sedikit malam. Tidurlah terlebih dahulu, jangan menunggu aku pulang!" ucap Ethan dari seberang sana.Senyum Nada menghilang, kerutan pada pipinya pun perlahan memudar. Bola mata yang tadi berbinar perlahan bergerak ke arah meja yang penuh dengan menu makanan beserta bunga. Hatinya membeku dan dingin seperti lilin tanpa nyala api.Tiba-tiba dalam kepalanya terbesit perkataan sang dokter saat melakukan pemeriksaan. Dokter itu memuji kehebatan Ethan. Sebagai pria normal, suaminya itu mampu bertahan hingga beberapa waktu lamanya untuk tidak melakukan hubungan intim adalah hal yang luar biasa. Saat itu juga Nada merasa merinding. Dadanya terasa sangat sesak dan hidungnya terasa perih. Ada benda tak berwujud yang mengiris hatinya hingga terasa sakit dan perih."Sayang," panggil Ethan karena tidak segera mendapat tanggapan.Cepat-cepat Nada menarik napas dalam dan menghembuskan secara perlahan sembari memejamkan mata. Bibirnya terpaksa tersenyum simpul