"Hei, barangku mau dibawa ke mana?" seru Nada.Baru juga masuk ke dalam ruang kerjanya, Nada dikejutkan oleh dua pria yang mengemasi barangnya, dokumen dan beberapa lembar kerjanya, termasuk beberapa desain miliknya. Nada langsung bergegas mendekati mereka dan berusaha mencegah mereka memasukkan dan mengangkut barangnya."Hei, jangan bawa barangku!" Rupanya kedua pria tadi tidak mendengar seruannya, makanya tidak menghentikan kerjanya. Mungkin karena serius bekerja menjalankan perintah dengan baik dan benar."Nyonya," sapa salah satu dari mereka kaget melihat keberadaan Nada di depan mereka."Mau kalian bawa ke mana barang dan pekerjaanku?" tanyanya dengan kesal dan mata melotot. Kedua tangannya berkacak pinggang.Dua pria itu saling beradu pandang, lalu kembali melihat Nada."Maaf, Nyonya. Kami hanya menjalankan perintah saja," jawab salah satu dari mereka."Perintah?""Benar, Nyonya."Nada menurunkan kedua tangannya bersamaan dengan menurunkan emosinya. Dia mengerti dan paham perin
"Sayang, aku pergi dulu. Kamu jaga diri dan jangan terlalu lelah bekerja! Kalau lelah, istirahat di ruanganku saja!" ucap Ethan saat mengantar Nada bekerja sampai di ruangannya.Pagi ini Ethan akan pergi bersama Vidor untuk menyelesaikan masalah pekerjaan yang lain. Dia tidak bisa menjanjikan akan pulang siang atau sore, hanya saja Ethan telah memberi pesan pada Serly untuk menjaga istrinya."Iya. Nanti kalau aku ngantuk, aku ke sana dan tidur," jawab Nada. Pagi ini dia menjadi penurut dan bersikap manis. Nada seperti Nada seperti biasanya menunjukkan pengertian.Ethan tersenyum sembari menyentuh wajah Nada."Andai semua pekerjaan bisa dilakukan di tempat saja, rasanya aku ingin 24 jam bersamamu," ucap Ethan dengan tatapan penuh daya tarik."Jangan terlalu lebay, Ethan! Istrimu ini bukan wanita lemah yang setiap saat harus kamu jaga."Nada pun membalas ucapan Ethan dengan cubitan pada ujung hidung Ethan. Karena saat ini mereka sedang berdiri dengan kedua tangan Nada melingkar pada leh
"Iya, Pa. Nanti kami ke sana setelah pulang kerja," ucap Ethan dengan wajah merasa bersalah."Apa papa sudah tidak memiliki arti lagi bagi kalian sehingga kehamilan istrimu, kamu tidak lagi mau mengabarkan pada papa?""Pa, bukan begitu. Aku dan Nada tidak memiliki pemikiran seperti itu. Lagi pula kehamilan istriku belum banyak yang tau. Rencananya akhir pekan ini kami mau pulang memberitahu Papa."Pagi-pagi sekali Ethan sudah sarapan omelan dari Michael karena tidak memberitahu tentang kehamilan istrinya. Entah mendapatkan kabar dari mana Michael, padahal Ethan dan Nada baru berencana akhir pekan mengunjunginya sekalian memberitakan kabar bahagia ini."Sayang, siapa?" Nada berjalan mendekati Ethan sembari membawa segelas susu di tangannya.Saat bangun tidur, tiba-tiba dia ingin minum susu, makanya Nada pergi ke dapur dan membuat susu khusus ibu hamil. Saat ditinggalkan, Ethan masih tidur. Saat kembali, suaminya itu sedang berdiri di dekat jendela sedang berbicara di telepon.Melihat i
"Boleh papa peluk kamu?" Michael merasa sangat bahagia dan terharu. Bahkan matanya berkaca mendengar berita kehamilan menantunya. Nada tidak langsung menjawab dan mengiyakan pertanyaan Michael, melainkan mengalihkan pandangnya pada Ethan, meminta persetujuan suaminya karena sekarang dia bukan hanya miliknya sendiri, melainkan milik Ethan."Boleh Ethan, papa peluk menantu papa?" Michael peka. Nada tidak akan mengizinkan tanpa persetujuan Ethan."Boleh, Pa. Nada menantumu, Papa tidak harus minta izin padaku untuk memeluknya," jawab Ethan mengizinkan.Ethan mengangguk kecil memberi izin pada istrinya. Bahkan dia sendiri yang mengantarkan Nada pada pelukan sang papa.Karena rasa bahagianya berlebihan melebihi segala kejutan yang didapat seumur hidupnya, Michael tidak bisa menahan rasa haru. Air matanya mengalir begitu saja dari sudut mata dan membasahi pipi saat memeluk Nada."Terima kasih, Nada. Kamu sudah menjadi istri yang baik untuk anakku. Kamu juga bersedia menjadi ibu dari cucuku.
"Sayang, kenapa kamu bilang seperti itu pada papa? Bagaimana kalau papa malah berpikir aku yang terlalu cemburu dan khawatir?" Nada duduk di tempat tidur dengan bersandar. Ketika Ethan baru kembali dari kamar mandi, dia pun menegakkan duduknya. Terlebih saat Ethan duduk di sampingnya, Nada sengaja menggeser tubuhnya agar Ethan duduk dengan nyaman.Saat ini mereka sedang berada di dalam kamar di rumah utama keluarga Andrew. Karena Michael tidak membiarkan mereka pulang dan meminta untuk bermalam di sana, mereka pun menyetujui. Mereka juga tidak ingin membuyarkan kebahagiaan Michael."Jangan dipikirkan!" Ethan membawa tubuh Nada berbaring dan bersandar dalam pelukannya. "Lebih baik sekarang tidur. Aku rasa baby kita sudah lelah malam ini," sambungnya."Tapi aku-""Tidur atau aku ajak baby lembur?" Ethan mengedipkan mata genitnya menggoda."Ethan!" Satu cubitan kembali mendarat pada pinggang Ethan. Nada tersipu malu melihat cara Ethan menggodanya. Suaminya itu paling bisa membuatnya te
"Danica, kenapa dengan tanganmu?" Syahna terkejut melihat kedua tangan Danica dibalut kasa.Bukannya menjawab, Danica malah melempar pandang ke arah Nada dengan tatapan sinis dan kesal. Kembali wajahnya bersedih seperti hendak menangis merasakan panas pada kedua tangan dan kakinya karena saat sayur itu jatuh dan tumpah, bukan hanya melukai tangannya saja, melainkan kakinya juga.Syahna semakin bingung. Dia pun melemparkan pandang pada Nada. Maklum, saat kejadian Syahna masih tidur karena semalam dia pulang larut malam. Apalagi jarak antara kamarnya dengan dapur cukup jauh sehingga suara bising di dapur tidak terdengar olehnya."Danica, apa yang terjadi?" Michael pun tidak mengetahui.Sebagai tuan rumah dan juga orang paling tua di antara mereka, Michael jelas khawatir. Apalagi yang dia tau Danica adalah keluarga Nada, itu artinya mereka juga ada hubungan persaudaraan. Apalagi awal perjodohan Ethan adalah Danica."Semua ini karena Nada, Pa," sahut Erina dengan nada kesal mengadu domba
"Ini tidak bisa dibiarkan, Ma. Aku tidak mau punya keponakan dari Nada.""Jaga bicaramu, Erina! Bagaimana kalau mereka mendengar ucapanmu ini?"Syahna marah karena ucapan Erina, sedangkan Erina marah karena mendengar Nada hamil dan Ethan terlihat sangat bahagia.Erina pikir, bila Nada hamil, maka akan lebih sulit baginya untuk bisa memisahkan Ethan karena kakak tirinya itu pasti semakin mencintai Nada."Aku juga tidak sudi mempunyai keponakan dari Nada." Danica yang masih di rumah mereka dan ikut masuk ke dalam kamar Erina juga memberi komentar penolakan atas kehamilan Nada. Dia juga memiliki pemikiran yang sama dengan Erina. Bila Nada dan Ethan memiliki anak, maka akan sulit merebut Ethan dari Nada."Danica, jangan memperkeruh suasana!" Syahna juga membentak Danica.Mengatasi satu anak perempuannya yang terobsebsi pada Ethan saja sudah sangat sulit, kini ditambah dengan Danica yang juga nampaknya terobsebsi dengan Ethan juga. Kepala Syahna semakin terasa sakit. Bagaimanapun dia tida
"Kenapa tadi mama bilang begitu?" Dalam perjalanan, Nada masih terngiang ucapan Syahna.Ethan segera meraih tangannya dan menggenggam lembut. Memberinya senyum untuk menenangkan istrinya. Dia tau Nada masih memikirkan pesan Syahna karena tidak biasanya wanita itu perhatian."Mama hanya khawatir padamu. Orang tua memang seperti itu. Apalagi dalam perutmu ini ada calon cucunya. Mereka pasti sangat khawatir," ucap Ethan berharap bisa menenangkan Nada. Ethan mengusap lembut perut Nada.Bukan hanya Nada yang penasaran dengan ucapan Syahna sebelum mereka pulang. Tidak seperti biasa mama tirinya itu baru kali ini perhatian pada Nada semenjak mereka menikah. Bahkan sebaliknya, Syahna sama dengan Erina, tidak menyukai Nada.Di depan Nada, tidak mungkin Ethan menunjukkan kecemasan dan rasa ingin tahunya karena itu bisa memicu kekhawatirannya. Dia akan menyelidiki secara diam-diam tanpa diketahui oleh istrinya.Hari terus berlalu dan dijalani oleh Nada dengan bahagia. Sebagai ibu hamil muda, Nad