“Siram dia air!” titah Bagas pada Ian yang kini menyamar lagi sebagai kaki tangannya.Bagas mengenangkan topeng monster mengerikan, dengan mata dari topeng itu yang melotot seperti akan lepas. Dan Ian mengenangkan topeng badut yang berlumuran darah, mereka berdua bertingkah seperti seorang pembunuh yang profesional.“Hah?” Ian bingung dengan printah itu, lebih tepatnya dia tidak bisa melakukan itu di dalam mobilnya yang berharga. Apalagi menyiram air di mana dia biasa bekerja, itu akan sangat fatal.“Tidak usah banyak! hanya segela, nanti kita lap lagi sampai kering. Siram saja tepat di bagian mata dan hidungnya.” Titah Bagas lagi.Kali ini, Ian menurut. Dia mengerti. Dia berjongkok di depan tubuh Warda yang mereka dudukkan di pojok mobil Van, semenatra Feya hanya duduk di depan kemudi dengan mengangkat kakinya di setir sembari menikmati percakapan mereka yang menggelikan.Feya hanya cengengesan, dia menutup saluran bicara mereka yang melalui sekat dari dalam van ke dalam bagian kemud
Warda berjongkok di ujung gang, di mana dia berjanjian dengan Indah. Dia tidak membawa uang hanya dua tas milik Indah yang sudah dia bungkus dengan rapi. Warda lalu berjalan di langkah yang sama untuk menutupi rasa takutnya bertemu dengan Indah, tapi dia lebih khawatir dengan orang yang ada di belakangnya.Warda melihat sebuah gelang yang berada di balik pakaian, di pergelangan tangannya. Warda mengerutkan dahinya, “Semoga Indah bisa menerima alasanku.” Gumam Warda yang sembari menatap gelang itu.Sebelum dia pingsan, orang yang memakai topen itu memakaikan Warda gelang yang memiliki lampu tersebut. “Ini adalah gelang yang bisa melacak. Jadi percuma saja jika kau memiliki rencana untuk kabur. Simpan baik-baik rencana itu di kepalamu yang dangkal itu. dari pada memikirkan cara untuk kabur dariku, lebih baik kau pikirkan cara untuk membawa Indah ke tempat yang aku rekomendasikan.”Indah mengingat ucapan Bagas yang berat dari balik topeng, bahkan dia tergiur dengan ucapan Bagas saat itu,
Di hari berikutnya, Warda dan Indah sudah di tangkap oleh Bagas dan di sekap di rumah bordil yang sama sebelumnya. Mereka sengaja memperlihatkan kepada mereka gimana cara kerja rumah bordil itu.“Kalian diam di sini. Jangan melakukan hal aneh. Makan teratur, kali ini kau tidak akan di lepaskan Ndah. Kau harus mengganti uang yang sudah kau habiskan dari Tony.” Jelas Bagas yang menggunakan masker hitam di wajahnya.Indah hapal betul bagaimana suara Bagas. Dia menatap lelaki di depannya dengan tatapan nanar, maskaranya luntur dan menghitam di bawah matanya. Bahkan kepalanya di perban seadanya oleh Bagas.Satu tangannya di borgol di tiang dekat kasur. Sementara kakinya di borgol dengan rantai tali yang cukup panjang sampai bisa menjangkau ke toilet. Indah menatap penuh kebencian ke arah Bagas, “Dasar kurang ajar! Kembalikan surat tanah rumah itu,” gertak Indah setengah kesal. Dia bahkan ingin meludah kea rah Damas.Satu tangan yang tak terborgol membuat Indah meraih raih kerah pakaian Bag
“Hei Indah, sampai berapa lama kita akan di kurung di sini?” tanya Warda pada indah yang sejak tadi hanya diam. Indah di sekap di dekat pintu masuk, kasurnya dekat dengan pintu. Dia menatap tajam Warda dan menyurruh wanit aitu diam.“Diamlah sialan!” umpat nya setengah berbisik. Indah tengah menempelkan telinganya di dinding, “Tidak bisakah kau diam sejenak. Aku tengah mengupik,” ucapnya lagi.Di sebelah dinding tempat Indah menempelkan telinganya, sang mucikari tengah berbicara dari balik telepon, entah dengan siapa dia bertelepon, Indah mendengarkan dengan seksama isi percakapan itu.“Tidak bisakah kita melakukan sesuatu?” tanya seseorang dari balik telepon. Si mucikari mengeraskan suara audio itu, seolah dia membiarkan siapa saja untuk mendengarkannya.“sudah kukatakan bukan, terlalu sulit menerima seseorang yang memiliki identitas aktif. Jika mereka tidak membayar pajak, otomatis mereka akan dicari. Kau tahu sendiri aku membangun bisnis ini sudah berapa lama? Aku menerima anak di
Lina baru pulang dari sidang kedua Damas, dia kembali ke rumha dengan keadaan lelah. Tapi ketika sampai di rumah, keadaan rumah sangat berantakan. Lina mengeluh dan mendengus kesal, dia berteriak memanggil nama putrinya.“Warda!” teriak Lina tak karuan. Suara gaduhnya lagi-lagi terdengar. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu luar rumah Lina, tapi lina memilih mengabaikannya. Dia yang tadinya memanggil nama Warda langsung berhenti memanggilnya.“Dasar anak tidak tahu diri, kakaknya sedang di sidang dia sudah beberapa hari tidak pulang. kemana aja sih dia?” Lina menggerutu dan mengomeli seisi rumah sembari dia mengambil alih pekerjaan rumah yang terbengkalai sejak beberapa hari lalu.Setelah kepergian Damas dan Indah, rumah menjadi sepi. Warda sering keluar malam dan setelah beberpaa hari lalu dia tak kembali. Warda yang kesal dengan sikap Warda akhirnya mencoba menelpon anak itu, dia menelpon setelah sekian lama tidak mendengar kabar Warda.“Mungkinkah dia mencari pekerjaan di pusat kota
Santi memilih berpura-pura berdiri di keramaian sembari memainkan ponselnya, dia berpura-pura fokus pada ponsel genggamnya. Dia berdiri tak jauh dari sekumpulan ibu-ibu yang mulai membuka suara.“Ada apasih sebenarnya?” tanya seorang wanita berdaster merah.“Aku dengar kabar, bahwa Warda terjerat prostitusi, linknya sampai menyebar ke semua situs. Bahkan sampai menyebar ke web kampus. Anakku yang satu universitas baru saja mengkonfirmasinya. Nah si ibu Anu ingin memberitahu Lina tapi si Lina malah ngamuk dan membanting hape ibu Anu. Jadilah mereka berantem sampe gontok-gontokkan gitu.” Salah seorang wanita paruh baya menjelaskan dengan seksama yang dia dapatkan dari ibu RT yang ikut melerai.“Jadi link itu bener ga? Bisa saja loh semuanya di buat dan di edit. Lagian Lina memang begitu akhir-akhir ini. Kalian tahu tidak Damas sudah persidangan keduanya?” orang itu menambahi rumor tentang keluarga Lina.Ketiga orang di depannya mengangguk. “Yah itu sih sepertinya bener, karena berita da
Axton seketika menjadi lebih sumringah Dan bersemangat daripada setengah jam yang lalu atau satu jam yang lalu. Meski semua berkata bantuan Santi, Axton tetap berhasil melalui misinya dengan rencananya sendiri yang bahkan tanpa penyusunna. Dan yang lebih menakjubkan adalah Geva yang mengajaknya langsung meski dengan embel embel membantunya, dan bukannya dia yang membantu Geva.Axton menqruh kedua tangannya di belakang kepala, menatap ke ruangannya yang sudah kosong melompong, "hhh, yah yang penting aku berhasil dan akan aku tunjukkan pada orang itu bahwa aku lebih pantas menjaga Geva." Ujarnya berkata sendiri di kala ruang yang hening. Setelah jam kerja berlalu, hari pun terlihat mulai gelap, tetapi Axton tetap berada di ruangannya. Dia menunggu Geva mengetuk pintu ruangannya. Itu adalah janjian mereka ketika mereka selesai makan siang bersama dengan karyawan lain di staf CEO.Tak berlangsung lama, ketika Axton telah merapikan semuanya, dia duduk di sofa menunggu ketukan pintu Dari
Sejak pagi dunia jagat raya media tengah heboh, apalagi sosial media di sekitar kampus kota itu. Wajah Warda menyebar melalui link yang di sebar dari fanspage tiap kampus ke kampus lain. salah satu orang yang mengenal baik Warda begitu terkejut dan mulai menyebarnya di grup kelasnya.Hingga rumor itu sampai pada teman dekat Warda, dia menelpon Warda sejak kemarin malam. Hingga dia mengirimkan pesan panjang pada Warda, “Hei Warda, coba cek grup kelas! Atau setidaknya angkat telepon ku. Kau sibuk banget ya beberapa hari ini? kau sudah membolos selama seminggu, kenapa kau? Ada apa? Apa kau ada masalah woy?” pesan panjang itu dia kirim pada Warda.Warda tak mengecek ponselnya, dia hanya mengecek siapa saja yang sudah menelponnya lalu kembali mematikan ponselnya. Warda berkac-kaca ketika mendapatkan pesan dari ibunya, dia bahkan di telepon berkali-kali dari Lina.“Maaf bu, aku belum bisa menjawab teleponmu. Maafin aku,” ucap Warda sembari berbicara pada dirinya sendiri.Tiba-tiba seseorang