Lina baru pulang dari sidang kedua Damas, dia kembali ke rumha dengan keadaan lelah. Tapi ketika sampai di rumah, keadaan rumah sangat berantakan. Lina mengeluh dan mendengus kesal, dia berteriak memanggil nama putrinya.“Warda!” teriak Lina tak karuan. Suara gaduhnya lagi-lagi terdengar. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu luar rumah Lina, tapi lina memilih mengabaikannya. Dia yang tadinya memanggil nama Warda langsung berhenti memanggilnya.“Dasar anak tidak tahu diri, kakaknya sedang di sidang dia sudah beberapa hari tidak pulang. kemana aja sih dia?” Lina menggerutu dan mengomeli seisi rumah sembari dia mengambil alih pekerjaan rumah yang terbengkalai sejak beberapa hari lalu.Setelah kepergian Damas dan Indah, rumah menjadi sepi. Warda sering keluar malam dan setelah beberpaa hari lalu dia tak kembali. Warda yang kesal dengan sikap Warda akhirnya mencoba menelpon anak itu, dia menelpon setelah sekian lama tidak mendengar kabar Warda.“Mungkinkah dia mencari pekerjaan di pusat kota
Santi memilih berpura-pura berdiri di keramaian sembari memainkan ponselnya, dia berpura-pura fokus pada ponsel genggamnya. Dia berdiri tak jauh dari sekumpulan ibu-ibu yang mulai membuka suara.“Ada apasih sebenarnya?” tanya seorang wanita berdaster merah.“Aku dengar kabar, bahwa Warda terjerat prostitusi, linknya sampai menyebar ke semua situs. Bahkan sampai menyebar ke web kampus. Anakku yang satu universitas baru saja mengkonfirmasinya. Nah si ibu Anu ingin memberitahu Lina tapi si Lina malah ngamuk dan membanting hape ibu Anu. Jadilah mereka berantem sampe gontok-gontokkan gitu.” Salah seorang wanita paruh baya menjelaskan dengan seksama yang dia dapatkan dari ibu RT yang ikut melerai.“Jadi link itu bener ga? Bisa saja loh semuanya di buat dan di edit. Lagian Lina memang begitu akhir-akhir ini. Kalian tahu tidak Damas sudah persidangan keduanya?” orang itu menambahi rumor tentang keluarga Lina.Ketiga orang di depannya mengangguk. “Yah itu sih sepertinya bener, karena berita da
Axton seketika menjadi lebih sumringah Dan bersemangat daripada setengah jam yang lalu atau satu jam yang lalu. Meski semua berkata bantuan Santi, Axton tetap berhasil melalui misinya dengan rencananya sendiri yang bahkan tanpa penyusunna. Dan yang lebih menakjubkan adalah Geva yang mengajaknya langsung meski dengan embel embel membantunya, dan bukannya dia yang membantu Geva.Axton menqruh kedua tangannya di belakang kepala, menatap ke ruangannya yang sudah kosong melompong, "hhh, yah yang penting aku berhasil dan akan aku tunjukkan pada orang itu bahwa aku lebih pantas menjaga Geva." Ujarnya berkata sendiri di kala ruang yang hening. Setelah jam kerja berlalu, hari pun terlihat mulai gelap, tetapi Axton tetap berada di ruangannya. Dia menunggu Geva mengetuk pintu ruangannya. Itu adalah janjian mereka ketika mereka selesai makan siang bersama dengan karyawan lain di staf CEO.Tak berlangsung lama, ketika Axton telah merapikan semuanya, dia duduk di sofa menunggu ketukan pintu Dari
Sejak pagi dunia jagat raya media tengah heboh, apalagi sosial media di sekitar kampus kota itu. Wajah Warda menyebar melalui link yang di sebar dari fanspage tiap kampus ke kampus lain. salah satu orang yang mengenal baik Warda begitu terkejut dan mulai menyebarnya di grup kelasnya.Hingga rumor itu sampai pada teman dekat Warda, dia menelpon Warda sejak kemarin malam. Hingga dia mengirimkan pesan panjang pada Warda, “Hei Warda, coba cek grup kelas! Atau setidaknya angkat telepon ku. Kau sibuk banget ya beberapa hari ini? kau sudah membolos selama seminggu, kenapa kau? Ada apa? Apa kau ada masalah woy?” pesan panjang itu dia kirim pada Warda.Warda tak mengecek ponselnya, dia hanya mengecek siapa saja yang sudah menelponnya lalu kembali mematikan ponselnya. Warda berkac-kaca ketika mendapatkan pesan dari ibunya, dia bahkan di telepon berkali-kali dari Lina.“Maaf bu, aku belum bisa menjawab teleponmu. Maafin aku,” ucap Warda sembari berbicara pada dirinya sendiri.Tiba-tiba seseorang
Tak cukup dengan rumor jelek, Indah dan Warda di gossipin habis-habisan. Jika Warda di gossipkan di lingkungan kampusnya, Indah di lingkungan butiknya. Para Staf yang selalu membuka dan menutup butik di jam yang sama selama seminggu itu mulai khawatir.“Ini kita akan di gaji tidak ya bulan ini?” tanya salah satu staf bernama Nadin. Dia mengeluh sepanjang waktu ketika setelah dua minggu Indah tak pernah tampak di butik mereka. dia adalah bos terburuk sepanjang massa, dia selalu memantau mereka melalui CCTV dan membuat mereka membayar kesalaahn yang bukan kesalahan mereka.Tak kurang dari itu, Indah membuat mereka berkerja lebih, tak hanya melayani pembeli dan menjaga kasir. Mereka juga harus membersihkan butik dari awal hingga akhir mau tutup. Indah mengancam mereka semua akan memecat atau memotong gaji mereka jika mereka tidak patuh dan semua itu bisa terpantau di CCTV yang Indah beli dan pasang di setiap sudut butik.“Entahlah, tapi bos sudah tidak datang sejak dua minggu lalu, kita
Geva turun dari mobil Axton, di saat mereka sudah memarkirkannya di parkiran besar di dasar gedung Mall. Sementara Geva turun, Axton malah termenung di depan kemudinya, membuat Geva yang sudah turun kembali membuka pintu, menghampiri Axton lagi. “Ada apa?”tanya Geva ketika dia membuka kembali pintu sisi lain kemudi. Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Axton, dan dia hanya menggeleng kecil. Dia lalu ikut turun dan mencari-cari seseorang di sekitar mereka. “Apa dia sungguh-sungguh akan mengawasi kami?” pikir Axton. Dia senang akhirnya bisa membuat Geva ikut bersamanya, itu artinya dia bisa menunjukkan kepada Levias perkataannya benar adanya. Axton ingin menunjukkan bahwa dia lebih pantas berada di sisi Geva. Meskipun dia tidak melakukan itu karena cemburu buta pada Levias, orang lama yang baru saja datang ke kehidupan Geva. “Yah, kami memang sama-sama orang baru. Tapi aku jauh di atasnya, aku selalu ada untuk Geva, aku akan mengorbankan apapun untuk wanita itu,” Axton berbicara pada d
Setelah Levias berhasil menghubungi orang rumahnya, dia kembali berbelanja, dia tadinya tidak sengaja mendengar suara tawa Geva tapi setelah itu dia tidak melihat keberadaan Geva. “Aishh gimana bisa aku lupa dengan rencana awalku,” Levias mengomel sendiri sembari berjalan di depan kasir. Setelah membayar dan keluar dari market itu, Levias membaca struk yang di foto ibunya, dia kemudian pergi ke toko makanan dan bahan pokok. Di sana Levias menjadi seribu kali lebih bingung, “Astaga!” gumamnya. Levias tidak pernah membayangkan masuk ke toko bahan pokok akan lebih rumit dari yang dia bayangkan.Dia harus mencari dan memilah sayur hanya dari namanya, memilah bumbu dapur hanya dari namanya. Begitu banyak macam jenis sayur dan buah-buahan di depan matanya, dan dia harus belajar memilah dengan teliti.“Ingat, pilihlah sayur yang masih segar, buah yang masih segar dengan permukaan yang halus dan bersih. Jangan salah pilih, jangan memilih yang rusak, warna yang pudar dan berbeda …” semua pe
Geva tersenyum kecil, dia lalu menepuk pundak Levias dua kali, “Sudahlah yang berlalu biarlah berlalu.” Geva menenangkan orang di depan matanya. Lalu dia membalikkan badan dan berjalan lagi, sembari memilah sayuran dan buahan, geva membuka suara, “ Aku tidak biasanya memaafkan seseorang loh. Tapi kasusmu berbeda, saat itu kita masih sama-sama anak kecil. Yah bisa di bilang itu seperti cinta monyet,” ucap Geva dengan suara santai.Dia lalu memberikan intruksi pada Axton terkait bahan pokok yang di butuhkan orang itu, berasal dari satu kata nama makanan yang Axton berikan. Geva lalu menerka isi dari nama makanan itu, “Aku bukan penebak yang handal tapi kurasa isinya kurang lebih adalah ini,” Geva mencatatnya di secari kertas dan memberikannya pada Axton. Dia juga bahkan menuliskan beberapa bumbu tambahan yang mana nantinya bisa saja di butuhkan Axton jika di rasa masakannya kurang. Levias masih termenung di tempatnya, dia seperti membeku beberapa saat sebelum akhirnya dia memilah belan