Share

Takluk

Author: Rini Ermaya
last update Last Updated: 2021-06-04 17:27:11

Wajah Reza berseri saat sosok wanita itu masuk ke dalam ruangan. Hani terlihat manis dengan dandanan yang natural. Dia memakai blouse pas di badan tetapi tidak ketat. Seperti biasa, celana panjang hitam dan sepatu ... mata Reza beralih ke bawah. Ada perbedaan dari penampilan wanita itu hari ini. Bukan sepatu flat lagi yang dia pakai, tetapi sepatu hitam dengan hak lima inci. 

Entah sejak kapan dia menjadi pengamat si mungil ini, memperhatikan semua secara detail dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia membuang muka saat menatap leher mulus itu, yang setiap hari selalu ditampakkan karena Hani memilih menggelung rambutnya. Rasanya dia ingin ....

"Makan siang di mana nanti?" tanya Reza tanpa basa-basi. Melihat wajah Hani yang cemberut dan diam sejak tadi meletakkan berkas di mejanya, membuatnya merasa sedikit bersalah.

Pasti dia masih marah karena ucapannya kemarin. Memang lancang mulutnya mengatakan hal itu, malah sempat senang dengan reaksi yang Hani berikan. Tapi kalau pada akhirnya membuat jarak di antara mereka seperti saat ini, Reza memilih untuk menarik kata-katanya. 

Penyesalan selalu datang terlambat bukan? Dan perempuan akan mengingat apapun yang menyakiti hatinya, sekalipun itu kata-kata yang bagi lelaki hanya biasa saja.

"Enggak usah, makasih. Saya enggak enak sama yang lain," tolaknya halus. 

Bahasanya sopan dan lembut, walaupun nada suaranya dingin. Hani masih menghormati Reza sebagai atasannya, sehingga dia memilih untuk tidak banyak bicara daripada terpancing emosi. Dia masih butuh pekerjaan ini, jangan sampai gara-gara kelakuannya, dia tidak lulus masa percobaan sekalipun penyebabnya adalah lelaki di depannya ini.

"Maksudnya?" Reza tidak mengerti apa yang Hani ucapkan.

"Kalau bapak makan siang sama saya, nanti karyawan lain curiga. Dikira kita ada apa-apa." 

Reza menarik napas lega dan tersenyum kecil. Akhirnya Hani mau juga bicara. Wajahnya yang cemberut itu tetap saja terlihat cantik di matanya. 

"Emangnya kita ada apa?" Dia mulai memancing. Entah mengapa, menggoda wanita ini menjadi suatu kesenangan baru baginya.

Saat ini Reza sedang memasang umpan, berharap ikan di depannya ini tertarik dan memakannya. Pada saat tersangkut kail, dia akan segera menangkap, dan ... melahapnya.

"Bukan begitu. Maksud saya, bapak selama ini enggak pernah jalan sama karyawan lain. Kalau tiba-tiba jalan sama saya, jadinya ...."

"Oh, gitu?!" 

Merasa di atas angin, dia mulai melancarkan aksi. Reza menatap wanita itu tajam, sengaja untuk menakut-nakuti. Dengan kekuasaan yang dia miliki di kantor ini, dia berhak mengintimidasi siapapun termasuk Hani.

Terbayang wajah cantik wanita itu jika berada di dekapannya, membuatnya tidak bisa tidur semalaman. 

Hani terkejut melihat ekspresi wajah Reza yang berubah galak. Selama ini tidak dia bersikap seperti itu. Kemarin mungkin atasannya itu hanya bercanda, dan dia menjadi salah paham karena perasaannya sedang tidak nyaman. 

Dalam hati dia bertanya, apa salah jika dia menolak ajakan lelaki itu? Dia tidak mau menjadi bahan gosip karyawan lain di kantor. Dia juga tidak mau sesuatu terjadi diantara mereka. Ingat Hani, kamu sudah menikah! Kata-kata itu menggema terus di pikirannya. Muncul sebagai pengingat diri, jika dia mulai terpancing dengan bujukan Reza.

"Dokumennya, Pak. Tolong ditanda-tangani. Ditunggu Ibu Maya." Dia menunjuk setumpuk kertas di meja.

Kali ini tanpa melihat lagi, Reza langsung membubuhkan coretan tangannya di kertas-kertas itu. Selesai.

Saat Hani hendak mengambil semuanya, tiba-tiba tangannya digenggam erat. Dia berusaha melepaskan, tetapi sepertinya kali ini Reza sudah nekat. Penolakan demi penolakan dari wanita itu membuatnya semakin penasaran. Semakin Hani menjauh, dia semakin ingin mengejar dan ... menaklukan.

"Kenapa?" Dia berdiri dan berjalan mendekat dengan posisi masih mencekal tangan wanita itu, kuat. Sampai Hani meringis karena sakit yang dirasakan.

Tubuhnya semakin merapat, sehingga mereka hampir tak berjarak. "Kamu enggak suka kalau aku pegang tangannya?" Kali ini cekalan itu melunak, berganti dengan usapan lembut.

"Itu, tapi ..."Hani mencoba menjauh tapi percuma, lelaki ini sudah nekat sepertinya. Tangannya masih digenggam erat. Dia berontak, tapi malah tubuhnya ditarik paksa.

"Apa?!" Reza menatapnya tajam. 

Wanita itu tertunduk, tak berani menatap wajah itu. Takut jika Reza melakukan sesuatu di luar kendali. Mereka hanya berdua saja di ruangan ini, dan Reza berkuasa sepenuhnya. 

Tubuhnya gemetaran, dalam hati berdoa. Tuhan, tolong dia, selamatkan dia dari perbuatan jahat jika Reza memang berencana seperti itu. 

"Sama yang lain kamu pegang tangan. Kenapa sama aku nggak mau?" Sekali lagi wanita ini bersikeras menolak, dia akan langsung merengkuhnya. Sudah terlalu lama dia bersabar, ini di luar kesabarannya. 

"Sama yang lain cuma salaman, Pak! Bukan pegangan tangan begini!" Hani mencoba melawan dengan mengeraskan suaranya. Reza sudah tidak bisa didiamkan lagi. Ini sudah keterlaluan. Semakin hari makin menjadi saja.

Sesaat lelaki itu tertegun. “Galak juga si mungil ini,” pikirnya.

"Kamu ngelawan saya? Berani?" Dia balas membentak. 

Hani tertunduk lagi. Takut. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini, bahkan oleh suami sendiri. Ardi suami penyayang, tidak pernah memperlakukan istrinya dengan kasar. 

"Pak, lepas. Nanti diliat yang lain." Dia masih berusaha menolak.

"Enggak bakal ada yang masuk. Di sini nggak ada yang berani sama aku."

"Tangan saya sakit." Kali ini terdengar suara rintihan setengah memohon. Tangannya memerah karena genggaman yang sangat kuat. 

Hampir kebas rasanya. Bisa dibayangkan tangan kecil itu ditarik paksa oleh tangan besar dengan kekuatan extra?

Berteriak pun percuma. Hani merapal doa dalam hati entah untuk yang ke sekian kali. Semoga Reza tidak berniat yang tidak baik padanya. Dia masih berpikiran positif terhadap lelaki yang dalam diam berencana buruk kepadanya.

"Kalau, aku lepas. Boleh enggak gantinya dipeluk saja?" Suaranya sedikit melunak, tak tega juga melihat wanita itu ketakutan. 

Reza mulai melunjak, dikasih hati minta jantung namanya. Dia ingin merasakan wanita ini ada dalam pelukannya. 

Refleks mata Hani melotot mendengar kata-kata itu. Reza malah balas menatapnya. Dia membuang muka, tahu kalau lelaki di hadapannya ini sedang berpikiran kotor. 

"Bapak mau apa?" lirihnya. 

"Tadi aku udah bilang. Mau diulang?" Dia memang akan memaksa kali ini, karena hanya itu yang bisa menuntaskan rasa penasarannya. 

"Saya enggak tau." Hani berbohong. Dia takut. Sungguh takut pada lelaki ini. Sejak suaminya tidak ada, Reza semakin gencar mendekatinya, bahkan terang-terangan menginginkannya.

"Kalau aku kasih tau, emang kamu mau ngasih apa yang aku mau?"

Hani menggeleng lemah. Tubuhnya semakin gemetaran saat Reza semakin merapat. 

"Aku mau kamu," bisiknya nakal.

Hani mematung. Bisikan Reza di telinga membuatnya lemas. 

"Jangan, Pak. Saya istri orang." 

Tuhan, sadarkanlah lelaki ini. Apa yang dia lakukan sangatlah tidak pantas.

"Aku enggak masalah dengan status kamu."

"Pak, saya punya suami."

"Suami kamu lagi pergi. Kamu enggak kesepian apa?" Reza terus saja melancarkan aksinya, belum mau menyerah sedikitpun.

"Maaf, saya bukan perempuan seperti itu. Saya ...."

Dalam sekali hentak, Reza menarik tubuh itu ke dalam pelukannya. Sesuai prediksi, wanita itu meronta, tak terima diperlakukan seperti itu. Reza mendorong tubuh mungil itu ke dinding. Menyudutkan dan mengunci kedua lengan Hani. Dia mensejajarkan wajahnya hingga bisa bertatapan langsung.

"Cantik."

"Lepas!" 

"Kenapa? Takut?"

Wanita itu mengangguk. 

"Bapak sudah melecehkan saya."

Reza terbahak mendengarnya. Jujur sekali jawabannya. Dia sendiri masih tidak percaya kenapa bisa tertarik dan jatuh cinta.

Perlahan dia melepaskan cekalan dan membiarkan wanita itu pergi begitu saja tanpa membawa berkas yang tertinggal. Dia kembali ke meja kerjanya dan men-dial sebuah nomor, meminta agar semua dokumen segara diambil.

Hani berjalan menuju toilet terdekat. Dia perlu menenangkan diri sebelum kembali ke ruangan. Besok dia akan menghadap atasannya langsung untuk meminta pindah divisi. Dia tidak sanggup jika terus menerus diperlakukan seperti ini. 

Status Reza sebagai salah satu penguasa di kantor itu, bukan berarti dia boleh memperlakukan karyawan seenaknya saja.

Hani bisa saja melaporkan jika Reza sampai berbuat lebih lancang. Hanya sangsi, apakah bisa diproses atau tidak, mengingat kekayaan milik keluarga itu bisa saja dipakai untuk menyuap keadilan.

Related chapters

  • Pesona Bos Tampan   First Kiss

    Hani tertunduk lemas mendengar jawaban dari HRD. Setelah makan siang, dia nekat menghadap dan menyampaikan keinginannya untuk dipindahkan ke divisi lain. Itu juga setelah berbicara lama dengan Maya, atasannya langsung, menyampaikan beberapa argumen yang menguatkan alasan. Tentu saja dia merahasiakan perlakuan Reza selama ini. Malah nanti dia yang dituduh merayu lelaki itu.Dia kembali ke ruangan dengan tidak bersemangat, duduk di kursi dan mengerjakan laporan yang masih menumpuk."Hani." Dia menoleh dan seketika menjadi limbung saat melihat setumpuk berkas diletakkan begitu saja di meja kerjanya. Itu berarti dia harus kembali ke ruangan itu lagi. Sejak pagi dia bersyukur karena tidak ada yang menugaskan, tapi ternyata ...."Bisa yang lain enggak, Mbak? Saya masih ada kerjaan," tolaknya halus. Apa iya, hanya dia yang boleh menghadap lelaki itu, sedangkan yang lain tidak diperkenankan meng-handle jika dia berhalangan?Ini janggal sekali. Sedikit rasa curiga

    Last Updated : 2021-06-04
  • Pesona Bos Tampan   Dua Lelaki

    The Holywings Foods and Bar.Suara live music terdengar menggema di tempat itu. Hampir semua kursi terisi penuh. Di sudut ruang, tampak dua orang lelaki yang sedang menikmati sajian mereka sambil bercerita.Lelaki yang berbaju putih terlihat santai sambil sesekali tertawa. Sementara yang satunya tidak bersemangat sama sekali. Padahal menu makan malam kali ini spesial, aneka menu rekomendasi restoran dan beberapa botol beer."Temen dapet musibah malah diketawain." Reza meneguk minuman beralkohol, lagi. Entah ini sudah gelas yang ke berapa, yang penting malam ini hatinya harus senang."Gila! Gue nggak bisa bayangin waktu dia nendang itu. Sakit mama." Kevin tertawa sambil memegang perutnya."Sekali lagi lo ketawa, gue timpuk pake' ni botol," ancam Reza. Rasa kesal di dalam hatinya belum juga hilang."Jangan, dong. Nanti sakit." gelak tawanya semakin menjadi."Shit!" Reza menuang segelas lagi.Se

    Last Updated : 2021-06-04
  • Pesona Bos Tampan   Tergoda

    "Mbak ngelamun aja. Mikirin apa hayo?" Agnes meletakkan nampan makan siangnya dan duduk di sebelah Hani."Eh, enggak." Hani menatap makan siangnya dengan tidak berselera. Sedari tadi dia hanya mengaduk nasi dan tak berniat memasukkannya ke mulut."Mas Ardi sibuk banget, ya? Sampai Mbak uring-uringan kayak gini." Agnes mengerling beberapa kali. Memberanikan diri untuk bertanya. Ada rasa kasihan melihat sahabatnya ini."Tau, nih. Masa' training sibuk banget. Susah dihubungi lagi." Akhirnya dia meletakkan alat makannya di piring."Positif thinking, Mbak. Kali emang tuntutan perusahaan kayak gitu.""Iya, Nes. Jujur aku sebel. Mas Ardi nggak biasanya begini." Dia mengambil selembar tissue dan membersihkan mulutnya, menghabiskan sisa minuman di gelas."Oh, iya. Waktu itu kenapa mbak lari-lari dari ruangan bapak? Sampai aku panggil enggak denger."Wajah Hani memucat. Mau dijawab apa ini?"Oh! Itu ... aku kebelet. Udah ngga

    Last Updated : 2021-06-04
  • Pesona Bos Tampan   Akhirnya

    Reza membersihkan sisa bungkus makanan setelah Hani menghabiskan semuanya, lalu mengambil obat di nakas dan meminta wanita itu untuk meminumnya."Masih pusing?"Dia mengangguk."Tidur lagi sana. Istirahat." Dia hendak membantu wanita itu berdiri, tapi tangannya ditepiskan."Aku di sini saja, Za," tolaknya halus.Sudah tak ada batasan lagi di antara mereka karena sudah saling memanggil nama."Kamu tidur di kamar. Biar aku di sini."Hani menatapnya curiga, sedangkan yang ditatap malah membalasnya dengan mesra. Reza mendekatinya sehingga kali ini mereka sudah tak berjarak. Tangannya meraih lembut, menyatukan jemari mereka."Aku sayang kamu." Entah dirasuki apa dia mengatakannya, membuat Hani terbelalak karena tak percaya.Wanita itu membuang muka. Jantungnya berdebar kencang, napasnya berasa sesak. Lelaki ini akhirnya mengungkapkan perasaan.Dia harus menjawab apa? Berulang kal

    Last Updated : 2021-06-04
  • Pesona Bos Tampan   Entahlah

    "Yang lagi seneng banget. Maen berapa kali, Men?"Kevin menyenggol lengan Reza, menggoda sahabatnya. Sejak tadi, senyum tak lekang dari bibirnya. Sahabatnya itu malah tertawa senang saat ditanya seperti itu."Mau tau aja." Reza berlagak. Sengaja membuat Kevin semakin penasaran.Sejak awal dia menceritakan semua tentang Hani, Kevin begitu tertarik dan minta dipertemukan langsung. Dia benar-benar penasaran dengan sosok wanita yang membuat hidup Reza, sang pangeran berdarah dingin itu, bisa kelimpungan karena cinta. Bahkan sampai tidak fokus bekerja karena selalu memikirkannya."Gimana rasanya sama Hani?" Kevin menaikkan alisnya.Reza menatapnya jijik. "Hm.""Apaan? Seru banget pastinya. Ya, kan?" Tawanya menggema."Sok tau." Reza memukul bahu sahabatnya. Wajahnya merona, terbayang saat indah itu ketika Hani sempurna menjadi miliknya."Pake' rahasia segala. Cerita, dong! Gue penasaran."

    Last Updated : 2021-06-04
  • Pesona Bos Tampan   Negosiasi

    Jantungnya berdetak tak karuan, bahkan keringat dingin mengalir di sela-sela tangan. Berulang kali dia menarik napas sebelum akhirnya memberanikan diri mengucapkan ...."Boleh saya duduk, ada yang mau dibicarakan."Reza mempersilakan wanita itu duduk dengan tangannya. Matanya menatap tajam, mencoba menerka apa yang akan Hani bicarakan. Tubuhnya saja mungil, tapi kalau berbicara, dia sendiri kadang terpana. Dia smart dengan caranya sendiri."Begini.""Ya, sayang?" Suara dan tatapannya melembut.Reza masih berharap sang pujaan hati mau membicarakan tentang mereka berdua. Rasanya tidak enak didiamkan berhari-hari, hingga membuatnya resah dan tak bisa tidur. Apa yang diharapkan? Tentu saja bisa mengulang kebersamaan mereka waktu itu. Dia tidak mau ini berakhir begitu saja.Entah mengapa Hani menjadi geli saat mendengar Reza mengucapkan kata itu. Sayang? Jangan mimpi. Perasaan yang tadinya sudah cukup tenang, kembali menja

    Last Updated : 2021-06-11
  • Pesona Bos Tampan   Curiga

    "Assalamualaikum."Hani segera berlari ke depan rumah. Siapa yang bertamu di jam segini, ya? Dia mengintip dari balik jendela sebelum membuka pintu. Lalu, senyuman merekah di bibirnya saat melihat siapa yang datang.Tampak sesosok lelaki yang satu bulan ini dia rindukan. Berdiri di depan dengan wajah yang kelelahan."Mas Ardi!" Dia berteriak kegirangan, lalu memeluk suaminya."Kangen, ya?" Pelukan erat itu berbalas."Kangen. Kok mas nggak bilang? Nggak ada kabar," rajuknya sambil memukul bahu hangat sang suami."Biar surprise. Abang mana?""Tidur. Dari tadi sore main. Kata budhe nggak mau tidur siang. Mungkin tau ayahnya mau pulang." Dia mengambil tas yang tergeletak di teras dan membawanya masuk ke dalam."Nih!" Ardi menyerahkan sebuah tas plastik."Apa ini, Mas?" Dia bertanya kebingungan."Buat kamu sama abang."Ardi merebahkan diri di sofa setelah menutup pintu. Rasanya

    Last Updated : 2021-06-11
  • Pesona Bos Tampan   Hutang

    Hani melangkah pelan memasuki ruangannya. Rasanya malas sekali mau berangkat ke kantor hari ini. Dia masih ingin di rumah bersama keluarganya. Apalagi semenjak suaminya datang, dia ingin bermanja seharian.Saat hendak membuka pintu, tiba-tiba saja ...."Surprise!" Suara tepuk tangan bergema di ruangan. Maya datang mendekatinya dan membawakan sebuah cake cokelat ukuran besar."Loh, ada apa ini? Saya lagi nggak ultah," tanya Hani kebingungan. Apalagi terlihat aura bahagia dari wajah para rekan kerjanya pagi ini.Seketika ruangan menjadi senyap saat Maya memberikan kode dengan jari telunjuknya. "Hani, kue ini ungkapan terima kasih kami sama kamu." Wanita menyerahkannya."Terima kasih apa ya, Bu? Saya nggak ngelakukan apa-apa." Dia mengambilnya, lalu meletakkan di meja, masih kebingungan dengan apa yang terjadi pagi ini."Terima kasih karena berkat kamu insentif kita semua naik sepuluh persen." Semua orang kembali bersorak.Hani men

    Last Updated : 2021-06-11

Latest chapter

  • Pesona Bos Tampan   Syukur

    Hani menatap bangunan itu dengan perasaan campur aduk. Hari ini Reza membawanya jalan-jalan berdua dan tidak mengatakan akan pergi kemana. Begitu tiba di tempat tujuan, wanita itu speachless dengan apa yang dilihatnya."Suka?" ucap Reza sembari melingkarkan lengan di bahu istrinya.Hani mengangguk dan membalas pelukan itu dengan membenamkan wajah di dadaReza. Wanita itu menagis sesegukan sehingga membuat kaus suaminya basah oleh air mata."Cengeng," goda Reza sembari mengusap kepala Hani. Lelaki itu tertawa geli melihat tingkah sang istri yang kekanakan."Kamu kenapa baik banget sama aku?""Karena kamu istri aku. Sudah seharusnya aku bersikap kayak gini," jawab Reza tulus."Tapi ini berlebihan," ucapnya malu.Reza meraih dagu Hani sehingga kini mereka saling bertatapan. Debar-debar di dada wanita itu semakin kencang ketika tatapan mereka bertautan. Kedua mata hitam pekat itu seakan menghipnotisnya."Gak ada yang berlebihan dari

  • Pesona Bos Tampan   Aqiqah

    "Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh."Suara MC terdengar menggema memandu acara. Hari ini seluruh keluarga berkumpul di Masjid Raya untuk menghadiri acara aqiqah putra mereka. Ada bagian dari Masjid yang gedungnya diperuntukkan untuk acara seperti ini. "Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, maka hari ini kita dapat menghadiri acara aqiqah adik Sylvia Pratama binti Reza Pratama. Untuk itu marilah kita ...."Semua orang begitu khidmat mengikuti setiap rangkaian acara, mulai dari pembacaan ayat suci Al Qur'an, sambutan tuan rumah, pencukuran rambut serta doa penutup.Papanya Reza duduk paling depan, walaupun agak canggung saat mengikuti acara. Hal yang sama dirasakan oleh keluarga besar Reza. Namun, semua diwajibkan datang untuk menghormati lelaki

  • Pesona Bos Tampan   Bahagia

    Hari itu cuaca begitu teduh dengan awan yang berarak memenuhi langit. Belum ada tanda-tanda hujan akan turun, tetapi udara cukup sejuk karena angin berembus sepoi-sepoi. Seorang lelaki paruh baya sedang asyik menggendong cucunya di kursi roda. Wajah tuanya tersenyum sembringah sembari mengajak bayi itu berbicara."Kok tidur aja dari tadi? Jawab dong pertanyaan Opa.""Silvya nanti kalau udah gede mau ke Amerika? Ada aunty Krista di sana."Reza yang sejak tadi diam-diam memerhatikan, mengulum senyum saat menyaksikan kejadian itu. Papanya sedang berbicara dengan Sylvia, putrinya yang belum berusia empat puluh hari. Rona bahagia yang terpancar dari wajah tua itu, membuat hatinya menghangat.

  • Pesona Bos Tampan   Selamat Datang, Nak

    Beberapa bulan kemudian.Sedari tadi Reza merasa gelisah, mondar-mandir di depan ruang tunggu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, dia hanya berpasrah diri kepada Tuhan.Reza ingin mendampingi Hani, tetapi dia dilarang masuk. Lelaki itu berulang kali menggosok kedua tangan, kemudian mengusap wajah dan meremas rambut. Mirip seperti seseorang yang sedang frustasi.Sudah satu jam Reza menunggu bersama ibu mertuanya dan beberapa keluarga lain. Jika posisinya begini, lelaki itu merasa serba salah. Apalagi saat terdengar erangan kesakitan dari dalam ruangan itu. Hal yang membuat jantungnya berdetak kencang dan ingin melompat keluar."Duduk saja."Ibu mertuanya menegur karena melihat tingkah Reza yang resah sedari tadi. Wanita paruh baya itu juga merasa gelisah sejak tadi, hanya saja berusaha menenangkan diri.Dokter bilang tali pusar bayinya terlilit sehingga Hani harus dioperasi. Hanya saja wanita itu masih bersikeras ingin melahirkan secara no

  • Pesona Bos Tampan   Ikhlas

    Hani menatap Sherly dan Nina secara bergantian dengan perasaan bersalah. Reza sudah tak mengizinkannya bekerja setelah pemeriksaan minggu lalu. Sang suami hanya menginginkannya beristirahat di rumah tanpa melakukan aktivitas yang berat.Kondisi Hani yang semakin payah membuat Reza harus bersikap tegas demi bayi mereka. Jika istrinya membantah, maka lelaki itu akan mengultimatum dengan mengurungnya di apartemen dan mengembalikan ibu ke Yogyakarta.Hani tidak masalah jika harus tinggal di apartemen. Namun, dia tidak rela jika ibunya pulang. Selama hamil, hanya masakan sang ibu yang bisa dia makan."Ibu minta maaf kalau selama ini ada salah sama kalian. Tapi ini keputusan Bapak. Jadi Ibu manut saja," ucap Hani dengan lemas. Matanya menatap sekeliling ruang toko yang sebentar lagi akan ditutup entah untuk berapa lama."Gak apa-apa, Bu. Kami senang ikut Ibu.""Ya, Bu. Kalau memang Bapak gak ngasih izin baiknya Ibu istirahat saja."Hani memeluk Ni

  • Pesona Bos Tampan   Periksa

    Ruangan dokter itu nampak sejuk di mata. Nuansanya putih, dengan wallpaper abstrak, minimalis tetapi elegan. Di salah satu dindingnya dipasang beberapa poster mengenai kehamilan dan persalinan."Silakan duduk."Seorang dokter kandungan bernama Andini menyambut kedatangan mereka malam itu. Ini dokter yang berbeda dengan yang sebelumnya.Hani ingin mencoba beberapa dokter yang berbeda untuk mencari yang benar-benar cocok. Jika dirasa sudah pas, maka dia tidak akan berpindah dan akan melahirkan bayinya atas bantuan dokter tersebut.Reza menarik sebuah kursi untuk Hani. Sekalipun kandungannya masih kecil, lelaki itu tetap memperlakukan istrinya seperti ratu."Gimana Ibu, apa yang dirasakan sekarang?"

  • Pesona Bos Tampan   Sebuah Permintaan

    "Akhirnya kalian datang juga. Papi pikir sudah lupa sama orang tua."Reza memeluk papanya erat sementara Hani mencium tangan lelaki paruh baya itu dengan hormat. Pintu rumah besar itu terbuka lebar dan berbagai macam hidangan tersaji di meja untuk menyambut mereka. Hanya sayang, suasana memang sepi karena hanya ditempati oleh orang tua Reza dan pengurus rumah."Maaf kami sibuk, Pi. Hani juga kan lagi hamil," jawab Reza santai.Mereka duduk di sofa sembari berbincang. Hani lebih banyak diam dan mendengarkan. Selain merasa sungkan, dia belum bisa membaur dengan keluarga suaminya. Apalagi sejak awal keluarga Reza tak menyukainya. Walaupun karena pancake semua restu akhirnya bisa didapatkan."Kalian nginap di sini?"Hani menatap Reza. Tadinya mereka hanya ingin mampir sebentar, lalu ke dokter untuk memeriksakan kandungan, karena di hari Sabtu suaminya libur. Abang juga ditinggal bersama ibunya di apartemen."Kayaknya gak, Pi. Hani kan lemes jadi

  • Pesona Bos Tampan   Lelah

    Hani menggeliat dan merasakan tubuhnya begitu pegal. Wanita itu membuka mata dan merasakan mual mendera perutnya. Dia berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan semua cairan lambung, hingga tubuhnya menjadi lemas.Hani memutar keran dan mencuci wajah agar merasa lebih segar. Sepertinya dia harus ke dokter untuk memeriksakan diri mengingat kondisinya semakin drop. Dia mengambil handuk dan mengusap wajah lalu bersandar di wastafel.Begitu keluar kamar, Hani terkejut saat melihat jam di dinding. Dia bergegas menunaikan kewajiban sebagai muslim walaupun tubuhnya terasa limbung."Baru bangun, Nak?" tanya Ibunya ketika Hani berjalan menuju dapur.Apartemen ini lebih luas dari rumah mereka di Yogyakarta dulu. Hanya saja tidak ada ruangan yang disekat kecuali kamar, sehingga Hani merasa agak sungkan jika Reza bersikap mesra jika terlihat ibunya. Oleh karena itulah, mereka hanya berani berduaan di kamar.Situasi ini sangat berbeda sewaktu mereka baru menikah k

  • Pesona Bos Tampan   Assalamualaikum My Mualaf

    Reza menatap Hani yang masih tertidur lelap dan mengusap kepalanya dengan lembut. Lelaki itu menarik selimut sehingga menutupi seluruh tubuh istrinya. Dia bergegas bangun dan membersihkan diri, tak lupa menunaikan dua rakaat walaupun bacaannya masih terbata.Setiap hari libur ada seorang guru yang akan datang ke apartemen mereka untuk mengajar mengaji. Tak hanya Reza, abang juga ikut belajar. Hani dan ibunya akan menyimak. Wanita itu belum bisa mengikuti kajian karena kondisinya yang belum memungkinkan.Setelah mengucapkan salam, Reza melipat sajadah dan bersiap-siap berangkat kerja. Hari masih gelap, tetapi dia sudah harus ke kantor untuk menghindari macet.Reza membuka lemari dan tampaklah berbagai kemeja dengan merek ternama berderet di dalamnya. Sebenarnya, pakaiannya yang disimpan di apartemen ini hanya sebagian. Di rumah papanya, Reza bakan punya ruangan tersendiri untuk menyimpan semua perlengkapannya.Baju, sepatu, tas dan barang lain menumpuk dan

DMCA.com Protection Status