Share

Bab 37

Penulis: Sarah Kencana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-22 17:18:49

Brak!

“Aduh, sakit …” Suara tak asing itu membuatku reflek segera berlari menuju sumber suara.

“Dinda! Kamu kenapa, Sayang?!” Aku ikut panik karena posisi Dinda tertelungkup diatas lantai dengan keranjang tentengan merah yang juga berserakan berikut berisi dua buah kelapa muda kupas ala Thailand.

Bang Rafi terlihat mendekati kami yang hanya berjarak enam meter dari posisi Dinda. Dan disusul pula oleh wanita bernama Atika tadi.

“Lho? Kok Bunda sama Dinda kemari?!” tak kalah terkejutnya, wajah Bang Rafi melihat kami berdua sudah disini, seolah tak percaya antara khawatir dan penasaran.

Aku hanya melirik sekilas wajah suamiku itu, yang hanya berselang beberapa detik, wanita bernama Atika sudah berdiri disampingnya seolah ikut penasaran dengan apa yang terjadi.

“Dinda gak papa kan, Sayang? Ayo bangun dulu, duduk sini,” ujarku pada Dinda sambil membantunya yang berusaha bangkit dari lantai.

“Dinda lari-lari tadi, Bund,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 38

    "Siapa yang mau makan makanan ini kalau kalian sudah makan duluan?!""Ya sudah, Raf, kamu makan aja sendiri. Lagian kalau memang mau membawa makanan ya bawa aja, gak ada yang melarang. Pake acara kesal segala muka kamu itu?" Mama mertua langsung menanggapi.Aku mengambilkan nasi dan menuangkannya dalam piring untuk Bang Rafi. Pasti dia lapar, baru pulang kerja melihat kami makan duluan jadi mungkin bawaannya kesal."Ini, Bang. Mau lauk apa?" Tanyaku dengan sesabar mungkin."Ya yang aku bawa tadi, lah! Dari pada mubazir!" tukasnya masih bernada kesal.Anak-anak telah selesai makan. Mereka membawa piring masing-masing ke belakang. Dan menyerahkannya ke Bi Siti. Lalu masuk ke kamar masing-masing.Mama mertua juga telah selesai makan. Ia pun juga berlalu dari meja makan ini. Tampak sekali Mama tak tertarik dengan perilaku putra semata wayangnya ini yang bikin seisi rumah tak paham akan kekesalan dirinya sendiri.Bang Ra

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 39

    POV RafiAku seorang pria biasa yang hidup sederhana, bersama Mama, dan dua orang kakak perempuan. Ayahku telah lama tiada karena sakit jantung yang menyerangnya kala itu. Aku acapkali dijodohkan oleh keluargaku dengan wanita pilihan Mama dan kedua kakakku. Namun aku bersikeras menolak, karena tak ada satupun yang kurasakan cocok denganku.Tak ingin menjadi pemuda beban keluarga, ku putuskan untuk bekerja. Aku melamar kerja di sebuah perusahaan bonafit. Disana hanya sepuluh orang saja yang lulus dari ratusan pelamar. Kebetulan bagian yang aku kuasai dan paling handal adalah bidang promosi, mungkin karena itulah aku terpilih. Karena aku sangat menguasai bidang promosi barang dan jasa.Di perusahaan itu, aku mengenal sosok wanita cantik, ramah dan baik. Tentu pula cerdas. Ia mempunyai keahlian dibidang analisa produk, keuangan dan lain-lain. Wajar saja ia mendapat posisi yang bagus pula di perusahaan tempat kami sama-sama bekerja. Wanita itu bernama Fi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 40

    “Halo, Raf! kamu dimana sih? Kok gak datang-datang! Ini Mama kamu marah-marahin aku di ruangan kerja! Kamu kesini deh, beresin Mama kamu ini! Buruan! Halo? Halo!” Klik. Kuakhiri panggilannya.“Dek, panggilan dari siapa?” Bang Rafi tiba-tiba sudah berdiri depan pintu kamar tamu.“Dari kantormu,” kuletakkan kembali gawai suamiku itu diatas nakas.Aku lalu kembali ke ruang kerjaku. Entah apa yang akan kulakukan aku tak tahu. Hanya ingin menghindari Bang Rafi mengajak bicara.Tampak sesekali Bang Rafi menoleh kearah ruang kerjaku. Ia terlihat panik sambil memegang benda pipih itu. Terlihat olehku pula, ia sedang megirim pesan dengan tergesa-gesa. Lalu pergi kekamar mandi. Sudah kupastikan pasti ia tak nyaman dengan panggilan yang kuterima dari Atika barusan.Ting!Sebuah notifikasi pesan masuk kegawaiku. Kuperiksa segera mana tahu dari Sisil soal kerjaan kemarin.“Fiza, setelah Rafi berangkat kerja, kamu ikut

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 41

    KEMELUT HATI FIZASetelah sekian lama aku selalu sabar dan tak sekalipun melawan pada keluarga Bang Rafi yang suka seenaknya berbuat padaku dahulu, kali ini aku harus bisa bersikap. Bukan terhadap Mba Zara ataupun Mba Tia yang dulu aku lakukan, tetapi kepada Bang Rafi. Suamiku.Aku masih belum memahami secara utuh apa yang ada dalam hatiku. Sakit? Tentu. Hati istri mana yang tak sakit melihat suaminya bermain api di belakangnya? Berubah menjadi orang yang berbeda dari biasanya. Bang Rafi yang dulu tak pernah bermain-main api dibelakangku, kini ia sudah mulai berani menunjukkan sikapnya itu.Memang belum ada bukti valid akan dugaanku itu. Walau hanya sekedar sebatas rekan kerja, aku tau persis Atika itu pasti bakal berbuat macam-macam terhadap suamiku. “Kalau dulu kita jadi menikah, mungkin ceritanya tidak begini ya, Raf?”Kalimat Atika saat itu terngiang dibenakku. Apa benar, disaat seperti sekarang ini wanita itu mulai menyukai Ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 42

    POV Mama MertuaSebagai orangtua, aku bisa dikatakan kurang mampu mendidik ketiga anak-anakku. Terutama Zara dan Tia. Mereka berdua ini, entahlah dari mana bisa berkelakuan sangat buruk. Aku sampai-sampai ikut arus dengan mereka berdua yang selalu mengatakan Fiza, mantuku, adalah sosok mantu yang tak mandiri. Bahkan kata Tia, Fiza hanya bisa menghabiskan uang anakku saja, yaitu Rafi.Jika untuk urusan makan anak istri, tak apalah Rafi harus mengeluarkan uang. Tapi jika meminta uang untuk berobat Putra cucuku yang sakit, hingga mencapai puluhan juta, aku tak terima. Karena kata Zara, Fiza hendak meminjam uangnya yang akan dipakai untuk acara ulang tahun cucuku Kiya. Makanya aku ikut tak menyukai Fiza saat itu. Bahkan sering tak kuanggap sebagai bagian dari keluarga.Ternyata aku salah, semua yang Zara dan Tia bilang adalah kepalsuan belaka. Aku baru tersadarkan ketika kedua anak perempuanku itu tak ada yang mau merawatku yang sering sakit-sakitan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 43

    Aku tahu jika Bang Rafi pastinya kebingungan dengan sikapku, yang meminta ia untuk memilih. Aku melakukan itu adalah untuk memastikan semuanya memang tidak ada apa-apa. Tapi itu jika Bang Rafinya mau jujur dan terbuka padaku.Ketika ia memilih jujur untuk hal-hal aneh yang ia sembunyikan dariku, kurasa aku bisa legowo apapun kejadiannya. Namun jika Bang Rafi hanya memilih bungkam, itu artinya memang ada sesuatu yang tak ingin aku ketahui darinya.Aku memilih pergi dari sini bukan karena aku tak mencintai suamiku, justru itu adalah cara agar ia dengan hati lapang bercerita semuanya. Tapi jika malah ia tak melarangku pula pergi dari sini, hanya karena bisnis yang ia rintis baru seumur jagung, itu artinya suamiku itu rasa egonya memang masih tinggi.Tak mengapa, aku ingin lihat sejauh mana dia tanpaku. Bukannya aku sombong. Tapi setidaknya ia menghargai semua yang kulakukan selama ini bukan untuk saling tinggi-tinggian ego, tapi karena kami pasangan suam

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 44

    “Oh … jadi, semua ini rencana kamu, Bang? Sengaja gitu, suruh kakak kamu tinggal disini tanpa sepengetahuan ku?” “Halah, sudahlah Fiza. Jangan tanyain soalan itu lagi! Pokoknya, Mba Tia seminggu disini, seminggu disitu, titik!”“Maaf Bang, kau tau sendiri kan kalau Mba Tia itu tak suka padaku? Jadi sebaiknya dia ikut Abang, bukan bersamaku!”Tut! Langsung aku matikan panggilan Bang Rafi. Benar-benar egois! Aku sudah tak bisa menolerir kemauan suamiku itu. Mengapa Bang Rafi jadi begini, sih? Apa yang dia inginkan sebenarnya?*** Hari ini aku akan ngantor. Karena Sisil sudah mulai menyuruhku untuk aktif kembali. Waktu tetap fleksibel, jadi anak-anak masih bisa aku jemput selepas pulang dari bekerja, atau Pak Didin yang menjemput jika aku ada kerjaan yang menyita waktu.“Welcome home!” Sisil menyambutku dengan pelukan hangat.“Makasih …” Aku tersenyum bahagia menyambut pelukan Sisil yang begitu hangat.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 45

    [Aneh kamu itu, Raf! Suka hati Mba, lah, mau kasih siapa aja. Bener kata Tia, jangan ngeribetin orang yang mau kirim makanan!] tulis Mba Zara pula, menanggapi.Memang secara tak langsung, chat Mba Tia ada benarnya. Mengapa juga harus menghalangi Mba Zara? Ini! Ini, yang menurutku aneh. Tapi Bang Rafi tak ingin dibilang dia itu ada masalah penyakit hati apa denganku jika minum kopi? Ah, sudahlah. Mungkin benar kata Sisil, suamiku itu kena syndrome paranoid kopi berlebihan.[Ya udah, Mba. Kirim ya? Kopi yang kayak Fiza ama cemilan! Oke Mba, aku tunggu!] balas Mba Tia yang benar-benar mengharapkan pemberian Mba Zara.[Kalo yang kayak Fiza ya gak bisa, Tia. Kedainya hanya ada disini. Kejauhan ngirim kesana. Aku kirim kopi yang lain, pesen yang dekat dengan rumah sana. Sekalian makanan buat Mama juga. Udah ya, jangan protes,] tulis Mba Zara lagi.[Makanya Mba Tia kerja lah! Biar bisa beli sendiri kalau mau apa-apa. Bikin repot kakak dan adeknya aj

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27

Bab terbaru

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 74

    Pesan dari Sisil membuat hatiku gelisah. Ingin segera kutolehkan kepala dan pandangan ini ke belakang. Tapi aku ragu. Karena aku tahu, ini akan membuat hatiku semakin tak tentram. ‘Apa benar itu dia …?’‘Jika benar itu adalah dia, aku … aku …’Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan, sedikit menunduk, karena kesedihan hati ini mulai menjalar keseluruh relung dalam kalbu. Tanpa satu bilikpun tertinggal. Ya Tuhan, rasa apa lagi ini? Bukankah aku tak ingin menyatukan rasa ini dengannya? Ah Fiza, mengapa kau ucap kata-kata itu walau dalam hati? Jangan beri ruang untuk sesuatu yang tak mungkin bisa kau raih. Kau sudah cukup bahagia dengan dua orang buah hati. Cukup Fiza, hentikan dan tutup lubangnya agar tak tumpah rasa itu!Dan bukankah ia bertunangan di sini, di tempat ini? Aku harus terima kenyataan bahwa, dia sudah memilih wanita lain untuk menjadi pendampingnya. Jadi aku tak perlu banyak berharap. Bukankah kau lebih suka ia

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 73

    TAK DIANGGAP - BAB 73By. Sarah Canaken POV RAFIAku kecewa dan marah saat Mama beserta Pakde Sadikin melaporkanku ke ranah hukum. Awalan aku memastikan apa yang kulakukan dengan Atika tidaklah menimbulkan resiko besar. Palingan hanya respon kejut awal saja saat Mama dan Pakde Sadikin menyadari kehilangan sertifikatnya itu. Niatku hanya meminjam sementara, untuk investasi awal ke perusahaan. Karena, aka nada bagi hasil yang besar jika aku mau menginvestasikan dana di sana. Tapi malang tak dapat ku bendung, senangpun tak kuraih. Polisi menangkapku dan Atika di rumah atas dasar tuduhan mencuri sertifikat.Atika yang paling berontak. Karena merasa dan mengaku bukan perbuatannya. Ia sampai mencurigaiku bahwa aku yang melaporkan tindakan kami berdua kepihak berwajib. Sedikit syok mendengar Atika berbicara seperti itu. padahal aku sama sekali tidak melakukannya.Di kantor polisi kami berdua bertengkar. Sampai-sampai harus memarahi petugas

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 72

    TAK DIANGGAP - BAB 72By. Sarah Canaken“Mau apa kau ke sini? Bukankah sudah kubilang jangan menemui anak-anak lagi tanpa ijin dariku!” aku langsung menyerang tanpa ada kata maaf dan permisi pada mantan suamiku itu.“Hei, hei, sabar Fiza ... Abang kesini baik-baik kok? Gak niat melakukan hal buruk ...” jawabnya enteng.“Halo Raf! Tumben? Mau jemput anak-anak atau ketemu ... mantan istri?” Fandy mulai memecah sengatan api yang hendak membara diantara aku dan Bang Rafi.“Ya, seperti yang kau lihat, Fan. Kau sendiri ngapain di sini? Mau jemput anak-anakku? Atau juga ingin bertemu Fiza? Jangan bilang kau lagi bersaing dengan Zach untuk mendekatinya,” ujar Bang Rafi lagi. "Apa-apaan sih?! Mulai sifatmu itu keluar!" ucapku kesal.Aku membaca niatnya kesini pasti ada hubungannya dengan proyek. Ada udang dibalik batu! “Hahaha ... ya, terserah kau saja lah, Raf, mau bilang apa ... oh iya, sudah diangkat manajer?” Fandy meng

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 71

    TAK DIANGGAP - BAB 71By. Sarah Canaken“Papa mertua memintaku menanyakan sebuah hal darinya padamu, Sist,” lanjut Sisil membuatku mengernyitkan dahi. “Apa itu, Sil?” jawabku penasaran.“Maukah kau menikah dengan Zach? Aku tau ini terdengar aneh ... tapi,” suara Sisil agak memohon, namun sukses membuatku syok.“Apa? Sil, tolong jangan bercanda pagi-pagi, deh? Aku tau, Papa mertuamu pasti salah meminta bantuan!” kataku lagi.“Oke! Aku paham, karena ini memang terdengar aneh. Aku meluncur saja ke lokasimu saat ini. Tunggu aku, biar kau tak mengira aku mengada-ada!” Sisil mengakhiri sambungan telponnya. Aku yang hendak menyesap kopi, jadi mengurungkannya. Malah meletakkan kembali cangkir kopi yang sempat ku pegang beberapa saat tadi.Menikah dengan Zach? Ya Tuhan! Apa yang ada di pikiran Tuan Bram? Bukankah tadi membicarakan soal paman Irfan? Lalu mengapa tiba-tiba beralih soal pernikahan?Kuambil lagi r

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 70

    TAK DIANGGAP - BAB 70by : Sarah Canaken Aku pulang ke rumah sendirian tanpa anak-anak. Tentu pula sudah aku ingatkan kepada pihak sekolah bahwa beso-besok yang boleh menjemput Dinda dan Putra hanya aku ibunya atau Pak Didin selaku orang kepercayaan dariku. Jika ada ayahnya datang menjemput, harap meminta ijin dulu padaku. Aku menegaskan berkali-kali pada pihak sekolah. Pihak sekolah meminta maaf perihal hari ini, dan berjanji mengikuti apa yang aku arahkan. Sungguh sesak dadaku mengetahui perilaku mantan suami yang rasanya tak mungkin ia lakukan, mengingat ia tak pernah sekalipun menengok anak-anaknya, meskipun ia adalah ayah kandung Putra dan Dinda.Anak-anak memang sudah tahu dan sudah pula kuberi tahu, bahwa aku dan ayahnya sudah berpisah. Butuh waktu panjang saat itu untuk menjelaskannya dengan baik dan benar. Aku menceritakannya dengan sangat berhati-hati mengapa Ayah Bunda mereka harus berpisah. Aku juga mengatakan bahwa jika memang ingin ket

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 69

    Bab 69by : Sarah CanakenMelihat begitu banyak arah angin membawa semilir hembusan ringan yang mengembara dengan tenang, rasanya tak ingin hati ini begitu cepat terpesona.Pesona angin memang menyejukkan dan melenakan diri hingga terlelap oleh mimpi nan indah. Tidak ... aku bukan tipe pencari angin yang terburu-buru bak kehabisan napas hingga tersengal-sengal. Tapi aku lebih tertarik menyesuaikan hembusan udara berupa oksigen yang bisa masuk terhirup ke hidung dengan sempurna.Perlahan ... hirup dengan tenang ... menghembusnya kembali ... membiarkannya memenuhi semua relung ... lalu kembali menghirupnya ... perlahan ... dan seterusnya hingga napas mampu membuat hidup menjadi ringan, bukan beban berat.Menjadi tenang bukan perkara sulit, namun tak bisa dimudah-mudahkan. Aku berdoa dalam hati, "Semoga angin terus mengembuskannya untukku dengan tenang.""Za ..." Zach memanggilku lagi dengan suara khasnya."Oh, s

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 68

    Aku menunggu penjelasan dari Mama dan Mba Tia perihal celotehan Dinda barusan. Apa yang sebenarnya terjadi?“Tolong jelaskan, Mba, Ma? Ada apa ini? Terus terang sama Fiza …” kataku.“Yaudah, kamu aja yang cerita Tia … Mama udah gak bisa ngomong lagi, berpikir saja sudah pusing,” balas Mama yang duduk kembali ke sofa dengan muka sangat lesu.Aku langsung menghadapkan diri ke Mba Tia, meminta segera penjelasan apa yang terjadi.Mba Tia ikut mendaratkan tubuhnya di sofa. Menarik napas dalam, lalu membuangnya kasar “Saat di Mall, kami memang tak sengaja berpapasan dengan Rafi. Awalnya aku ragu kalau itu adalah Rafi. Tapi, anak-anak reflek mengenal kalau itu adalah Ayah mereka. Panggilan Dinda dan Putra ke Rafipun tak digubris olehnya. Aku dan Mama mau tak mau menghampiri Rafi. Anak-anak untung bisa di kondisikan oleh Bi Siti sementara waktu,”“Kenapa dia bisa keluar, Mba?!” aku makin ngegas bertanya inti persoalan.“Ra

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 67

    "Ya Tuhan, Mba ... berarti memang Atika pelakunya ya .... Astagfirullah, kok bisa nekat mereka ini," Aku masih tak percaya rasanya, Bang Rafi begitu tega dengan orangtua dan keluarga sendiri. "Fix, penjara! Rasain, biar tau rasanya mendekam di sana! syukur-syukur otaknya jadi balik normal," lanjut Mba Tia lagi."Oke deh, makasih infonya ya, Mba. Aku masih ada kerjaan. Kalau ada apa-apa nanti hubungi Fiza aja. Salam buat Mama," "Okeh! makasih ya Fiza rekom pengacaranya tulen! sat set sat set, kelar! hahahah!"Aku ikut terkekeh mendengar Mba Tia, lalu memberinya salam mengakhiri pembicaraan.Aku terduduk di sofa dengan perasaan mengambang. Apakah berita barusan benar terjadi? Rasanya sulit untuk percaya ....Bagaimana nanti aku akan menceritakan pada Putra dan Dinda soal Ayah kandungnya yang mendekam di penjara. Bahkan bisa dikatakan mantan residivis ketika sudah keluar penjara nanti? "Halo, Za! tumben gamang gitu?

  • Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap   Bab 66

    “Bukan urusanmu! Jangan ikut andil memberi saran padaku, karena kau bukan siapa-siapaku lagi! Dan tolong jangan hubungi diriku lagi. Nanti istri barumu itu cemburu.” Kubalas pesan Bang Rafi yang sok bijak memberi saran tak berguna.Ada-ada saja makin hari tingkah mantan suamiku itu. bagaimana dia bisa sekacau itu sekarang? Padahal seingatku dulu, dia melakukan sesuatu atas dasar penilaian yang objektif. Tapi sekarang malah sebaliknya. Bahkan bisa dikatakan tidak bisa memilah mana yang penting baginya, bagi orang lain, maupun bagi keluarganya. Apa dia ada salah makan? Entahlah.Berhubung besok weekend, pekerjaan hari ini aku percepat agar bisa pulang lebih awal. Aku akan mengajak anak-anak Bersama nenek dan tantenya jalan-jalan. Hitung-hitung refreshing keluarga. Supaya Dinda dan Putra tak melulu menanyakan kenapa ayahnya jarang pulang. Dan tentu kenapa Nenek mereka juga sudah jarang ada di rumah ini.Jujur saja, aku belum berterus terang kepada anak-a

DMCA.com Protection Status