PESAN WA DARI JANDA SEBELAH
Part 5"Meisya …," ucapku tertahan. Nggak mungkin juga aku memanggilnya disituasi begini."Mohon dibantu kerja samanya ya teman-teman. Kalau misalkan ada sesuatu yang belum saya pahami. Tolong dibimbing, dan jangan bosan berteman dengan saya ya," tutur Meisya berdiri tegap. Senyum manis itu selalu menghiasi bibir tipisnya yang berbalut gincu warna merah berani.Penampilan Meisya berubah 180 derajat ketika di rumah dan sekarang berdiri di depanku.Biasanya, rambut Meisya selalu hitam lurus. Tidak pernah dicat sama sekali. Tapi sekarang, gaya rambutnya saja sudah berubah. Ia malah mirip bule tapi wajahnya lokal. Kesan manis pada wajah baby face Meisya makin terpancar. Aura berkelasnya muncul dengan gaya bicaranya yang humble namun tak mengurangi kesan serius. Aku begitu terpanah melihatnya, baru kusadari, ternyata Meisya bisa secantik itu.Ingin sekali aku menghambur memluk pinggang ramping Meisya dan mendaratkam kecupan lama di pipinya. Oh Meisya, kau begitu cantik, sama seperti pertama kali kita bertemu. Hati ini kembali gusar ketika wajah cantikmu terpahat dalam ingatan. Dan yang lebih dahsyatnya lagi, aku merasa gelora cinta ini meningkat berkali-kali lipat lagi. Tak akan kubiarkan Sena dekat denganmu walau jarak sepuluh meter sekali pun.Tangan sedikit kuangkat. Memberi kode pada Meisya bahwa suaminya berada di sini sedang mengagumi dalam diam.Tapi, kedua mata indah itu tak mau membalas tatapanku. Ia malah melemparkan senyum juga melihat ke arah Sena.Aku benci pemandangan itu. Ketika Meisya lebih memilih menatap lelaki ketimbang aku. Sena juga terlihat cari perhatian sekali, berkali-kali kudapati mata Sena curi-curi pandang pada Meisya.Meski kutahu hubungan mereka baik kaena Meisya dan Sena pernah sekolah di tempat yang sama. Meisya bilang, kalau Sena kakak kelasnya dulu. Dan kebetulan saja sekarang jadi tetangga, makanya mereka akrab. Tapi, dalam hati orang siapa yang tahu, bisa saja Sena punya perasaan sama istriku. Dia kan duda. Ditambah sekarang Meisya ikut gabung di perusahaan Sena, sudah jelas tergambar kalau Sena punya maksud tersembunyi.Ternyata ini pekerjaan yang dimaksud Meisya kemarin. Sangat-sangat membuatku terkejut."Dia siapa, Pak? Calon istri Pak Sena ya?" tanya salah satu pegawai, namanya Mila."Bukan, dia teman saya," jawab Sena cepat. Sekilas ia melirikku."Oh, saya kira calon istri, Pak. Habisnya cocok banget. Semoga bisa jadi teman hidup ya, Pak." Sungguh, ucapan Mila makin ngawur dan membuatku dongkol."Em, dia hanya teman," sanggah Sena lagi.Jangan pura-pura nggak enak deh lu Sena! Seneng kan lu dicomblangin sama orang-orang? Kesal aku tuh. Batinku ingin nonjok wajahnya."Baik, kita kembali ke topik. Meisya silakan duduk." Sena menyuruh Meisya duduk di kursi yang masih kosong.Itu kursi tepat di samping tempat duduk Sena. Nah kan, makin kelihatan kalau Sena pengen deket-deket sama Meisya."Selain kita akan membahas soal produk baru. Saya juga akan mengumumkan kebijakan baru terkait aturan perusahaan ini. Di mana salah satunya adalah, bagi karyawan yang ketahuan selingkuh akan dipecat. Nanti biar asisten Heru yang menjelaskan semuanya. Cukup pahami, dan patuhi. Kalau bebal dan melanggar siap-siap out dari sini," tegas Sena. Semua mata karyawan saling menatap satu sama lain. Termasuk Ridwan, ia langsung menyorotku tajam.Gawat juga sih kalau Meisya sampai lapor ke Sena, terkait kedekatanku sama Marimar.Tapi, Meisya punya bukti apa?Nggak ada 'kan? Jadi, semua tetap aman terkendali.*Setelah acara rapat tadi. Aku tak mendapati Meisya lagi. Meski jam makan siang telah tiba.Ke mana sih dia? Bikin pikiran nggak tenang aja.Ponsel dalam genggaman menyala. Pesan dari Marimar membuat mata langsung melebar.Ia mengajakku untuk makan siang lagi. Tentu langsung kuiyakan. Apalagi kini uangku sudah kembali, meski tidak banyak. Tapi cukuplah untuk sekadar ntraktir Marimar.Dua menu siap saji sudah terhidang di meja kami. Marimar perlahan melahap makanan itu begitu pun denganku."Maaf ya, Mas. Akhir-akhir ini aku sibuk. Jadi nggak ada waktu buat kamu." Marimar berkata lembut."Nggak pa-pa, aku paham kok." Kusentuh pipi kanannya, lalu memberi sedikit usapan tipis.Byur!Mata ini langsung terpejam. Kala tiba-tiba ada yang menyiram tepat ke wajahku."Pak Sena, silakan pecat dia. Sudah jelas buktinya kalau dia selingkuh.""Me-Meisya … aku ….""Aku apa, Mas? Sudah jelaskan buktinya. Kamu selingkuh sama janda gatel ini." Meisya memaki. Suaranya membuat para pengunjung kafe tertuju pada kami. Bahkan ada juga yang mengarahkan ponsel. Pasti mereka merekam kejadian ini."Aku bisa jel--""Jelasin apa hah?! Sudah ketangkap basah masih aja ngelak. Kamu pikir aku bodoh apa? Aku tuh udah lama ngintai kamu, Mas. Jadi aku tahu ke manapun kamu pergi dan apa aja yang ada dalam Hp kamu itu. Aku sudah menyadap WA kamu sama ngaktifin GPS buat ngelacak keberadaan kamu. Kamu baru sadar ya, aku selama ini diam karena sekali aku bergerak itu akan mematikan!"Brak!Meisya mengucap semua dengan emosi menggebu. Gelas yang dipakai untuk menyiramku tadi diletakan di meja dengan kasar.Marimar tentu kaget sekali dengan kedatangan Meisya bersama Sena. Sama halnya denganku. Kenapa aku nggak sadar kalau Meisya bisa seperti ini. Mungkin, setelah ini foto bahkan video pelabrakan ini akan melanglang buana di sosial media."Pantesan aja suamimu nggak betah sama kamu, Mbak. Orang galaknya kayak singa." Marimar nyeletuk. Tatapannya nyalang pada Meisya.Kedua wanita beda karakter itu saling menatap sengit.Sudut bibir Meisya terangkat ke atas. Ia tersenyum miring seolah mencemooh Marimar yang tengah bersendekap tangan di dada."Meskipun aku galak. Tapi aku nggak pernah kegatelan sama suami orang," pungkas Meisya tegas."Oh, gitu. Oke, kalau semuanya udah terlanjur begini, malah bagus. Kita nggak perlu kucing-kucingan lagi, Mas. Sekarang juga, kamu ceraiin si Meisya dan nikah sama aku. Toh, yang akan menyesal juga Meisya, bakalan jadi gembel dia!" Marimar menunjuk tepat ke wajah Meisya.Tangan Marimar yang mengambang di udara lekas ditepis oleh Meisya."Ambil saja lelaki sampah ini. Aku tidak butuh!" Kedua mata Meisya mengarah padaku. Ia berdecih, mengintimidasi aku yang memang saat ini sedang tersudut.Jujur, aku nggak mau pisah sama dia. Nggak, aku sama Meisya nggak boleh pisah."Ayo Mas Ridho. Cepetan sekarang kamu talak istri tidak tahu diri ini." Marimar memintaku mengatakan talak pada Meisya. Tentu ini jadi pertimbangan yang berat bagiku."Nggak, Mar. Meisya istriku, aku nggak mau pisah sama dia!" kataku membuat Marimar kesal."Kok kamu gitu sih, Mas?! Selama ini aku kamu anggap apa? Hah! Seenak jidat kamu sendiri mempermainkan aku!" Seloroh Marimar. Ia mencengkram kedua pudakku.Aku tak mampu bersitatap dengannya. Aku harus bagaimana ini. Aku masih mencintai Meisya. Tapi aku tak tega juga melihat Marimar menelan kecewa."Mas Ridho, silakan jelaskan semuanya. Jika sekiranya Mas punya pembelaan yang menguatkan tidak bersalah. Maka saya akan mempertimbangkan untuk tidak memecat Mas." Sena yang berdiri tepat di sisi Meisya mengarahkan pandang padaku."Mau seperti apa pun pembelaanku. Mau aku salah atau tidak. Kamu akan tetap berpihak pada Meisya. Kamu pasti juga akan melempar aku dari perusahaanmu. Karena apa?! Karena kamu suka 'kan sama Meisya?!" Aku tak tahan, semua yang mengendap dalam dada kuutarakan juga."Kenapa kamu berpikiran picik begitu, Mas? Kamu perlu ingat ya, aku bukan kamu yang suka menyakiti hati orang lain. Jikalau pun aku suka sama Meisya, aku juga akan merebutnya dengan cara elegant. Bukan cara kotor dengan memecatmu. Karena bagiku, masalah hati sama kerjaan itu beda. Kita itu lelaki, nggak seharusnya berlaku seperti pengecut yang bersembunyi dalam topeng kepalsuan. Jadi, jangan pernah salahkan orang atas apa yang menimpamu sekarang. Sadarlah, berapa air mata dan luka yang harusnya kau bayar untuk Meisya. Setiap kau membalas pesan mesra dengan wanita lain, saat itu Meisya begitu sakit hati. Dan asal kamu tahu, selama ini hanya pundakku yang nyaman untuk menopang semua keluh kesah Meisya. Sadar dirilah Mas kamu! Lepaskan saja jika kau hanya bisa menyakitinya."Wow, aku tertegun mendengar perkataan Sena. Tebakanku tak meleset. Sena benar menyimpan rasa untuk Meisya.Tapi, jangan harap aku mau melepaskan apa yang sudah ada dalam genggaman saat ini. Meisya tetap milikku.Dadaku bergemuruh, sesuatu terus merangkak naik hingga ke ubun-ubun. Kesabaranku telah habis. Menghadapi lelaki satu ini tak cukup dengan otak atau mulut. Dia harus mendapat pelajaran berharga hari ini. Jangan kira dia mampu merebut apa yang aku punya.Aku membusungkan dada. Melangkah maju hingga berhadapan dengan Sena.Meski postur Sena lebih tinggi dariku. Bagiku, berhadapan dengannya adalah hal kecil."Kau memintaku melepaskan Meisya? Jangan harap! Kau pria tidak laku ya? Sampai-sampai tergila-gila sama istri orang?" ucapku menantang.Tangan ini mulai mengepal keras."Lebih baik aku ke luar dari perusahaanmu daripada harus menjadi manusia paling memalukan di dunia ini. Hanya menjadi bawahan orang congkak sepertimu!" Tegasku, gigiku sudah mengerat berderit dengan rahang mengeras.Kutarik napas. Dan ….Bugh!Aku kalap. Hingga kupukul wajah Sena.BersambungPESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 6"Cukup!" Meisya memekik.Plak!Ia menampar pipiku keras.Meisya membantu Sena untuk berdiri tegak. Lelaki itu memegangi area pinggir bibirnya. "Ayo kita pergi." Kuraih tangan Marimar. Dan lekas mengajaknya meninggalkan kafe.Sekilas, aku dan Meisya saling tatap. Namun, jarak yang terus memangkas membuat ia kembali fokus pada Sena.*"Mas, kok kamu milih keluar dari perusahaa itu sih?" Baru saja aku dan Marimar tiba di rumahnya. Ia menanyakan hal yang memancing kembali emosiku."Kamu mau aku terlihat memalukan harus mengemis pada Bos kepar4t itu?" jawabku sembari bersandar di sofa."Bukan gitu, Mas. Terus kamu kerja di mana lagi dong? Sekarang nyari kerja susah, Mas. Dan di situ salah satu perusahaan yang gajinya gede." Marimar terus saja mengomel. Membuat kepalaku makin pusing."Nanti aku cari kerja yang lain lagi. Sekarang aku mau selesaikan masalahku sama Meisya dulu." Kuhela napas lantas mengembuskannya ke udara. Agar sedikit mengurangi beban di
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 7Kutarik paksa baju Meisya di bagian dada hingga sobek.Kali ini, dia nggak akan bisa melawanku. Emangnya enak, berhari-hari didiemin nggak dikasih jatah. Sekarang lihat saja, kalau aku sudah bergerak. Tamatlah riwayatmu Meisya!Tatapan kami saling beradu. Aku menyeringai bagai serigala yang hampir menikmati mangsa. Wajah Meisya yang tadi ketakutan, sekarang malah mendongak padaku.Bugh!Aku meringis. Kala sebuah tendangan mendarat di area kejantananku.Gerakan Meisya tadi sangat cepat. Tak kalah cepatnya dari kilat.Tubuhku terhuyung mundur. Sembari memegangi area selakangan. Rasa sakit luar biasa hingga membuat bibir ini berdesis menahan."Sakit nggak? Mau lagi? Jangan macam-macam kamu, Mas! Kamu lupa ya, kalau dulu aku pernah jadi atlet Karate." Ia mencibir. Sedikit merunduk melihat aku tengah kesakitan terlihat membuat wajahnya senang.Baju Meisya yang terkoyak hingga memperlihatkan dada bagian atasnya. Ia busungkan seperti pemenang."Me-Meisya! T
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 8Wanita melambaikan tangan ke arah mobil. Setelah Sena datang membuka pagar.Dua orang paruh baya ke luar dari pintu mobil. Lalu turut masuk ke rumah Sena.Ya elah, aku kira itu si Sena mau berduaan. Ternyata enggak. Gagal deh aku balas dendamnya. Argh! Terus gimana ini nasibku? Aku harus tidur di mana?Tak lama, kulihat Marimar barusan ke luar dari rumah sambil menelepon.Posisiku yang berada di dekat tiang listrik tidak kelihatan kalau dari depan rumah Marimar. "Halo, Mas. Jemput aku di pertigaan depan ya,", ucap Marimar dengan telepon genggamnya.Aku tak dapat mendengar jelas suara orang yang sedang berbincang dengannya."Tenang aja, nanti kalau tarifnya sesuai aku pasti mainnya bakal hot" tukasnya lagi.Apa maksud Marimar? Dia teleponan sama siapa kok ngobrolnya gitu amat.Ia mengayunkan kaki menuju jalan raya pertigaan. Kutinggalkan koper dan aquarium ini untuk mengikuti langkah Marimar.Setelah sampai. Mobil Alphard berwarna hitam terparkir di
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 9Perasaanku tak karuan. Wanita yang dimaksud itu jangan-jangan …. Marimar. Tapi, nggak mungkin dia bekerja kayak begitu.Ting!Bunyi ponsel yang bukan punyaku menjeda obrolan Sena dengan Zain.Zain menatap benda gepeng tersebut."Sena, aku pergi dulu ya. Timku udah ngumpul di depan. Mau siap-siap penggrebekan," ujar Zain. Lalu memasukan ponselnya ke saku celana."Iya, Zain. Selamat bertugas ya," balas Sena. Kedua lelaki itu bersalaman gaul ala anak jaman sekarang."Em, Zain! Kita boleh ikutan nggak? Soalnya, kayaknya aku kenal sama yang bersangkutan," sergahku. Semoga Zain memperbolehkan."Kayaknya nggak bisa deh, Mas. Soalnya ini ….""Ayolah, Mas. Saya mohon," kataku memelas."Bolehin ajalah, Zain. Dia ini teman aku." Sena menyahut. Dan akhirnya Zain mengizinkan."Iya, udah." Zain menghela napas. Kelihatan sekali kalau dia terpaksa mengiyakan. Tak apa, yang penting aku bisa melihat sendiri nanti. Siapa wanita yang jadi buronan itu.Aku dan Sena menge
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 10"Itu bukan karma! Tadi … Meisya cuma lagi ngambek aja," elakku. "Emangnya aku percaya? Ya jelas enggaklah, Mas. Udah ya, mendingan sekarang Mas Ridho turun dari mobilku. Atau aku kunci nih?!" Duda satu ini sudah berani mengancam. Sial, aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perintah Sena."Iya, ya!" Aku ke luar. Lalu menutup pintu mobil dengan kasar.Hih! Biar rusak sekali tuh pintu! Batinku geregetan.Pagar rumah Sena terbuka sendiri. Ya, aku tahu kalau dia pakai remote control.Masalahnya cuma satu. Sekarang aku harus tidur di mana?Sena nggak ngebolehin aku nginep di rumah dia. Lalu Meisya, dia pasti juga bakalan ngusir aku lagi kalau balik ke rumahnya. Dan Marimar, wanita itu malah ternyata cewek nggak benar. Sumpah, nyesel banget kenal janda satu itu.Aku melangkah gontai. Kembali ke koper dan akuarium yang ternyata masih utuh berada di tempatnya. Lagian, siapa juga yang mau nyolong dua benda tak berharga itu.Botol bekas air min
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 11"Mei-Meisya, ini beneran kamu 'kan?" Mataku berbinar. Aku segera berdiri menyambut kedatangan wanita langsing berparas ayu tersebut."Iya, ini aku," jawabnya sembari melangkah mendekat."Aku yakin, kamu ke sini pasti minta rujuk 'kan? Aku yakin sekali Mei, pasti hati kamu bakalan luluh dan mau maafin aku." Meisya tersenyum mendengar perkataanku. Menurutku, itu sebagai sinyal kalau dia mau kembali memperbaiki hubungan kami lagi. Kendati pun, kamu juga punya Arga yang perlu dibesarkan bersama-sama.Jemari Meisya yang kuku-kukunya dicat pakai kutek warna merah terang, menelusup masuk ke dalam tas yang ia bawa."Ini Mas, surat cerai kita. Sekarang, kita sudah bukan siapa-siapa lagi. Mohon terima ya, Mas. Semoga kamu bisa secepatnya menikah dengan wanita impianmu. Wanita cantik, seksi, dan yang jelas masakannya jauh lebih enak dariku. Oya, kamu boleh kok kalau mau ketemu Arga. Mau bagaimanapun, Arga itu darah dagingmu Mas, aku nggak mau dicap sebagai wa
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 12Pov Meisya❤️❤️❤️Butiran bening membasahi telapak tangan yang sengaja aku tengadahkan untuk merasai sentuhan hujan. Deru mesin mobil Sena berhenti tepat di depanku. Dengan sigap lelaki itu melepas jas hitamnya dan memayungi aku yang masih canggung atas perlakuannya.Awalnya aku menggeleng sebagai pertanda penolakan. Tetapi, ia tetap kukuh dan malah merengkuh pundak ini untuk masuk ke dalam mobilnya. Sena memang seperhatian itu. Sejak awal dia yang selalu mendampingi, menjalani hari-hari terberat saat mengurus perpisahan dengan Mas Ridho. Akhirnya … aku lega, sudah resmi bercerai dengan lelaki yang tak pernah bisa menghargai.Keadaan Mas Ridho saat kulihat tadi pagi sangatlah buruk. Rambut acak-acakan dan gondrong, kumis serta jenggot yang yang tak pernah dicukur terlihat menambah kesan tua pada wajahnya. Beda sekali saat kami masih bersama dulu. "Meisya … kenapa melamun?" Netraku yang menatap kosong ke arah spion langsung beralih pada Sena."Ngg
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 13"Emangnya … siapa Bang wanita cinta pertamamu?" tanyaku ingin tahu. Ternyata, jadi tukang keppo itu nggak enak. Mau tak acuh, tapi penasaran. Nyiksa batin banget, sumpah!"Kamu kenal kok siapa dia. Nanti juga tahu." Ya, jawaban Sena membungkam mulutku. Dahlah, nggak bakalan lagi aku nanya ke dia. Sikapnya masih sama seperti dulu, nggak bisa terbuka sama sekali. Padahal kita kenal cukup lama. Baiklah, aku nggak akan lagi usik privasi dia."Kenapa mukanya berubah bete gitu?" Aku menghela napas. Sena nyeletuk sambil memperhatikanku walau sekilas."Enggak. Siapa yang bete sih, orang biasa aja kok," kilahhku. Sebenarnya aku emang lagi kesal sama dia. Tapi nggak enak juga kalau ngomong gamblang soal masalah tadi."Pasti gara-gara itu 'kan?" tekannya."Itu yang mana sih, Bang?" sungutku agak cemberut."Soal gadis di masalalu." Dia meringis. "dulu, aku tuh cupu banget ya, Mei?" lanjutnya menghela napas berat."Enggak. Dulu Bang Sena tuh keren banget malah
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHBab 16Tapi panggilan via telepon itu singkat sekali."Mei, kita sekarang pergi ke restoran kemarin. Alhamdulillah ada bukti rekaman CCTV yang memperlihatkan kalau mobil aku emang disengajai orang. Dan pelakunya itu laki-laki."Kedua mataku reflek membola. Dan pikiranku pun tertuju pada seseorang, bukan menuduh, ini hanya praduga saja. Semoga tidak benar."Pelakunya laki-laki? Apa jangan-jangan Mas Ridho?" Mulutku tercelos begitu saja."Belum tahu Mei, semoga bukan dia. Lagi pula, apa motif Ridho melakukan hal untuk mencelakai aku?""Bisa aja Mas Ridho dendam ke Bang Sena soal pemecatan itu," jawabku cepat."Iya Mel, tapi jangan nuduh dulu ya sebelum kita melihat bukti." Bang Sena tersenyum, walau masih membekas beberapa memar luka sisa kemarin. Ia tetap berpikir positif."Iya, Bang. Kita jadi berangkat sekarang? Gimana keadaan Bang Sena? Udah agak enakan?" Aku memastikan. Tersempil rasa khawatir yang sejujurnya tak bisa disembunyikan."Udah baik kok. Apa l
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 15Aku hanya terdiam menatap Sena. Lelaki itu pun terus memperhatikan aku yang masih mematung.Kemudian, ia melirik ke arah nakas. Tepat pada ponsel berwarna hitam yang tergeletak di sana."Apakah itu HP-ku?" tanyanya.Kuanggukan kepala.Sena meraih benda gepeng tersebut. Lantas menyalakannya. Getar pada ponsel itu membuatku yakin kalau Sena hanya berpura-pura. Masa iya, dia amnesia sama aku. Tapi ingat password HP-nya. Sungguh janggal bukan."Ehem! Pesan dari siapa tuh?" cetusku.Sena berekspresi entah. "Masa amnesia bisa ingat password?" Dekikan lesung pipinya Sena tercetak indah. Pertanda kalau ia tengah mengulum senyum."Iya, iya, aku pura-pura. Ngerjain dikit nggak pa-pa 'kan?" Tuh kan, benar dugaanku. Dia hanya bohongan."Terus Dokter tadi? Udah sekongkol sama kamu buat bohongin aku?" tegasku."Iya, Mei. Aku tuh sebenernya udah bangun dari tadi. Cuma nggak tega lihat kamu kecapean. Ya udah aku balik merem lagi, sambil sesekali lihatin kamu."
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHBab 14Kurasa sakit luar biasa di kepala. Sedikit demi sedikit, kukerjapkan mata ini untuk menyesuaikan cahaya yang menyambut.Terang binar lampu menyilaukan sekali. Ruangan asing dengan gorden berwarna cokelat berada di segala sisi.Pikiranku langsung tertuju pada seseorang. Sena, di mana dia? Seingatku, tadi kami kecelakaan berduan. Tapi hingga kini tak kutemui sosok pria berperawakan tinggi tersebut."Aduh …," lenguhku sedikit lirih. Suster berjilbab biru menghampiri. "Sudah sadar, Bu?" tanyanya tersenyum ramah."Iya, Sus. Di mana pria yang kecelakaan sama saya?" Pelan aku menggerakkan tubuh mencoba untuk mengatur posisi duduk."Ibu jangan bangun dulu ya." Suster agak menekan lenganku, menyuruhku untuk kembali terbaring. "saya periksa dulu, nanti kalau sudah selesai Ibu boleh menjenguk pasien bernama Adi Sena." Alat stetoskop itu Suster arahkan ke area dadaku. Memeriksa denyut nadi di sana. "Semuanya bagus. Nggak ada cidera serius. Kalau kepalanya ma
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 13"Emangnya … siapa Bang wanita cinta pertamamu?" tanyaku ingin tahu. Ternyata, jadi tukang keppo itu nggak enak. Mau tak acuh, tapi penasaran. Nyiksa batin banget, sumpah!"Kamu kenal kok siapa dia. Nanti juga tahu." Ya, jawaban Sena membungkam mulutku. Dahlah, nggak bakalan lagi aku nanya ke dia. Sikapnya masih sama seperti dulu, nggak bisa terbuka sama sekali. Padahal kita kenal cukup lama. Baiklah, aku nggak akan lagi usik privasi dia."Kenapa mukanya berubah bete gitu?" Aku menghela napas. Sena nyeletuk sambil memperhatikanku walau sekilas."Enggak. Siapa yang bete sih, orang biasa aja kok," kilahhku. Sebenarnya aku emang lagi kesal sama dia. Tapi nggak enak juga kalau ngomong gamblang soal masalah tadi."Pasti gara-gara itu 'kan?" tekannya."Itu yang mana sih, Bang?" sungutku agak cemberut."Soal gadis di masalalu." Dia meringis. "dulu, aku tuh cupu banget ya, Mei?" lanjutnya menghela napas berat."Enggak. Dulu Bang Sena tuh keren banget malah
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 12Pov Meisya❤️❤️❤️Butiran bening membasahi telapak tangan yang sengaja aku tengadahkan untuk merasai sentuhan hujan. Deru mesin mobil Sena berhenti tepat di depanku. Dengan sigap lelaki itu melepas jas hitamnya dan memayungi aku yang masih canggung atas perlakuannya.Awalnya aku menggeleng sebagai pertanda penolakan. Tetapi, ia tetap kukuh dan malah merengkuh pundak ini untuk masuk ke dalam mobilnya. Sena memang seperhatian itu. Sejak awal dia yang selalu mendampingi, menjalani hari-hari terberat saat mengurus perpisahan dengan Mas Ridho. Akhirnya … aku lega, sudah resmi bercerai dengan lelaki yang tak pernah bisa menghargai.Keadaan Mas Ridho saat kulihat tadi pagi sangatlah buruk. Rambut acak-acakan dan gondrong, kumis serta jenggot yang yang tak pernah dicukur terlihat menambah kesan tua pada wajahnya. Beda sekali saat kami masih bersama dulu. "Meisya … kenapa melamun?" Netraku yang menatap kosong ke arah spion langsung beralih pada Sena."Ngg
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 11"Mei-Meisya, ini beneran kamu 'kan?" Mataku berbinar. Aku segera berdiri menyambut kedatangan wanita langsing berparas ayu tersebut."Iya, ini aku," jawabnya sembari melangkah mendekat."Aku yakin, kamu ke sini pasti minta rujuk 'kan? Aku yakin sekali Mei, pasti hati kamu bakalan luluh dan mau maafin aku." Meisya tersenyum mendengar perkataanku. Menurutku, itu sebagai sinyal kalau dia mau kembali memperbaiki hubungan kami lagi. Kendati pun, kamu juga punya Arga yang perlu dibesarkan bersama-sama.Jemari Meisya yang kuku-kukunya dicat pakai kutek warna merah terang, menelusup masuk ke dalam tas yang ia bawa."Ini Mas, surat cerai kita. Sekarang, kita sudah bukan siapa-siapa lagi. Mohon terima ya, Mas. Semoga kamu bisa secepatnya menikah dengan wanita impianmu. Wanita cantik, seksi, dan yang jelas masakannya jauh lebih enak dariku. Oya, kamu boleh kok kalau mau ketemu Arga. Mau bagaimanapun, Arga itu darah dagingmu Mas, aku nggak mau dicap sebagai wa
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 10"Itu bukan karma! Tadi … Meisya cuma lagi ngambek aja," elakku. "Emangnya aku percaya? Ya jelas enggaklah, Mas. Udah ya, mendingan sekarang Mas Ridho turun dari mobilku. Atau aku kunci nih?!" Duda satu ini sudah berani mengancam. Sial, aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perintah Sena."Iya, ya!" Aku ke luar. Lalu menutup pintu mobil dengan kasar.Hih! Biar rusak sekali tuh pintu! Batinku geregetan.Pagar rumah Sena terbuka sendiri. Ya, aku tahu kalau dia pakai remote control.Masalahnya cuma satu. Sekarang aku harus tidur di mana?Sena nggak ngebolehin aku nginep di rumah dia. Lalu Meisya, dia pasti juga bakalan ngusir aku lagi kalau balik ke rumahnya. Dan Marimar, wanita itu malah ternyata cewek nggak benar. Sumpah, nyesel banget kenal janda satu itu.Aku melangkah gontai. Kembali ke koper dan akuarium yang ternyata masih utuh berada di tempatnya. Lagian, siapa juga yang mau nyolong dua benda tak berharga itu.Botol bekas air min
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 9Perasaanku tak karuan. Wanita yang dimaksud itu jangan-jangan …. Marimar. Tapi, nggak mungkin dia bekerja kayak begitu.Ting!Bunyi ponsel yang bukan punyaku menjeda obrolan Sena dengan Zain.Zain menatap benda gepeng tersebut."Sena, aku pergi dulu ya. Timku udah ngumpul di depan. Mau siap-siap penggrebekan," ujar Zain. Lalu memasukan ponselnya ke saku celana."Iya, Zain. Selamat bertugas ya," balas Sena. Kedua lelaki itu bersalaman gaul ala anak jaman sekarang."Em, Zain! Kita boleh ikutan nggak? Soalnya, kayaknya aku kenal sama yang bersangkutan," sergahku. Semoga Zain memperbolehkan."Kayaknya nggak bisa deh, Mas. Soalnya ini ….""Ayolah, Mas. Saya mohon," kataku memelas."Bolehin ajalah, Zain. Dia ini teman aku." Sena menyahut. Dan akhirnya Zain mengizinkan."Iya, udah." Zain menghela napas. Kelihatan sekali kalau dia terpaksa mengiyakan. Tak apa, yang penting aku bisa melihat sendiri nanti. Siapa wanita yang jadi buronan itu.Aku dan Sena menge
PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 8Wanita melambaikan tangan ke arah mobil. Setelah Sena datang membuka pagar.Dua orang paruh baya ke luar dari pintu mobil. Lalu turut masuk ke rumah Sena.Ya elah, aku kira itu si Sena mau berduaan. Ternyata enggak. Gagal deh aku balas dendamnya. Argh! Terus gimana ini nasibku? Aku harus tidur di mana?Tak lama, kulihat Marimar barusan ke luar dari rumah sambil menelepon.Posisiku yang berada di dekat tiang listrik tidak kelihatan kalau dari depan rumah Marimar. "Halo, Mas. Jemput aku di pertigaan depan ya,", ucap Marimar dengan telepon genggamnya.Aku tak dapat mendengar jelas suara orang yang sedang berbincang dengannya."Tenang aja, nanti kalau tarifnya sesuai aku pasti mainnya bakal hot" tukasnya lagi.Apa maksud Marimar? Dia teleponan sama siapa kok ngobrolnya gitu amat.Ia mengayunkan kaki menuju jalan raya pertigaan. Kutinggalkan koper dan aquarium ini untuk mengikuti langkah Marimar.Setelah sampai. Mobil Alphard berwarna hitam terparkir di