Share

4. Anak Bos Besar

Author: Nurja
last update Last Updated: 2023-08-01 11:43:06

PESAN WA DARI JANDA SEBELAH

Part 4

"Lu kenapa mangap mulu, Dho? Kesambet lu?" bisik Ridwan pelan.

Dia memang berdiri di sampingku. Jadi leluasa untuk kami gibah bersama. Apalagi, tempat kami berdua yang berada di belakang. Amanlah si Sena nggak lihat. Kalau pun Sena lihat, malu gengsi aku jadi bawahan duda itu.

"Diam lu!" balasku juga berbisik.

Mataku sambil mendelik melihat ke arah Sena yang sedang di sisi bapaknya.

Pria tinggi semampai itu memakai kacamata hitam dengan balutan kemeja yang senada dengan warna celananya. Hitam-hitam semua, udah kayak mau ngelayat aja dia pakaiannya. Nggak style banget.

Desis-desis pegawai wanita tak hentinya berbisik dengan tatapan mengarah pada Sena. Hih, dasar wanita! Lihat yang bening dikit udah nggak bisa berpaling. Gantengan juga gue di sini.

"Selamat pagi semua," sambut Sena setelah melepas kacamata lalu diselipkan di kancing kemejanya.

"Pagi, Pak," jawab kami serentak.

"Perkenalkan, saya Adi Sena. Atasan baru kalian yang akan sepenuhnya mengambil alih pekerjaan Ayah saya. Mohon kerjasamanya ya semua untuk kemajuan perusahaan kita bersama. Terimakasih." Sena lantang berkata. Terakhir, tak lupa ia membubuhkan senyum diakhir kalimatnya. Sama seperti pagi tadi, senyum Sena sungguh memuakkan.

"Oya, terkait kebijakan baru untuk perusahaan ini. Besok akan saya umumkan. Sekarang, silakan kalian bekerja kembali." Sena melenggang ke arah lift. Dan semua pegawai bubar ke tempat masing-masing.

*

Jam makan siang tiba. Kubuka tas kotak bekal yang dibawakan Meisya.

Ada kertas kecil yang menempel di atas kotak tersebut.

[Selamat makan siang, Mas. Aku sengaja bikin tumis tauge lagi. Biar kamu makin subur.] Tulisan dari kertas itu membuatku bergegas membuka kotaknya.

Napas gusar meluncur. Astaga! Tauge lagi tauge lagi. Kusandarkan punggung lemas. Belum makan aja udah eneg duluan.

Subur apaan, makin melungker kayak tauge ini iya. Apa sih maunya Meisya? Kenapa jadi begini?

Ting!

Notifikasi HP-ku berbunyi. Satu pesan di aplikasi hijau menampilkan nama Parman Ojol. Ya, jelas itu pesan dari Marimar yang sengaja kuberi nama samaran. Agar Meisya tidak curiga aku menyimpan kontak nama wanita lain.

[Kita pergi makan siang yuk, Mas. Kebetulan aku lagi santai.] Pesan dari Marimar membuat senyumku mengembang.

Ini yang membuatku kembali semangat.

[Ayo, Cantik. Kita ketemuan di mana?] balasku.

[Di kafe biasanya, Mas. Aku otewe nih.]

[Siap, aku juga otewe.] Gegas kumatikan ponsel dan cepat menyusul Marimar di kafe yang lumayan dekat dari kantor ini.

*

Selesai melahap makanan. Tangan Marimar terangasur padaku.

Ah, dia ini selalu peka. Minta digenggam pasti tangan halusnya.

Cepat kutangkup telapak tangan Marimar sembari mengulum senyum manis.

"Eh, apaan sih, Mas! Pakai meremas tanganku segala? Aku lagi minta duit buat bayar makanannya. Malah kamu kasih tangan. Mana dompet kamu?" sungut Marimar.

Aku baru ingat, aku 'kan nggak bawa banyak uang. Mana cuma ada 20 ribu lagi. Pasti nggak akan cukup buat bayar makanan ini.

"Em … pakai uangmu dulu ya, nanti aku ganti. Sekarang, dompetku lagi disita sama Meisya. Dan parahnya lagi, dia cuma kasih aku uang 20 ribu buat beli bensin. Kejam sekali kan dia!" Aduku, berharap Marimar memaklumi.

"Ya udah, mana uangmu?"

Kurogoh saku kemeja. Dengan berat mengangsurkan selembar uang ini pada Marimar.

"Buat apa ya itu? Kan nanti mau aku beliin bensin pas pulang," protesku.

"Lumayanlah, Mas. Buat bayar makanan kamu sendiri. Meski aku juga yang harus nombokin."

"Lah, kalau uang itu kamu ambil. Aku beli bensinnya gimana?"

"Itu urusan kamu, Mas. Makanya jadi suami jangan takut sama istri. Yang keras dikit Napa?!" Marimar berlalu ke arah kasir.

Kutepuk jidat. Ini pulangnya gimana, ntar? Semoga masih ada bensin dalam tangki motorku.

*

Set!

Motorku tiba-tiba mogok di tengah jalan sepulang kerja. Mana langit gelap banget, pasti bentar lagi hujan.

Setelah kuperiksa. Ternyata aku kehabisan bensin. Arggh! Auto dorong dah ini.

Mau minta bantuan Ridho, ponselku baterainya lowbat. Terpaksa dorong ini kuda besi sampai rumah. Jujur, ini sakit tapi tak berarah.

Mobil hitam mengkilap menepi di depanku.

Sesosok pria berkacamata hitam ke luar dari sana.

Dia lagi, dia lagi, pasti mau nertawain gue.

"Mogok ya Mas, motornya?"

Kurasa … dunia ini begitu sempit. Di manapun selalu ada Sena. Ingin pindah ke planet Mars saja kalau begini.

"Atau, lagi kehabisan bensin?" tanya Sena lagi. Pria itu menatapku entah.

"Em … enggak kok. Emang sengaja aku dorong. Biasa olahraga," jawabku. Tentu aku bohong. Malulah, mengakui kalau kehabisan bensin.

"Oh, ya udah. Kalau gitu saya duluan ya, Mas." Sena berbalik menuju mobil.

Duh, bisa pegal-pegal nanti kalau dorong ini motor sampai rumah.

"Sena …!" panggilku berteriak.

Ia menoleh.

"Ya, Mas. Kenapa?"

"Bisa pinjam uang nggak? Hehe, motor saya kehabisan bensin. Tadinya mau jujur, tapi malu." Kuhela napas, dan dan akhirnya egoku kalah juga.

"Oalah, kenapa nggak jujur aja sih, Mas. Kalau gitu, ini uang buat beli bensin." Sedikit lega aku, ternyata Sena tidak banyak bertanya lebih rinci.

Selembar uang berwarna merah disodorkan padaku.

"Segini kurang nggak, Mas?" cetusnya.

"Nggak kok. Tenang aja, nanti saya balikin." Uang itu sudah pindah ke tanganku.

"Tenang aja, Mas. Nggak usah dibalikin," kata Sena enteng.

Ini yang aku suka. Yang geratis memang lebih membahagiakan.

"Serius ini nggak usah dibalikin?" tanyaku memastikan. Jaga-jagalah, takut kena prank. Lagian, jarang-jarang loh ada situasi begini.

"Iya, Mas. Kita kan tetangga, jadi harus saling tolong menolong. Apalagi, kamu sekarang karyawan aku kan di kantor. Sebagai atasan, harus baik sama bawahan." Sena menepuk pelan pundak kiriku.

Asem! Ternyata dia tahu kalau aku kerja di kantornya. Makin rendah pula posisiku sekarang.

"Kenapa melamun, Mas?"

Aku tersentak. Lantas melihat ke arahnya.

"Nggak pa-pa kok, Bos," cecarku. Dengan embel-embel panggilan Bos di belakangnya.

"Nggak usah panggil Boslah Mas kalau di luar. Kalau gitu saya pulang dulu ya," pamit Sena, ia beringsut pergi lalu hilang di balik pintu mobil.

Uang kertas ini kumasukan ke saku. Lanjut mendorong motor sambil melihat mobil mengkilap Sena melesat jauh.

Kapan aku begitu? Jadi duda yang modis dan berkelimang harta. Tanpa harus pusing mikirin anak istri. Kayaknya, jadi duda lebih enak. Lebih bisa bebas.

*

Aku terkejut, tatkala menemukan orang asing tengah menggendong Arga di teras.

"Kamu siapa? Kenapa anda gedong anak saya?" tanyaku setelah mematikan mesin motor.

"Saya …."

"Dia Yuli, pengasuh baru Arga." Tiba-tiba Meisya nyahut dari ambang pintu.

"Hah! Pengasuh? Kamu mau ngapain Mei, pakai jasa pengasuh segala. Buang-buang duit aja," sungutku. Kali ini aku kesal dengan tingkah Meisya. Dia itu wanita macam apa? Di rumah nggak kerja apa-apa malah pakai asisten segala. Benar-benar boros.

"Mulai besok aku kerja, jadi kamu nggak perlu ngeluh pusing mikirin cari uang buat anak istri," jawab Meisya lantang.

"Mau kerja apa kamu, Mei? Mana ada yang mau nerima Ibu rumah tangga kayak kamu. Palingan ada, tapi ya … cuma buruh kasar." Aku tertawa mengatakan. Pasti Meisya hanya bercanda kalau dia mau kerja.

"Lihat saja besok," ketusnya lalu masuk lagi ke dalam.

*

Hidup ini hampa, sudah dua hari makan hanya apa adanya. Meisya enggan memasak. Bahkan semalam aku minta jatah pun dia beralasan repot sama Arga. Jalan satu-satunya ya ke Marimar, tapi Marimar akhir-akhir ini juga sibuk. Entah kerja apa dia.

Tepat pukul jam 9 pagi. Aku, Ridwan dan yang lain ikut meeting di ruangan khusus.

Meja panjang serta kursi berjajar pun penuh kami duduki. Kecuali, kursi milik Sena. Lelaki itu tadi minta kami berkumpul, tapi malah dia sendiri yang belum hadir.

Derap langkah mendekat.

Sena datang bersama seorang wanita yang mengenakan masker hitam. Wanita itu berkulit putih, tinggi langsing, serta rambut berwarna pirang bergelombang.

Dress maroon selutut sukses berpadu dengan heels tinggi yang ujungnya lancip. Secara keseluruhan, meski tertutup masker saja sudah terlihat aura cantiknya. Bikin penasaran.

"Semua sudah hadir?" tanya Sena pada kami semua.

"Sudah, Pak," jawab asisten Sena.

"Oke, langsung saya mulai saja ya. Perusahaan kita kan sudah lama memproduksi kain yang juga diekspor ke luar negeri. Jadi, untuk itu saya akan mengenalkan brand ambassador baru kita. Yang nantinya akan memakai kain batik dari pabrik kita sendiri. Intinya begini, sekarang kita nggak cuma produksi kain saja. Tapi kita juga akan produksi semua hal yang berkaitan dengan fashion." Sena menjelaskan serius. Lalu menoleh pada wanita di sampingnya. "Silakan kenalkan diri kamu," katanya kemudian.

Detik-detik perempuan tersebut membuka masker.

"Perkenalkan, saya Meisya Anjani."

Aku menganga melihatnya. Nggak, itu nggak mungkin Meisya! Kenapa dia bisa berubah cantik begitu? Dan kenapa juga dia bisa jadi brand ambassador perusahaan ini.

Bersambung

Related chapters

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   5. Berubahnya Meisya

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 5"Meisya …," ucapku tertahan. Nggak mungkin juga aku memanggilnya disituasi begini."Mohon dibantu kerja samanya ya teman-teman. Kalau misalkan ada sesuatu yang belum saya pahami. Tolong dibimbing, dan jangan bosan berteman dengan saya ya," tutur Meisya berdiri tegap. Senyum manis itu selalu menghiasi bibir tipisnya yang berbalut gincu warna merah berani.Penampilan Meisya berubah 180 derajat ketika di rumah dan sekarang berdiri di depanku. Biasanya, rambut Meisya selalu hitam lurus. Tidak pernah dicat sama sekali. Tapi sekarang, gaya rambutnya saja sudah berubah. Ia malah mirip bule tapi wajahnya lokal. Kesan manis pada wajah baby face Meisya makin terpancar. Aura berkelasnya muncul dengan gaya bicaranya yang humble namun tak mengurangi kesan serius. Aku begitu terpanah melihatnya, baru kusadari, ternyata Meisya bisa secantik itu. Ingin sekali aku menghambur memluk pinggang ramping Meisya dan mendaratkam kecupan lama di pipinya. Oh Meisya, kau begi

    Last Updated : 2023-08-01
  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   6. Kalap

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 6"Cukup!" Meisya memekik.Plak!Ia menampar pipiku keras.Meisya membantu Sena untuk berdiri tegak. Lelaki itu memegangi area pinggir bibirnya. "Ayo kita pergi." Kuraih tangan Marimar. Dan lekas mengajaknya meninggalkan kafe.Sekilas, aku dan Meisya saling tatap. Namun, jarak yang terus memangkas membuat ia kembali fokus pada Sena.*"Mas, kok kamu milih keluar dari perusahaa itu sih?" Baru saja aku dan Marimar tiba di rumahnya. Ia menanyakan hal yang memancing kembali emosiku."Kamu mau aku terlihat memalukan harus mengemis pada Bos kepar4t itu?" jawabku sembari bersandar di sofa."Bukan gitu, Mas. Terus kamu kerja di mana lagi dong? Sekarang nyari kerja susah, Mas. Dan di situ salah satu perusahaan yang gajinya gede." Marimar terus saja mengomel. Membuat kepalaku makin pusing."Nanti aku cari kerja yang lain lagi. Sekarang aku mau selesaikan masalahku sama Meisya dulu." Kuhela napas lantas mengembuskannya ke udara. Agar sedikit mengurangi beban di

    Last Updated : 2023-08-25
  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   7. Lepaskan!

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 7Kutarik paksa baju Meisya di bagian dada hingga sobek.Kali ini, dia nggak akan bisa melawanku. Emangnya enak, berhari-hari didiemin nggak dikasih jatah. Sekarang lihat saja, kalau aku sudah bergerak. Tamatlah riwayatmu Meisya!Tatapan kami saling beradu. Aku menyeringai bagai serigala yang hampir menikmati mangsa. Wajah Meisya yang tadi ketakutan, sekarang malah mendongak padaku.Bugh!Aku meringis. Kala sebuah tendangan mendarat di area kejantananku.Gerakan Meisya tadi sangat cepat. Tak kalah cepatnya dari kilat.Tubuhku terhuyung mundur. Sembari memegangi area selakangan. Rasa sakit luar biasa hingga membuat bibir ini berdesis menahan."Sakit nggak? Mau lagi? Jangan macam-macam kamu, Mas! Kamu lupa ya, kalau dulu aku pernah jadi atlet Karate." Ia mencibir. Sedikit merunduk melihat aku tengah kesakitan terlihat membuat wajahnya senang.Baju Meisya yang terkoyak hingga memperlihatkan dada bagian atasnya. Ia busungkan seperti pemenang."Me-Meisya! T

    Last Updated : 2023-08-25
  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   8. Nasibku

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 8Wanita melambaikan tangan ke arah mobil. Setelah Sena datang membuka pagar.Dua orang paruh baya ke luar dari pintu mobil. Lalu turut masuk ke rumah Sena.Ya elah, aku kira itu si Sena mau berduaan. Ternyata enggak. Gagal deh aku balas dendamnya. Argh! Terus gimana ini nasibku? Aku harus tidur di mana?Tak lama, kulihat Marimar barusan ke luar dari rumah sambil menelepon.Posisiku yang berada di dekat tiang listrik tidak kelihatan kalau dari depan rumah Marimar. "Halo, Mas. Jemput aku di pertigaan depan ya,", ucap Marimar dengan telepon genggamnya.Aku tak dapat mendengar jelas suara orang yang sedang berbincang dengannya."Tenang aja, nanti kalau tarifnya sesuai aku pasti mainnya bakal hot" tukasnya lagi.Apa maksud Marimar? Dia teleponan sama siapa kok ngobrolnya gitu amat.Ia mengayunkan kaki menuju jalan raya pertigaan. Kutinggalkan koper dan aquarium ini untuk mengikuti langkah Marimar.Setelah sampai. Mobil Alphard berwarna hitam terparkir di

    Last Updated : 2023-08-25
  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   9. Karma

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 9Perasaanku tak karuan. Wanita yang dimaksud itu jangan-jangan …. Marimar. Tapi, nggak mungkin dia bekerja kayak begitu.Ting!Bunyi ponsel yang bukan punyaku menjeda obrolan Sena dengan Zain.Zain menatap benda gepeng tersebut."Sena, aku pergi dulu ya. Timku udah ngumpul di depan. Mau siap-siap penggrebekan," ujar Zain. Lalu memasukan ponselnya ke saku celana."Iya, Zain. Selamat bertugas ya," balas Sena. Kedua lelaki itu bersalaman gaul ala anak jaman sekarang."Em, Zain! Kita boleh ikutan nggak? Soalnya, kayaknya aku kenal sama yang bersangkutan," sergahku. Semoga Zain memperbolehkan."Kayaknya nggak bisa deh, Mas. Soalnya ini ….""Ayolah, Mas. Saya mohon," kataku memelas."Bolehin ajalah, Zain. Dia ini teman aku." Sena menyahut. Dan akhirnya Zain mengizinkan."Iya, udah." Zain menghela napas. Kelihatan sekali kalau dia terpaksa mengiyakan. Tak apa, yang penting aku bisa melihat sendiri nanti. Siapa wanita yang jadi buronan itu.Aku dan Sena menge

    Last Updated : 2023-08-25
  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   10. Lagi ngambek aja

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 10"Itu bukan karma! Tadi … Meisya cuma lagi ngambek aja," elakku. "Emangnya aku percaya? Ya jelas enggaklah, Mas. Udah ya, mendingan sekarang Mas Ridho turun dari mobilku. Atau aku kunci nih?!" Duda satu ini sudah berani mengancam. Sial, aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perintah Sena."Iya, ya!" Aku ke luar. Lalu menutup pintu mobil dengan kasar.Hih! Biar rusak sekali tuh pintu! Batinku geregetan.Pagar rumah Sena terbuka sendiri. Ya, aku tahu kalau dia pakai remote control.Masalahnya cuma satu. Sekarang aku harus tidur di mana?Sena nggak ngebolehin aku nginep di rumah dia. Lalu Meisya, dia pasti juga bakalan ngusir aku lagi kalau balik ke rumahnya. Dan Marimar, wanita itu malah ternyata cewek nggak benar. Sumpah, nyesel banget kenal janda satu itu.Aku melangkah gontai. Kembali ke koper dan akuarium yang ternyata masih utuh berada di tempatnya. Lagian, siapa juga yang mau nyolong dua benda tak berharga itu.Botol bekas air min

    Last Updated : 2023-08-25
  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   11. Susah Move On

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 11"Mei-Meisya, ini beneran kamu 'kan?" Mataku berbinar. Aku segera berdiri menyambut kedatangan wanita langsing berparas ayu tersebut."Iya, ini aku," jawabnya sembari melangkah mendekat."Aku yakin, kamu ke sini pasti minta rujuk 'kan? Aku yakin sekali Mei, pasti hati kamu bakalan luluh dan mau maafin aku." Meisya tersenyum mendengar perkataanku. Menurutku, itu sebagai sinyal kalau dia mau kembali memperbaiki hubungan kami lagi. Kendati pun, kamu juga punya Arga yang perlu dibesarkan bersama-sama.Jemari Meisya yang kuku-kukunya dicat pakai kutek warna merah terang, menelusup masuk ke dalam tas yang ia bawa."Ini Mas, surat cerai kita. Sekarang, kita sudah bukan siapa-siapa lagi. Mohon terima ya, Mas. Semoga kamu bisa secepatnya menikah dengan wanita impianmu. Wanita cantik, seksi, dan yang jelas masakannya jauh lebih enak dariku. Oya, kamu boleh kok kalau mau ketemu Arga. Mau bagaimanapun, Arga itu darah dagingmu Mas, aku nggak mau dicap sebagai wa

    Last Updated : 2023-08-25
  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   12. Yang dimaksud?

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 12Pov Meisya❤️❤️❤️Butiran bening membasahi telapak tangan yang sengaja aku tengadahkan untuk merasai sentuhan hujan. Deru mesin mobil Sena berhenti tepat di depanku. Dengan sigap lelaki itu melepas jas hitamnya dan memayungi aku yang masih canggung atas perlakuannya.Awalnya aku menggeleng sebagai pertanda penolakan. Tetapi, ia tetap kukuh dan malah merengkuh pundak ini untuk masuk ke dalam mobilnya. Sena memang seperhatian itu. Sejak awal dia yang selalu mendampingi, menjalani hari-hari terberat saat mengurus perpisahan dengan Mas Ridho. Akhirnya … aku lega, sudah resmi bercerai dengan lelaki yang tak pernah bisa menghargai.Keadaan Mas Ridho saat kulihat tadi pagi sangatlah buruk. Rambut acak-acakan dan gondrong, kumis serta jenggot yang yang tak pernah dicukur terlihat menambah kesan tua pada wajahnya. Beda sekali saat kami masih bersama dulu. "Meisya … kenapa melamun?" Netraku yang menatap kosong ke arah spion langsung beralih pada Sena."Ngg

    Last Updated : 2023-08-25

Latest chapter

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   16. Kok bisa?

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHBab 16Tapi panggilan via telepon itu singkat sekali."Mei, kita sekarang pergi ke restoran kemarin. Alhamdulillah ada bukti rekaman CCTV yang memperlihatkan kalau mobil aku emang disengajai orang. Dan pelakunya itu laki-laki."Kedua mataku reflek membola. Dan pikiranku pun tertuju pada seseorang, bukan menuduh, ini hanya praduga saja. Semoga tidak benar."Pelakunya laki-laki? Apa jangan-jangan Mas Ridho?" Mulutku tercelos begitu saja."Belum tahu Mei, semoga bukan dia. Lagi pula, apa motif Ridho melakukan hal untuk mencelakai aku?""Bisa aja Mas Ridho dendam ke Bang Sena soal pemecatan itu," jawabku cepat."Iya Mel, tapi jangan nuduh dulu ya sebelum kita melihat bukti." Bang Sena tersenyum, walau masih membekas beberapa memar luka sisa kemarin. Ia tetap berpikir positif."Iya, Bang. Kita jadi berangkat sekarang? Gimana keadaan Bang Sena? Udah agak enakan?" Aku memastikan. Tersempil rasa khawatir yang sejujurnya tak bisa disembunyikan."Udah baik kok. Apa l

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   15. CCTV

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 15Aku hanya terdiam menatap Sena. Lelaki itu pun terus memperhatikan aku yang masih mematung.Kemudian, ia melirik ke arah nakas. Tepat pada ponsel berwarna hitam yang tergeletak di sana."Apakah itu HP-ku?" tanyanya.Kuanggukan kepala.Sena meraih benda gepeng tersebut. Lantas menyalakannya. Getar pada ponsel itu membuatku yakin kalau Sena hanya berpura-pura. Masa iya, dia amnesia sama aku. Tapi ingat password HP-nya. Sungguh janggal bukan."Ehem! Pesan dari siapa tuh?" cetusku.Sena berekspresi entah. "Masa amnesia bisa ingat password?" Dekikan lesung pipinya Sena tercetak indah. Pertanda kalau ia tengah mengulum senyum."Iya, iya, aku pura-pura. Ngerjain dikit nggak pa-pa 'kan?" Tuh kan, benar dugaanku. Dia hanya bohongan."Terus Dokter tadi? Udah sekongkol sama kamu buat bohongin aku?" tegasku."Iya, Mei. Aku tuh sebenernya udah bangun dari tadi. Cuma nggak tega lihat kamu kecapean. Ya udah aku balik merem lagi, sambil sesekali lihatin kamu."

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   14. Kecelakaan

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHBab 14Kurasa sakit luar biasa di kepala. Sedikit demi sedikit, kukerjapkan mata ini untuk menyesuaikan cahaya yang menyambut.Terang binar lampu menyilaukan sekali. Ruangan asing dengan gorden berwarna cokelat berada di segala sisi.Pikiranku langsung tertuju pada seseorang. Sena, di mana dia? Seingatku, tadi kami kecelakaan berduan. Tapi hingga kini tak kutemui sosok pria berperawakan tinggi tersebut."Aduh …," lenguhku sedikit lirih. Suster berjilbab biru menghampiri. "Sudah sadar, Bu?" tanyanya tersenyum ramah."Iya, Sus. Di mana pria yang kecelakaan sama saya?" Pelan aku menggerakkan tubuh mencoba untuk mengatur posisi duduk."Ibu jangan bangun dulu ya." Suster agak menekan lenganku, menyuruhku untuk kembali terbaring. "saya periksa dulu, nanti kalau sudah selesai Ibu boleh menjenguk pasien bernama Adi Sena." Alat stetoskop itu Suster arahkan ke area dadaku. Memeriksa denyut nadi di sana. "Semuanya bagus. Nggak ada cidera serius. Kalau kepalanya ma

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   13. Kenal?

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 13"Emangnya … siapa Bang wanita cinta pertamamu?" tanyaku ingin tahu. Ternyata, jadi tukang keppo itu nggak enak. Mau tak acuh, tapi penasaran. Nyiksa batin banget, sumpah!"Kamu kenal kok siapa dia. Nanti juga tahu." Ya, jawaban Sena membungkam mulutku. Dahlah, nggak bakalan lagi aku nanya ke dia. Sikapnya masih sama seperti dulu, nggak bisa terbuka sama sekali. Padahal kita kenal cukup lama. Baiklah, aku nggak akan lagi usik privasi dia."Kenapa mukanya berubah bete gitu?" Aku menghela napas. Sena nyeletuk sambil memperhatikanku walau sekilas."Enggak. Siapa yang bete sih, orang biasa aja kok," kilahhku. Sebenarnya aku emang lagi kesal sama dia. Tapi nggak enak juga kalau ngomong gamblang soal masalah tadi."Pasti gara-gara itu 'kan?" tekannya."Itu yang mana sih, Bang?" sungutku agak cemberut."Soal gadis di masalalu." Dia meringis. "dulu, aku tuh cupu banget ya, Mei?" lanjutnya menghela napas berat."Enggak. Dulu Bang Sena tuh keren banget malah

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   12. Yang dimaksud?

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 12Pov Meisya❤️❤️❤️Butiran bening membasahi telapak tangan yang sengaja aku tengadahkan untuk merasai sentuhan hujan. Deru mesin mobil Sena berhenti tepat di depanku. Dengan sigap lelaki itu melepas jas hitamnya dan memayungi aku yang masih canggung atas perlakuannya.Awalnya aku menggeleng sebagai pertanda penolakan. Tetapi, ia tetap kukuh dan malah merengkuh pundak ini untuk masuk ke dalam mobilnya. Sena memang seperhatian itu. Sejak awal dia yang selalu mendampingi, menjalani hari-hari terberat saat mengurus perpisahan dengan Mas Ridho. Akhirnya … aku lega, sudah resmi bercerai dengan lelaki yang tak pernah bisa menghargai.Keadaan Mas Ridho saat kulihat tadi pagi sangatlah buruk. Rambut acak-acakan dan gondrong, kumis serta jenggot yang yang tak pernah dicukur terlihat menambah kesan tua pada wajahnya. Beda sekali saat kami masih bersama dulu. "Meisya … kenapa melamun?" Netraku yang menatap kosong ke arah spion langsung beralih pada Sena."Ngg

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   11. Susah Move On

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 11"Mei-Meisya, ini beneran kamu 'kan?" Mataku berbinar. Aku segera berdiri menyambut kedatangan wanita langsing berparas ayu tersebut."Iya, ini aku," jawabnya sembari melangkah mendekat."Aku yakin, kamu ke sini pasti minta rujuk 'kan? Aku yakin sekali Mei, pasti hati kamu bakalan luluh dan mau maafin aku." Meisya tersenyum mendengar perkataanku. Menurutku, itu sebagai sinyal kalau dia mau kembali memperbaiki hubungan kami lagi. Kendati pun, kamu juga punya Arga yang perlu dibesarkan bersama-sama.Jemari Meisya yang kuku-kukunya dicat pakai kutek warna merah terang, menelusup masuk ke dalam tas yang ia bawa."Ini Mas, surat cerai kita. Sekarang, kita sudah bukan siapa-siapa lagi. Mohon terima ya, Mas. Semoga kamu bisa secepatnya menikah dengan wanita impianmu. Wanita cantik, seksi, dan yang jelas masakannya jauh lebih enak dariku. Oya, kamu boleh kok kalau mau ketemu Arga. Mau bagaimanapun, Arga itu darah dagingmu Mas, aku nggak mau dicap sebagai wa

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   10. Lagi ngambek aja

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 10"Itu bukan karma! Tadi … Meisya cuma lagi ngambek aja," elakku. "Emangnya aku percaya? Ya jelas enggaklah, Mas. Udah ya, mendingan sekarang Mas Ridho turun dari mobilku. Atau aku kunci nih?!" Duda satu ini sudah berani mengancam. Sial, aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perintah Sena."Iya, ya!" Aku ke luar. Lalu menutup pintu mobil dengan kasar.Hih! Biar rusak sekali tuh pintu! Batinku geregetan.Pagar rumah Sena terbuka sendiri. Ya, aku tahu kalau dia pakai remote control.Masalahnya cuma satu. Sekarang aku harus tidur di mana?Sena nggak ngebolehin aku nginep di rumah dia. Lalu Meisya, dia pasti juga bakalan ngusir aku lagi kalau balik ke rumahnya. Dan Marimar, wanita itu malah ternyata cewek nggak benar. Sumpah, nyesel banget kenal janda satu itu.Aku melangkah gontai. Kembali ke koper dan akuarium yang ternyata masih utuh berada di tempatnya. Lagian, siapa juga yang mau nyolong dua benda tak berharga itu.Botol bekas air min

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   9. Karma

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 9Perasaanku tak karuan. Wanita yang dimaksud itu jangan-jangan …. Marimar. Tapi, nggak mungkin dia bekerja kayak begitu.Ting!Bunyi ponsel yang bukan punyaku menjeda obrolan Sena dengan Zain.Zain menatap benda gepeng tersebut."Sena, aku pergi dulu ya. Timku udah ngumpul di depan. Mau siap-siap penggrebekan," ujar Zain. Lalu memasukan ponselnya ke saku celana."Iya, Zain. Selamat bertugas ya," balas Sena. Kedua lelaki itu bersalaman gaul ala anak jaman sekarang."Em, Zain! Kita boleh ikutan nggak? Soalnya, kayaknya aku kenal sama yang bersangkutan," sergahku. Semoga Zain memperbolehkan."Kayaknya nggak bisa deh, Mas. Soalnya ini ….""Ayolah, Mas. Saya mohon," kataku memelas."Bolehin ajalah, Zain. Dia ini teman aku." Sena menyahut. Dan akhirnya Zain mengizinkan."Iya, udah." Zain menghela napas. Kelihatan sekali kalau dia terpaksa mengiyakan. Tak apa, yang penting aku bisa melihat sendiri nanti. Siapa wanita yang jadi buronan itu.Aku dan Sena menge

  • Pesan WA Dari Janda Sebelah   8. Nasibku

    PESAN WA DARI JANDA SEBELAHPart 8Wanita melambaikan tangan ke arah mobil. Setelah Sena datang membuka pagar.Dua orang paruh baya ke luar dari pintu mobil. Lalu turut masuk ke rumah Sena.Ya elah, aku kira itu si Sena mau berduaan. Ternyata enggak. Gagal deh aku balas dendamnya. Argh! Terus gimana ini nasibku? Aku harus tidur di mana?Tak lama, kulihat Marimar barusan ke luar dari rumah sambil menelepon.Posisiku yang berada di dekat tiang listrik tidak kelihatan kalau dari depan rumah Marimar. "Halo, Mas. Jemput aku di pertigaan depan ya,", ucap Marimar dengan telepon genggamnya.Aku tak dapat mendengar jelas suara orang yang sedang berbincang dengannya."Tenang aja, nanti kalau tarifnya sesuai aku pasti mainnya bakal hot" tukasnya lagi.Apa maksud Marimar? Dia teleponan sama siapa kok ngobrolnya gitu amat.Ia mengayunkan kaki menuju jalan raya pertigaan. Kutinggalkan koper dan aquarium ini untuk mengikuti langkah Marimar.Setelah sampai. Mobil Alphard berwarna hitam terparkir di

DMCA.com Protection Status