Share

28. Berdarah?

Penulis: ZuniaZuny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Seorang ibu tak akan sanggup melihat anaknya menderita, begitu juga Shafira tak tahan lagi melihat Mila demam semakin tinggi.

Dirinya berangkat untuk memeriksakan Mila bersama Mira. Dengan kandungan besar, Shafira tetap berangkat menuju Dokter berharap jika Mila lekas sembuh setelah diberi obat.

Dibonceng kedua anaknya dengan menggunakan sepeda Beat, melewati jalan raya yang ramai, banyak mobil kontainer di sisi kanan dan kiri jalan. Shafira memutuskan lewat pemukiman saja, melewati gang sempit dengan banyak sekali polisi tidur dengan jarak satu meter. Hal itu membuat perut buncit Shafira terguncang berkali kali.

Meski terasa sakit, Shafira terus melajukan sepeda motornya menuju rumah praktek bu Sri. Banyak sekali yang cocok, periksa ke Bu Sri langsung sembuh.

Kini mereka tiba, Shafira segera membawa masuk ke pelataran rumah praktek namun detik berikutnya ….

Shafira harus menerima pil kekecewaan karena Bu Sri sedang tidak ada di rumah dan tertera tulisan besar, "TUTUP".

"Ya Alla
ZuniaZuny

Selamat membaca. Happy reading

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perselingkuhan berkedok Iba   29. Sakit mendarah daging

    "Darah!?"Shafira terkejut saat anaknya memberitahu dan melihat ada noda darah di baju belakang. Noda darah begitu banyak dan terlihat kering, mungkin darah tersebut keluar saat Shafira merasakan sakit semalam.Shafira segera ke kamar mandi, mandi dan membersihkan noda darah di bajunya, bertanya tanya apakah kandungannya baik baik saja? Mengingat dirinya yang nekat bersepeda seorang diri demi memeriksakan Mila.Tak ada yang aneh pada diri Shafira sehingga dia memutuskan untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasa, memasak dan mengantar anak anaknya ke sekolah.Saat siang, Shafira beristirahat seperti biasanya namun saat terbangun, tiba tiba saja perut Shafira merasa mulas dan sakit sekali.Ada perasaan takut dan cemas mengingat banyaknya darah tertinggal di baju.Perut Shafira sakit sekali, terasa keram dan sakit dibuat gerak.Shafira berusaha menahan rasa sakit, berjalan pelan ke kamar mandi.Rasanya seperti mual, mulas, dan Shafira tak tahan lagi."Da- darah!"Shafira terkejut bu

  • Perselingkuhan berkedok Iba   30. Tak punya hati

    "Sepeda Beat mau aku pinjamkan temanku. Kasihan dia butuh sepeda itu. Lagi pula kamu sudah tak boleh bersepeda kan?" ucap Satria selesai sarapan pagi."Lalu anakmu ke sekolah?" "Biar aku yang Antar.""Terserah kamu saja," jawab Shafira singkat.Tiba tiba Satria memeluk mesra sang istri."Terima kasih banyak ya sayang, kamu mau mengerti dan memahaminya."Shafira tersenyum simpul, merasa jika apa yang dilakukan sebagai istri sudah wajar dan tak perlu banyak bertanya, dipinjamkan siapa? Orang mana? Untuk apa? Kenapa tidak sepeda lainnya? Mengingat sepeda Satria kan banyak tapi Shafira lebih memilih untuk diam saja."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Indra berkunjung ke rumah Satria seorang diri. Shafira segera membuatkan kopi untuknya."Tumben pagi kesini mas Indra, ada apa ya?" tanya Satria saat menemui Indra."Ah tidak ada apa apa Satria, aku cuma ingin main kesini."Shafira tidak terbiasa ikut nimbrung saat ada tamu, biasanya Aini yang selalu ikut menemui jika ada tamu yang datang.

  • Perselingkuhan berkedok Iba   31. Semua demi anak

    Apa yang ditakutkan benar benar terjadi.Sebenarnya Shafira sudah memprediksikan jawaban atas pertanyaan yang ditujukan kepada Yudha dan berusaha tegar jika memang sesuai prediksinya. Saat jawaban itu benar adanya, entah mengapa hati Shafira tetap merasa sangat sakit.{Oh begitu ya mas. Aku tanya kepada mas karena ingin memastikan saja jika semua benar dan aku tidak berprasangka lagi.}{Iya mbak. Mas Satria bilang jika mbak Shafira tidak keberatan.}{Benarkah begitu? Kali ini sepeda lalu besok apa diberikan Thika? Tubuhnya?}Shafira merasa sangat malu dan menyesal karena chat banyak sekali, mengeluarkan unek uneknya kepada Yudha. Ingin rasanya ditelan bumi saja.{Loh, bukannya dikasihkan mbak, sepeda cuma dipinjamkan karena untuk keperluan sekolah anaknya Thika, sepeda Thika sendiri sedang rusak dan suratnya tidak lengkap.}{Iya aku mengerti.}Shafira kembali menangis, merasa jika dirinya tak ada gunanya. Satria lebih mengutamakan Thika daripada keluarganya. Jika untuk Thika, Satria s

  • Perselingkuhan berkedok Iba   32. Tak disentuh sama sekali

    "Salahmu sendiri. Siapa juga yang nyuruh kamu hamil lagi!""Dua anak saja tidak becus ngerawat kok malah bunting lagi."Cacian dari Aini terus berdengung di telinga Shafira. Ditutup kedua telinga dan menangis histeris.'Siapa yang mau hamil lagi. Aku juga tak mau hamil lagi,' batin Shafira seolah menyalahkan takdir dari sang Pencipta.Perjuangan yang sungguh berat dari awal mengandung janin di dalam perutnya.Shafira ingat betul saat sang mertua tak menerima kehadiran malaikat kecil di rahimnya.7 bulan lalu."Dua anak saja sudah kebingungan mencari nafkah kok mau hamil lagi. Mau dikasih makan apa mereka nanti? Wong untuk biaya hidup saja pas pasan begini," ejek Aini membuat Shafira sungguh tertekan.Dirinya sendiri tak ingin hamil lagi, baginya dua anak sudah cukup.Padahal Shafira mengikuti program KB berupa pil dan tidak pernah telat minum pil kb tersebut. Tapi, entah mengapa Shafira bisa hamil. Bahkan setelah tahu jika telat karena tidak menstruasi, Shafira tetap minum pil kb sela

  • Perselingkuhan berkedok Iba   33. Selalu Salah

    "Diam kamu Shafira!" teriak Satria marah, sungguh kesal pada sang istri yang begitu berani kepada dirinya."Kamu ini selalu nyolot jika dinasehati suami."Satria pergi meninggalkan rumah membuat Aini semakin menyalahkan Shafira."Kamu itu jadi wanita harusnya pinter ngurus suami. Suami di rumah itu kamu ladeni, jangan di diemin. Akibatnya lelaki gak pulang. Kalo nggak pulang kamu bingung sendiri, curiga gak karuan nuduh selingkuh padahal lelaki sampai selingkuh ya karena sikapmu sendiri," sindir Aini.Shafira merasa sangat tertekan, berusaha keras memendam rasa kesal di dada."Huhft."'Sabar Shafira,' batin Shafira menghela nafas besar.Shafira harus kuat, selama 13 tahun ini dia sudah berupaya sebaik mungkin dalam menghadapi sikap Aini yang tak mau terkalahkan. Semua mertua itu cerewet tapi gak ada yang bisa mengalahkan Aini dalam hal cerewetnya. Shafira hanya bisa bersabar dan bersabar lagi.Pukul 19.00 malam hari.Iva mengirim pesan kepada Shafira karena saat ini Satria ada di rum

  • Perselingkuhan berkedok Iba   34. Mabuk?

    "Yah, gimana kalau kita buntuti saja si pelakor itu?" ucap Iva meminta persetujuan dari suaminya."Jangan bun.""Lagi pula dia sudah jauh bun, kita tak mungkin bisa mengejarnya. Sudah kita pulang saja."Mereka memutuskan untuk pulang ke kontrakan.Sesampai di kontrakan, Iva segera mengirim pesan kepada Shafira, {Assalamualaikum mbak Shafira. Apa mbak sudah tidur?}{Waalaikum salam, aku sedang nonton tv Va, ada apa?} {Aku mau memberitahukan satu hal kepadamu mbak, aku baru saja ketemu langsung dengan Thika mbak. Dia memakai sepeda Beat milikmu dan membonceng ibu beserta tiga anak. Sepeda milikmu dibuat boncengan seperti itu mbak, gimana sih mas Satria itu?}Membaca pesan Iva, entah mengapa hati Shafira kembali sakit. Gara gara masalah sepeda, Shafira harus berurusan dengan Aini, anak mereka terlantar dan Satria marah marah terus kepadanya sedangkan Thika? Dua hidup nyaman, tertawa bahagia diatas penderitaan keluarga Shafira.Kenapa kehidupan dunia ini terasa tak adil? Dosa apa yang di

  • Perselingkuhan berkedok Iba   35. Selalu Manja

    Shafira bangun pagi sesuai kebiasaan yang dilakukan seorang istri. Menunaikan sholat subuh, mencuci baju, piring, memasak dan membersihkan rumah. Setelah semua beres, Shafira mandi dan bersolek. Dia mengingat kata kata Iva dan menyadari satu hal, mungkin selama ini Shafira memang kurang memperhatikan penampilannya.Wajah tak memakai make up, rambut selalu dikuncir bawah, tak pakai lotion, pakaian cuma berdaster bahkan parfum habis tak beli lagi. Berbeda dengan Shafira yang dulu, sebelum menikah dengan Satria. Dia selalu mengedepankan penampilan namun setelah menikah dan mengurus anak, Shafira tak memprioritaskan penampilan. Baginya sudah menjadi istri ya cukup berpenampilan seperlunya saja. Namun hal itu berbeda dengan penilaian Satria. Yang diinginkan, tentu istrinya itu berdandan sehingga jika saudara atau kliennya bertamu tak membuatnya malu. Sebetulnya hanya ada kesalahpahaman disini namun Satria tak mau mengatakan unek uneknya kepada istrinya sehingga disaat melihat Thika yang p

  • Perselingkuhan berkedok Iba   36. Permintaan maaf Aini

    Shafira sungguh tak tahan dengan sikap Satria. Emosi di dada sudah tak tertahan, menderu untuk dikeluarkan. Shafira berlari ke kamar dan menangis sepuasnya disana.Disaat seperti ini, ayah dan ibu yang terlintas di benaknya."Ya Allah aku sungguh merindukan ayah dan ibu? Kenapa semua ini harus terjadi ya Allah? Aku hamil tua, tak punya orang tua tapi kenapa mas Satria tidak punya rasa kasihan kepadaku? Malah lebih mementingkan Thika, wanita masa lalunya?"Shafira bergumam tak karuan diiringi derai air mata.Wanita manapun jika di posisi Shafira mungkin tak akan tahan diperlakukan seperti itu oleh suaminya. Shafira sendiri pun merasa tak sanggup untuk bertahan namun lagi lagi kandungan yang tinggal menunggu hari hari ini lah terus menjadi pengganjal niatnya untuk pergi.Satria kembali menghubungi Thika dan di dengarkan oleh Aini."Halo.""Halo mas, aku sudah sampai rumah. Bagaimana sekarang mas?""Aku akan kesana mengganti Aki, tolong kamu bawa sepeda motornya ke rumah saudaraku Afan.

Bab terbaru

  • Perselingkuhan berkedok Iba   74. Janji setia

    "Kenapa buru buru? Tidak mau mampir dulu?" sapa Satria yang kini sudah berada di belakang Shafira."Mas Satria?"Shafira kaget bukan main mendengar suara bariton sang suami, segera mendekat dan menjelaskan situasi saat ini. "Mas, aku bisa jelaskan bagaima–""Tidak perlu kamu jelaskan, aku sudah mengerti. Sekarang kamu masuk dan tidurkan Maya," potong Satria sambil menatap Maya yang terlelap di gendongan ibunya."Baik."Shafira melipir ke dalam rumah tanpa berpamitan pada Zico. Dia sungguh takut terjadi hal yang tidak diinginkan karena salah paham. Tak langsung masuk kamar, melainkan mondar mandir di belakang pintu sambil sesekali mengintip Zico dan suaminya. "Sedang apa kamu?"Shahira terjengkang, reflek menoleh ke belakang. "I–ibu."Aini mendekat dan mengelus pelan tangan Maya, "aduh kasihan cucu nenek. Seharian diajak keluar, panas panas gini. Cepat tidurin Maya, badannya pasti sakit semua karena kamu gendong terus."Shafira mengangguk, merasa lega karena ibu mertuanya itu hanya fok

  • Perselingkuhan berkedok Iba   73. Zico dan Shafira

    "Biar Mila, aku yang gendong," ucap seseorang."Kamu …. Zico?"Ya lelaki itu adalah Zico, sahabat Shafira Zico mendekati Shafira dengan langkah ragu. Dia memperhatikan wanita itu yang tengah menggendong bayi di satu tangan dan anak yang lebih tua berpegangan di tangan lainnya. Matanya yang sayu tidak bisa berpaling dari sosok yang dulu pernah dia impikan sebagai pendamping hidupnya."Shafira, kamu terlihat baik," kata Zico, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menggurita di dadanya.Shafira menoleh, terkejut namun segera menyusun raut wajahnya menjadi senyum sopan. "Oh, iya Zico. Terima kasih sudah peduli. Kamu, apa kabar?" tanya Shafira, suaranya terdengar lelah namun tetap hangat."Aku baik.""Em, mengapa kamu ada di Jakarta? Bukannya kamu ….""Aku sedang berlibur.""Owh," ucap Shafira sambil mengangguk mengerti dan tersenyum manis.Di balik senyumnya, Zico merasakan pahit. Dia tahu, sebagian dari dirinya iri melihat Shafira yang tampak begitu kuat dan tegar, meski kehidupannya p

  • Perselingkuhan berkedok Iba   72. Siapakah yang datang?

    Aini berdiri tegak dengan tatapan tajam, memancarkan emosi tak terkendali. Ia menatap Shafira dengan pandangan yang menyiratkan kesal dan kecewa. "Shafira, bagaimana kau bisa begitu percaya pada Iva? Kau tahu betul dia hanya akan datang jika membutuhkan sesuatu dari keluarga kita. Sekarang lihatlah kondisi Maya, panas badannya sangat tinggi, dan kau masih saja tidak berangkat ke rumah sakit! Apa kau tidak sayang pada cucuku?"Shafira terdiam, tampak menahan tangis. Ia mencoba menjelaskan, "Tapi Bu... Iva bilang dia akan membantu..."Aini memotong perkataan Shafira dengan suara keras, "Cukup! Jangan sebut-sebut nama Iva lagi! Aku tidak ingin mendengarnya! Sekarang, kau segera bawa Maya ke rumah sakit. Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi pastikan dia segera mendapatkan perawatan yang layak."Shafira ingin sekali marah dan berontak. Bagaimana tidak, hanya itu selalu menyalahkan dirinya, tidak mau menyalakan anaknya, Satria. Mestinya seorang ibu akan menyuruh anaknya mengantar sang m

  • Perselingkuhan berkedok Iba   71. Sakitnya anak, hanya Ibu yang tahu

    Iva menjawab panggilan dengan pelan, "Halo Mbak Safira, ada apa apa?""Va, kamu baik-baik saja kan?""Iya, aku baik."Ahmad mengambil alih ponsel Iva dan menekan tombol speaker."Syukurlah jika kamu baik-baik saja, Va. Aku takut jika Ahmad menghajarmu lagi."Ahmad melotot tajam pada Iva."Tidak kok, mbak. Dia sudah tidur."“Ya sudah kalau begitu. Oh ya Va, mengenai Mas Satria yang tak mau menemui kamu, aku benar-benar minta maaf ya, Va."Ahmad semakin geram, tangannya mengepal erat. Semua pertanyaan yang ditujukan pada Iva, terjawab sudah. Segera disahut ponsel, dimatikan panggilan dan dibanting keras ke kasur. Untung saja tidak ke lantai.Iva hanya bisa melihat semuanya dengan mata sembab, air mata sudah kembali menetes dari sudut matanya.Srekh.Bugh.Bugh.Ahmad kembali melakukan KDRT pada Iva dan parahnya Iva menerima dengan lapang.Baginya, sudah cukup dia berusaha keluar dari masalah dengan meminta bantuan pada orang lain. Pada kenyataannya dia akan kembali ke rumah kontrakan in

  • Perselingkuhan berkedok Iba   70. Ternyata sama saja

    Iva terdiam mendengar ucapan Shafira, menimang nimang kembali keputusannya. "Aku yakin Mbak, Ahmad gak akan berani memukulku. Mbak Shafira tenang saja. Jika dia memukulku, aku akan melawannya."Shafira tersenyum dan berkata, "bagus itu, kamu harus berani menentang hal yang salah. Jangan biarkan Ahmad terus menindasmu." Dipeluk erat adik yang menjadi teman suka dan duka Shafira selama ini.Iva pergi dengan was was menuju rumah kontrakan. Disana Ahmad sudah menunggu. "Dari mana kamu?"Shafira terdiam sesaat, langkahnya dipercepat masuk kamar. Jika biasanya Iva akan bersalaman dan mencium punggung tangan Ahmad, kali ini tidak dilakukan. Ada rasa nyeri menyelubungi hatinya "Va, jawab pertanyaanku? Apa susahnya menjawabnya? Jangan membuat aku marah," ucap Ahmad sambil berlari mengejar Iva. Hampir saja pintu ditutup namun Ahmad sempat menggapai pinggiran pintu."Aku mau istirahat Mas.""Jawab dulu pertanyaanku." Melihat Iva terdiam, Ahmad tahu darimana istrinya itu pergi. "Kamu dari rumah

  • Perselingkuhan berkedok Iba   69. KDRT

    Shafira terduduk di kursi dengan malas sambil memegang secangkir teh hangat, pandangannya kosong menatap jendela rumah yang terbuka lebar. Dalam lamunan, ia teringat akan memori indah bersama almarhumah ibunya, membuat wingko babat dengan resep ibunya. Hasil eksekusi pertama waktu digigit seperti batu, alotnya minta ampun.Setelah diteliti lagi, ternyata adonan tidak diberi air sehingga tekstur menjadi keras seperti batu. Mungkin saat itu sang ibu sudah pikun padahal usianya enam puluh sembilan tahun. Mereka tertawa bersama mengingat Adonan yang kekurangan air seperti mereka yang kekurangan cairan, butuh Aqua.Shafira tersenyum kecil, mengenang saat-saat bahagia ketika sang ibu masih ada di sisinya.Namun, lamunan Shafira harus terhenti saat Mira, putri sulungnya, memanggil namanya, "Ma, mama" dan menggoyangkan tubuhnya pelan. "Ada apa, sayang?" tanya Shafira dengan suara lembut, berusaha menyembunyikan kesedihan yang tengah menghampirinya."Mama melamun, ya?" tanya Mira dengan polos

  • Perselingkuhan berkedok Iba   68. Minta uang pengadaian

    Shafira menatap Aini, mertuanya, dengan kecewa mendalam ketika mendengar ucapan wanita itu. "Kamu harus menjual apa saja yang kamu miliki!"Shafira merasa bingung dan tidak mengerti apa maksud di balik kata- kata itu.Sampai malam larut, Shafira terjaga di kamarnya, berpikir keras tentang apa yang bisa dijual untuk memenuhi permintaan Aini. Pilihan jatuh pada gelang emas seberat lima gram yang pernah diberikan Satria, sebagai hadiah saat mereka merayakan ulang tahun pernikahan pertama. Meskipun berat hati, Shafira memutuskan untuk membawa gelang tersebut ke pegadaian demi menjaga keharmonisan keluarga.Keesokan harinya.Di pegadaian, Shafira menghadapi perdebatan sengit dengan pemilik pegadaian yang awalnya menawarkan harga jauh dibawah nilai gelang tersebut. "Maaf Bu, saya hanya bisa memberi dua juta.""Ya Allah pak, saya belinya pas dollar naik pak, kenapa cuma dapat segitu," keluh Shafira."Tapi memang dapatnya segitu, Bu."Shafira menahan air matanya sambil berusaha menjelaskan

  • Perselingkuhan berkedok Iba   67. Jual yang kamu miliki!

    Satria baru saja pulang dari perusahaan barunya dengan raut wajah murung dan tatapan hampa. Dia merasa kecewa karena kembali dipecat dan harus menghadapi kenyataan bahwa dia kembali menjadi pengangguran. Langkah kakinya terasa berat seiring pikirannya yang melayang tentang bagaimana kehidupan rumah tangganya ke depan.Shafira, istrinya, yang sedari tadi menunggu di ruang tamu, langsung menyambut Satria dengan wajah cemas. Begitu melihat ekspresi Satria, ia langsung bisa merasakan bahwa sesuatu yang buruk baru saja terjadi."Mas Satria, ada apa? Kamu kenapa?" tanya Shafira dengan nada khawatir.Lelaki tampan itu hanya bisa menghela nafas panjang, lalu ia menggenggam tangan Shafira erat. "Aku dipecat lagi, Shaf. Aku benar- benar tidak tahu harus bagaimana lagi," ungkap Satria dengan suara parau. Mendengar hal tersebut, Shafira merasa seakan jantungnya teriris. Namun, rasa cemas dan kecewa itu mulai bercampur menjadi amarah. Kekhawatiran akan keuangan yang menipis dan masa depan mereka

  • Perselingkuhan berkedok Iba   66. Pengangguran banyak acara

    Satria baru saja kembali ke rumahnya setelah mengalami hari yang sangat berat di kantor. Dia baru saja dipecat dari pekerjaannya karena perusahaan mengetahui berita tentangnya.Dengan berat hati, Satria harus memberitahu istrinya."Shafira, aku mau bicara sebentar.""Bicaralah, Mas."Shafira menghentikan aktivitas memotong sayur, sore ini Shafira berniat membuat tumis kangkung."Em, maaf ya. Mas dipecat dari perusahaan.""Apa Mas?!"Mendengar kabar tersebut, Shafira merasa sangat kaget, kecewa dan kesal. Selama ini, dia selalu mendukung Satria untuk bekerja keras demi mencapai karir yang lebih baik. Namun, sekarang, semua usaha tersebut seakan sia-sia. Shafira merasa cemas tentang masa depan mereka, terutama anak anak karena mereka baru saja mempunyai bayi dan belum memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi situasi seperti ini."Maaf Shafira, Maafkan aku," ucap Satria merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi."Aku janji, aku akan mencari pekerjaan baru dengan segera," imbuh S

DMCA.com Protection Status