Sudah tiga hari Kayla pergi dari rumah, namun tidak ada tanda-tanda dia akan kembali.Nabil sudah kelimpungan mencarinya. Pencariannya selalu berakhir nihil. Ingin rasanya lapor polisi. Tapi setelah dipikir lagi, tidak perlu melakukan hal itu. Dia yakin Kayla tidak hilang. Tapi istrinya itu pasti berada di suatu tempat. Sayangnya, ia tidak tahu di mana.Benarkah selama ini Kayla berselingkuh? Nabil mencoba menganalisa bukti-bukti yang dia temukan.Mulai dari Kayla yang tidak lagi pakai cincin kawin mereka. Padahal saat ini cincin bersimbol huruf K masih setia melingkar di jari manis Nabil. Kebiasaan Kayla yang pulang malam dengan alasan over time, menjadi bukti kedua. Dia lebih betah di kantornya ketimbang berada di rumah.Ketiga, bahasa tubuh Kayla dan Radit yang tidak biasa dan menyiratkan sesuatu. Selain itu warna favorit dan minuman kesukaan mereka juga sama. Apakah hanya sebuah kebetulan?Terakhir, password laptop pembawa bencana. Yang membuatnya murka luar biasa. Dan berakhi
Kayla telah kembali berada di rumah, setelah tadi Radit mengantarnya pulang, walaupun dengan berat hati.Tadi Kayla ingin diantar ke hotel lagi dan bermaksud pulang bersama Nabil. Tapi Radit bersikeras untuk mengantarnya langsung ke rumah.Kayla merebahkan tubuh di pembaringan yang empuk. Pandangannya kosong memandang langit-langit kamar. Dia mulai merenungi jalan hidup yang ditempuhnya. Berusaha mengumpulkan kepingan ingatan dan serpihan kenangan.Dulu, sebelum Radit muncul kembali dalam hidupnya, setelah pergi bertahun-tahun, kehidupan rumah tangganya dan Nabil cukup harmonis.Meskipun pada awalnya dia tidak mencintai Nabil, tapi lambat laun seiring waktu yang berjalan, dia mulai menerima laki-laki itu dalam hidupnya.Entah, mungkin itu namanya cinta. Meski Kayla tidak yakin. Tapi rasa itu sempat hadir dalam hatinya walau hanya nol koma nol nol nol satu persen.Tapi mendadak rasa itu hilang tanpa bekas seperti butiran debu yang tersapu angin kencang, begitu Radit hadir lagi dalam h
"Aku mau kita ber..."Ya Tuhan...Kenapa sesulit ini untuk mengucapkannya?"Ber apa?"Kayla mengambil nafas dalam-dalam. Mencoba menghimpun kekuatan untuk bicara. Sangat berat. Tapi dia harus mampu melakukannya.Ditatapnya muka Nabil sekali lagi. Ekspresinya masih sama. Bahkan semakin sedih.Ya. Oke.Baiklah.Kayla maju beberapa langkah. Hingga jaraknya dan Nabil hanya tinggal beberapa senti."Aku mau kita berbaikan."Duh...Akhirnya malah kalimat itu yang terucap. Kacau!Ada rasa lega menjalari hati Nabil mendengarnya. Bahagia. Itu tidak bisa dipungkiri karena ternyata Kayla masih ingin bersamanya. Tapi, seketika rasa itu memudar, begitu ingat Radit."Maafin aku, Bil," desis Kayla pelan."Untuk apa? Apa kamu merasa bersalah?" tembak Nabil langsung.Kayla merasa di skak-mat oleh kata-kata Nabil. "Iya. Masalah password itu. Seperti yang udah aku bilang, laptop aku diinstal ulang Pak Radit, jadi...""Sudah," potong Nabil cepat sebelum Kayla menyelesaikan penjelasannya."Nggak usah
"Nggak ada yang perlu dijelasin, Bil. Karena memang nggak ada apa-apa.""Kayla, jangan pura-pura bodoh. Dan jangan memperlakukan aku seperti orang bodoh."Nabil jadi frustrasi sendiri oleh sikap Kayla yang terkesan santai, seolah tidak terjadi apa-apa dan menggampangkan semua."Nabil, aku sayang sama kamu. Aku nggak mungkin berbuat macam-macam."Kayla berjingkat, menyentuh bibir Nabil, lalu mengecupnya hangat.Nabil tidak membalas, pun ketika gadis itu memeluknya erat. Dia masih belum bisa menghalau pikiran buruk tentang Kayla dan Radit.Bodoh! Bego! Dungu! Tolol!Kayla memaki dirinya sendiri. Kenapa dia malah mencium dan memeluk Nabil. Padahal ini momen yang tepat baginya untuk melepaskan diri dan meninggalkan laki-laki itu."Aku nggak ngerti sama kamu." Nabil melepaskan tubuhnya dari Kayla, lalu bergegas ke kamar mandi. Dia menghidupkan kran air, lalu membasuh mukanya yang terasa sangat kotor.Kenapa sampai begini?Apakah dia benar-benar bodoh? Bukankah bukti-bukti itu sudah kuat?
20.30 wib.Tumben jam segini Nabil belum pulang. Biasanya dia sudah stand by di rumah sebelum senja datang.Kayle leye-leye di depan TV sambil memainkan ponsel. Dia bergidik saat ingat kejadian kemarin. Hampir saja semua terbongkar. Eh, salah. Semuanya memang sudah terbongkar. Tapi dia sangat pandai bermain cantik. Hingga semua terkesan hanya sebagai sebuah kebetulan.Nabil habis-habisan mencurigainya. Dan dia mati-matian menutupinya.Kayla mendesah. Lelah dengan semua permainan yang diciptakannya sendiri. Entah sampai kapan dia akan memainkan peran ini.Sebenarnya gampang saja untuk meninggalkan Nabil, tapi ada sesuatu di hatinya yang membuat kata-katanya selalu tercekat di kerongkongan. Entah apa. Tapi yang pasti bukan rasa sayangnya yang hanya sepersekian persen itu.Nabil masuk tanpa mengetuk pintu atau pun memencet bel. Gerakannya yang tanpa suara mengejutkan Kayla."Bil, kamu udah pulang?" tanyanya kaget.Nabil tidak menghiraukannya. Dia terus berjalan dan masuk ke kamar.Nabi
Nabil menempuh perjalanan pulang dengan mengendara secara serampangan.Dia tidak lagi mempedulikan makian dari pengemudi lain karena ia menyalip dari sebelah kiri.Dia juga tidak menghiraukan umpatan dari pengendara motor yang merasa terganggu akibat dia mengklakson secara keras.Bahkan dia hampir menerobos lampu merah kalau saja tidak ada polisi lalu lintas yang berjaga.Di pikirannya sekarang hanya satu. Segera sampai di rumah dan menyelesaikan semuanyaJantungnya berdentum semakin kencang saat jaraknya sudah semakin dekat. Dia berusaha meredam emosi yang sudah mencapai titik didih.Entah bagaimana cara dia menghadapi Kayla nanti.Tapi yang jelas, dia tidak boleh bertindak kasar meskipun Kayla berulang kali menyakitinya.Ternyata Kayla sudah pulang begitu dia sampai di rumah.Nabil tertegun melihat penampilan Kayla yang tidak seperti biasa.Wanita yang dinikahinya itu memakai lingerie hitam transparan yang menampakkan lekuk tubuhnya. Apa maksudnya ini?Kayla memberinya sebuah seny
Radit menghenyakkan tubuh dengan kasar ke atas kursi kerja. Kayla betul-betul membuatnya marah dan kesal.Radit merasa seperti seorang pengemis cinta. Yang terus diombang-ambingkan perasaannya sendiriApa cuma dia, satu-satunya lelaki di dunia yang selalu setia menunggu walaupun perasaannya terus dipermainkan?Andai saja dia bisa membuka sedikit saja pintu hatinya untuk wanita lain, sudah lama Kayla ia tinggalkan.Tapi masalahnya, kenapa tidak bisa?Apa ini yang dinamakan cinta sejati?Radit mengalihkan pandangannya pada Tiara yang sedang fokus di depan komputer. Dia terlihat sibuk. Entah mengerjakan apa.Radit memperhatikannya diam-diam.Cewek itu sangat cantik. Tidak akan ada yang mengingkarinya. Laki-laki normal pasti tertarik padanya.Seksi juga. Selalu mengenakan rok di atas lutut. Serta atasan pas body yang menonjolkan bagian dada.Radit memberi sugesti pada hatinya agar menyukai Tiara.Pikirannya mulai liar, membayangkan cewek itu naked di depannya. Tapi malah wajah Kayla yang
"Salah," bantah Kayla. "Dulu pernah kok."Radit terdiam sesaat. Mencoba mengingat-ingat. Saking seringnya dia sampai lupa di momen yang mana."Oh iya," katanya kemudian. "Sekarang jangan pikirin itu lagi. Mungkin kamu hanya masuk angin.""Mungkin juga. Dari tadi malam aku belum makan apa pun."Radit nampak kaget mendengar penuturan Kayla. "Kamu tuh ya, nggak ada kapoknya. Mau masuk rumah sakit lagi?""Ya nggaklah. Kalo aku masuk rumah sakit siapa yang bakal jagain? Biasanya kan... " kalimat Kayla tertahan.Ah, biasanya kan ada Nabil. Duh...Kenapa sih ujung-ujungnya Nabil lagi?"Biasanya apa?" tanya Radit."Nggak. Nggak ada. Aku ke ruangan dulu ya, tugas dari kamu belum selesai.""Aku cariin makanan kamu makanan.""Nggak usah. Di loker masih ada cemilan. Lumayan, buat ganjal perut."Kayla melangkah pergi. Meninggalkan aroma parfumnya yang soft dan feminim.Radit menghela nafas. Rencananya tadi mau marah-marah, tapi kok ya nggak tega. Kayla selalu membuatnya luluh dengan caranya sendi
Kayla langsung melepaskan diri dari rangkulan Dea begitu merasakan perutnya kembali bergejolak. Setengah berlari Kayla menuju wastafel dan muntah disana karena tidak keburu ke kamar mandi. Dea mengikuti Kayla ke belakang. Begitu mengetahui Kayla yang muntah-muntah ia pun ikut peduli. “Kamu kenapa, Kay?” tanyanya dengan raut khawatir.Bukannya menunjukkan wajah cemas, Kayla malah tersenyum. “Aku lagi isi,” katanya kemudian.Dea tertegun selama beberapa saat dan mencoba mencerna kata-kata Kayla. Apa itu artinya Kayla sedang berbadan dua?“Maksudnya, kamu lagi hamil?” tanya Dea untuk lebih meyakinkan.Kayla mengangguk dan menampakkan senyum lebar.Lagi-lagi Dea terdiam. Kenyataan ini seakan menghempaskannya. Ucapan kasar yang keluar dari mulutnya dulu kembali terngiang di telinga Dea. Dea menyesal sudah mengata-ngatai Kayla tidak akan bisa hamil dan tidak tahu rasanya kehilangan anak. Rasa cemburunya pada Kayla membuatnya tidak mampu mengontrol diri.“Selamat ya, Kay, kamu beruntung ba
Sudah beberapa hari Dea tinggal di paviliun Alan. Alan sangat baik padanya. Selain memberikannya tempat tinggal juga memberi dan melengkapi kebutuhannya. Alan juga membantu mengurus kuliah dan dokumen-doumennya yang hilang. Dea tidak tahu bagaimana caranya membalas kebaikan Alan. Kalau saja Alan tidak menolongnya malam itu mungkin ia sudah mati dengan menyedihkan atau terlunta-lunta di jalanan.Ada kanvas besar di sudut ruangan yang menarik perhatian Dea, lengkap dengan alat-alat untuk melukis. Mungkin itu punya Alan, pikir Dea. Selama ini Dea tidak berani menyentuhnya. Tapi hari ini Dea begitu terusik. Tangannya sudah gatal untuk menyapukan kuas di atas kanvas berukuran besar itu. Dea memang suka melukis terutama lukisan-lukisan yang termasuk ke dalam golongan aliran romantisme dan surealisme. Namun, sudah sejak lama Dea meninggalkan hobinya itu. Dea bergerak ke sudut ruangan, dan duduk di atas kursi yang ada disana. Dea menuangkan cat berbagai warna ke palet, mencelupkan kuas kes
Jika saja bisa meminta, Nabil ingin Keyzia seperti Dea dalam hal cinta dan kebucinannya yang luar biasa. Namun sayang, Keyzia tetaplah Keyzia yang tidak akan berubah menjadi Dea. Keyzia tetap akan menjadi sosok perempuan masa kini yang berpendirian kuat. Namun pada akhirnya ia terjebak dalam cinta yang mengalahkan telak gengsinya.Keyzia belum ingin bertemu Nabil. Ia belum sanggup memupus rasa kecewanya yang mendalam. Setelah mengetahui fakta tentang diri Nabil yang sesungguhnya, seharusnya Keyzia bisa saja meninggalkan Nabil. Tapi Keyzia tidak sanggup. Ia sudah menjilat ludahnya sendiri. Dan ia seperti mendapatkan karma atas kesombongannya dengan cinta yang terlalu berlebihan pada laki-laki itu.Setelah beberapa hari tidak menghiraukan panggilan telfon, video call, mau pun pesan dari Nabil, akhirnya Keyzia sudah tidak tahan lagi. Merindu itu berat, dan ia tak kuasa lagi menanggungnya sendiri.Keyzia harus bertemu Nabil malam ini juga. Tidak ada lagi kata tunggu atau janji tunda. Se
Perempuan itu, Dea, pelan-pelan membuka matanya saat kesadaran diri kembali menghampiri. Aromatherapy yang memenuhi ruangan menusuk kuat sampai ke hidungnya. Dea memandang nanar ke seluruh penjuru ruangan tempatnya berada. Kamar ini sangat besar dan luas. Lantainya terbuat dari parket. Sementara dindingnya tampil berbeda pada setiap sisi. Ada bagian yang berlapis panel kayu, sementara pada sisi lain berukirkan batu alam. Klasik dan simpel. Namun terkesan elegan oleh keberadaan lampu gantung kristal yang berbetuk bulat-bulat kecil dan menjuntai indah seperti bongkahan bola-bola kecil. Kamar ini bernuansa gelap tapi tidak menyeramkan. Mungkin pemilihan interior ruangan dan cat, serta furnitur di dalamnya menyimbolkan suasana hati pemiliknya yang hampa dan kesepian.Antara sadar dan tidak sadar Dea mulai mengerahkan otaknya untuk mengingat apa saja yang telah terjadi. Berat. Kepalanya masih sangat berat. Pandangannya belum terlalu jelas. Dan tubuhnya terasa lemah luar biasa. Terakhir ia
Malam itu entah apa yang menggerakkan hati seorang laki-laki, sehingga ia melewati jalan yang tidak biasa dilaluinya. Dia memang sudah biasa pulang tengah malam dari kantornya. Jiwa pekerja keras yang sudah mendarah daging di tubuhnya membuatnya hampir setiap hari menghabiskan malam di kantor operasional perusahaan yang ia miliki. Bahkan tak jarang ia juga menginap disana. Namun malam ini ia ingin pulang ke rumahnya. Tuhan seperti menuntun langkahnya ketika terbesit keinginan di hatinya untuk mengambil jalur lain menuju arah rumahnya.Laki-laki itu menyalakan radio mobil untuk membunuh sepi. Dia mencari-cari fekuensi yang pas dan nyaman diterima gendang telinganya. Namun, hanya lagu-lagu galau yang berkumandang yang membuat jiwa sepinya semakin meronta.Setelah hujan deras yang mengguyur tadi, jalanan tampak sepi. Para penghuni bumi lebih memilih bersembunyi di bawah selimut di kediaman masing-masing.Apalagi jalan yang dilaluinya tidak terlalu besar. Meskipun masih berada di pusat ko
Penolakan dan perpisahan dengan Nabil merupakan pukulan telak bagi Dea. Baru hari pertama disini tapi sudah kenyataan pahit seperti ini yang dihadapinya. Lalu bagaimana bisa Dea menjalani hari-hari selanjutnya? Dea sudah berusaha menjadi perempuan yang kuat namun cinta kembali membuatnya lemah."Ada masalah?" Tita bertanya saat melihat Dea pulang dengan mata sembab dan merah.Dea menggeleng dan berusaha menampilkan senyum tapi gagal. Bibirnya terlalu berat, bahkan untuk seulas senyum palsu sekalipun. Tapi Dea tidak ingin mengumbar pada siapa-siapa. Biarkan semua ini menjadi rahasianya. Cukup ia simpan di dalam hati karena jika pun diceritakan tetap tidak akan berpengaruh apa-apa. "Mulut bisa bohong, tapi mata tidak akan pernah bisa berbohong," vonis Tita menunjuk mata Dea yang mengecil.Dea mengusap mukanya, lalu melihat pantulan dirinya di kaca yang menempel di lemari yang ada di kamar Tita. Jejak-jejak panjang air mata masih membekas jelas disana. Rona sedih di mukanya mungkin tid
Keyzia langsung turun tanpa berkata apa-apa begitu Nabil menghentikan mobil tepat di depan rumahnya. Rasa kecewanya yang terlalu besar membuat mulutnya sulit digerakkan.Nabil juga hanya diam, tak ingin mengusik Keyzia yaang sedang menikmati perasaannya. Entah perasaan apa, mungkin marah, kecewa, atau kesal. Atau mungkin gabungan semuanya.Keyzia langsung masuk ke kamar tanpa sedikit pun menghiraukan Putri yang memandangnya penuh tanda tanya saat melihat Keyzia memasang muka murung.Putri tidak tahu masalah apa yang menimpa Keyzia, dan ia juga tidak ingin mengusiknya. Biar Keyzia sendiri yang menceritakannya nanti jika dia ingin.Keyzia mengunci pintu kamar, lalu menghempaskan badan ke pembaringan. Dadanya sesak oleh rasa yang mendesak. Rasa sedih, kesal, kecewa, serta marah membaur menjadi satu. Ekpektasinya yang berlebihan pada Nabil membuatnya menjadi sakit sendiri.Keyzia sangat jarang menangis, bahkan bisa dikatakan hampir tidak pernah. Tapi kali ini Nabil membuatnya mengeluarkan
Sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya, Keyzia lebih memilih bermain dengan pikirannya sendiri. Mulutnya terkatup rapat, matanya kosong menatap jalanan melalui kaca mobil yang berada di sebelahnya.Sesekali Nabil melirik padanya. Dan ekspresi Keyzia tetap sama.Nabil pun memilih untuk tidak bersuara. Ia takut salah bicara. Nabil masih meraba-raba karakter dan sisi lain Keyzia yang belum diketahuinya. Semoga saja Keyzia jauh dari sifat-sifat buruk yang tidak diinginkannya.Keyzia menunggu Nabil bicara untuk memberi penjelasan. Namun tidak ada tanda-tanda kalau dia akan melakukan hal itu. Dari pada terbunuh rasa penasaran dan kesal sendiri, Keyzia pun berinisiatif untuk membuka mulut."Bil, bisa kasih penjelasan untuk yang tadi?" Nabil menggerakkan kepala, menoleh pada Keyzia yang sedang memandangnya."Namanya Dea, dia mantan istriku." Nabil menunggu respon Keyzia sebelum kembali bicara."Trus?"Muka dan suara Keyzia yang datar membuat Nabil tidak ragu utuk melanjutkan kata-katanya. T
Nabil menelan saliva. Ia mati kutu sekarang. Dea mendekapnya begitu erat, seolah tidak akan melepasnya lagi. Sementara itu, Keyzia memandangnya dengan tatapan penuh protes dan keberatan.Nabil semakin serba salah. Perasaan siapa yang harus dijaganya? Dea, wanita dari masa lalu, atau Keyzia, perempuan untuk masa depannya?Nabil membalas tatapan Keyzia dengan sorot mata meminta pengertian,Keyzia membuang muka. Tidak ingin melihat pemandangan itu. Nabil mencoba melepaskan diri dari Dea. Tapi Dea masih belum rela melepaskannya."Aku pulang aja, Bil," putus Keyzia saat melihat Nabil yang masih berada dalam dekapan Dea.Keyzia memutar tubuh lalu bergegas pergi.Melihat hal itu Nabil segera bertindak. "Dea, tolong lepasin aku dulu," pinta Nabil dan berharap Dea menjauhkan diri darinya.Begitu merasakan gerakan tubuh Nabil yang memberontak. Dea pun melepaskannya. Dea menyadari kebodohannya. Nabil memang tidak menginginkannya. Buktinya tadi, ia tidak membalas rangkulannya. Dea menatap nana