Bunga ngatain Reni jahat tanpa mengaca, padahal dia yang lebih jahat. Ditambah sekarang dia menduga Reni dengan dugaan yang tiada bukti. wanita mana sih yang tidak sakit hati jika suaminya yang dicintainya diam-diam menikah lagi di belakangnya."Masak sih, Nga. Sepertinya Reni bukan tipe wanita yang seperti itu deh, lagian selama ini dia kan hanya dirumah saja," ujar Candra yang tau sifat istrinya."Ya maksud Bunga itu siapa tau saja begitu loh, Mas," balasnya."Ini nggak bisa dibiarkan, Ndra. Kita harus bicara sama Reni, dia sebagai istri dan menantu nggak bisa berlaku seenaknya begini," ujar Ratih.Sementara Mira di kamar sedang mengobrak abrik isi kopernya, karena barang-barang brandednya tidak ada sama sekali. Perhiasan nya juga tidak ada, yang ada hanya baju-bajunya yang dari kampung dan beberapa baju baru yang dibelikan sama Candra.Padahal Mira sangat ingat, jika dia masih punya banyak baju branded yang masih tersegel, alias belum pernah terpakai. Tapi nggak ada di dalam kopern
Sore harinya Ratih, Bunga, Candra dan juga Mira bener-bener mendatangi rumah Reni. Tapi sayang sekali, Reni malah nggak ada di rumah. Mereka berempat datang dengan menaiki taxi, karena sudah tidak punya mobil lagi."Pak, buka gerbangnya," teriak Candra di depan pintu gerbang, sedangkan seorang Satpam yang saat itu sedang bertugas segera keluar dari pos satpam."Eh! Pak Candra. Tapi maaf Pak, Bu Reninya tidak mengizinkan anda sekeluarga buat masuk," perkataan dafi Satpam itu, bener-bener membuat Candra ingin sekali mengamuk.Candra sangat tidak betah jika tidak pegang uang dan tidak membawa mobil. Apalagi sekarang dirinya tidak punya baju yang bagus, karena Reni tak memberikan baju-baju bagusnya yang dibeli setelah menikah."Panggil Reni, saya perlu bicara," titah Candra tanpa basa basi."Tapi maaf Pak Candra, Bu Reninya sedang tidak ada di rumah," beritahu Satpam itu."Loh, inikan sudah jamnya pulang kantor, pastinya istri saya sudah pulang juga.""Waduh, saya juga tidak tahu, Pak."
"Pasti mereka marah-marah karena semua fasilitasnya aku cabut dan nggak aku kasih uang bulanan lagi," balas Reni. "Iyalah, mereka marah Mbak. Secara mereka itukan sudah terbiasa hidup enak. Eh, tiba-tiba nggak pegang duit," saut Lili. "Ya sudah, lebih baik kita kerumah kamu sekarang, yuk," sedari dulu Dipta sudah gedeg banget sama kelakuan Candra. Apalagi keluarganya yang pada bermuka dua, mereka juga sengaja menjauhkan Reni dengan keluarganya. "Lili ikut," pintanya. Lalu semuanya langsung meninggalkan makanannya masing-masing dan pergi kerumah Reni. Sesampainya di rumah, bener saja. Candra dan keluarganya emang ngamuk-ngamuk seperti orang gila di depan rumahnya, pada teriak-teriak minta di bukain gerbang. Apalagi Candra sampai mengambil batu dan di lempar ke gerbang rumahnya, sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Untung saja batunya kecil, sehingga nggak ngefek di gerbang rumah Reni yang begitu kokoh. Begitu Reni sudah datang, Satpam itu segera membukakan gerbangnya. Dan di s
“Waw, enak sekali ya hidup kalian main asal minta ini dan itu sama Reni. Hello, memang kalian ini siapanya Reni ya, perasaan dalam agama kalian bukanlah tanggung jawab Reni tuh. Jadi nggak wajib bagi Reni membiayai hidup kalian.Lalu apa tadi kamu bilang? uang suami juga uang istri. Itu pemikiran yang bagaimana sih, yang ada juga uang suami kali yang uangnya istri. Uang istri ya uang istri, begini nih kalau orang nggak pernah dengerin ceramah kyai," saut Desi, rasanya sangat geram sekali Desi sama perkataan tidak tau diri dari Mira, Ratih dan Bunga. Ingin sekali Desi meremas mulut-mulut itu biar kalau bicara itu dipikir dulu."Tuh dengerin kuping kalian, kalian semua itu bukan tanggung jawab aku. Seharusnya kalian itu malu minta-minta sama aku.Kamu juga, Mas. Sebagai kepala rumah tangga dan suamiku bukanya menafkahi aku malah aku yang disuruh menafkahi kamu dan keluarga kamu," ujar Reni."Alah, udah deh. Nggak usah pakai ceramah segala, buruan balikin semua barang-barang berharga mil
"Menurut Bunga tak masalah deh kalau Mas Candra cerai sama Mbak Reni. Nanti mas Candra tinggal tuntut saja tuh harta gon9 gini dari Mbak Reni," saran Bunga, yang tiba-tiba punya ide seperti itu."Wah, iya bener, Ndra. Apa kata adik kamu itu. Biarkan saja itu Reni bakal kehilangan sebagian hartanya," tambah Ratih yang langsung setuju saja kalau soal duit."Mira setuju, Mas. Lagian ngapain sih kita datang-datang terus ke rumahnya Mbak Reni, sudah kaya pengemis saja," seru Mira. Sedangkan Candra tentu saja tidak setuju, karena Candra masih mencintai Reni.Dan karena ulah Ibunya kini rumah tangga Candra jadi berada di ambang kehancuran."Nggak, Candra tidak setuju. Candra sangat mencintai Reni Ma," ujar Candra yang membuat Mira sakit hati."Ya ampun, Mas. Bisa-bisanya kamu bilang cinta sama Mbak Reni, padahal disini aku udah hamil anak kamu loh. Sedangkan Mbak Reni tak bisa memberikan anak buat kamu," balas Mira dengan hati yang sedih, karena suaminya gak pernah berpihak dengannya."Kan
Tiba tiba Hp Mira berbunyi pertanda ada telepon yang masuk, dan setelah Mira lihat ternyata dari Ibunya di kampung, sehingga Mira segera mengangkatnya."Halo, Bu," jawab Mira. "Ibu apa kabar?”"Baik Mir, kamu sendiri bagaimana kabarnya? Suami sama mertua kamu baikkan sama kamu?” jawab Sarti dengan balik bertanya. Ya, Sarti itu adalah nama Ibunya Mira."Baik, Bu.""Owh, iya. Kamu bisa jemput Bapak dan Ibu di terminal tidak, Mir. Ibu sama Bapak mau kerumah kamu, Ibu sama Bapak mau melihat rumah mewah kamu yang di belikan sama Candra," pinta Sarti dengan senangnya, karena rencananya nanti Sarti dan suami mau ikutan tinggal di rumah gedongan milik anaknya.Bahkan rumahnya di kampung sudah di jual buat bayar hutang, dan sisanya buat pegangan. Sengaja Sarti menjual rumahnya buat bayar hutang, karena rencananya Sarti dan suami mau ikut tinggal sama anaknya yang sekarang sudah dapat suami kaya.Nggak tau saja mereka berdua kalau rumah itu sudah diambil alih sama Reni, dan sudah di jual sama R
"Wah, jadi ini rumahnya Mira yang kamu belikan, Ndra. Ya, lumayan bagus sih, tapi kok beda ya sama yang sering di tunjukin Mira di telpon?" tanya Sarti."Silahkan masuk dulu saja Pak, Bu. Sudah ditunggu sama Mira dan Mama didalam," Candra sangat malas menanggapi perkataan dari Ibu mertuanya, sehingga Candra langsung menyuruh kedua mertuanya buat masuk saja.Sementara Mira yang melihat kedua orang tuanya datang dari kampung segera memeluknya."Bapak, Ibu, Mira kangen," ujar Mira seraya memeluk kedua orang tuanya."Bapak sama Ibu juga kangen Mir sama kamu," balas Bejo."Eh, Jeng Sarti, Pak Bejo," Dengan senyum ceria Ratih langsung memeluk sahabatnya itu."Jeng Ratih apa kabar?" tanya Sarti dengan basa basi."Yah beginilah keadaanku Jeng," balas Ratih yang keadaannya kurang baik, karena nggak punya duit. Baru kali ini loh Ratih nggak pegang duit, karena selama Reni menjadi menantunya Ratih nggak pernah sampai kekurangan duit. Bahkan apapun yang Ratih mau selalu keturutan, hidupnya juga m
"Wah jadi ini rumah kamu yang di belikan sama Candra, Ren?" tanya Sarti yang di angguki oleh Mira."Wah, bagus sekali rumahnya, Mir. Sudah kita langsung tinggal di sini saja, lagian inikan rumah kamu. Dan katanya sertifikatnya juga atas nama kamukan," ujar Bejo."Iya Pak, kata Mas Candra sertifikat rumah ini atas namanya Mira," jawabnya."Ya, itu berarti ini memang rumah kamu, Mir." Mereka semua mau masuk ke dalam rumah itu. Tapi naas, pintu rumah itu ternyata terkunci, sehingga mereka bertiga langsung mengetuk rumah itu.Nggak lama ada sepasang laki-laki dan perempuan yang keluar buat bukain pintunya."Maaf, siapa ya?” tanya nya, karena merasa tidak mengenal Mira dan kedua orang tuanya."Loh, seharusnya saya yang tanya. Anda-anda ini siapa?" bukannya menjawab Mira malah balik bertanya."Tentu saja kami ini adalah pemilik rumah ini," beritahu seorang laki-laki yang menempati rumah itu."Anda ini jangan sembarangan ngomong ya, ini itu rumah anak saya," sentak Sarti."Iya, ini itu ruma
Karena terdengar ada ribut-ribut, Bunga dan Ratih langsung keluar. Lalu Candra segera menceritakan semuanya sama Mama dan adiknya. Sementara Ratih dan Bunga tentu saja tidak terima Reni menjual rumah itu."Seharusnya Reni itu membagi uang menjual rumah itu sama kita," ujar Ratih."Iya bener, Mas. Seenggak semua uangnya buat kita, enak saja Mbak Reni mau menguasai uangnya sendirian," tambah Bunga yang nggak tau diri, yang buat beli rumah juga emang uangnya Reni."Pokoknya rumah itu harus bisa kembali secepatnya ke Mira, Ndra. Kalau di balikin uang juga tidak mau, kecuali uangnya lebih besar jumlahnya," ujar Bejo yang menekan menantunya."Betul itu, kalian itu sudah janji bakal membahagiakan anakku jika mau menikah dengan kamu, Ndra. Kamu harus tepati janji kamu," imbuh Sarti"Besok bukanya sidang perceraian kamu dan Mbak Reni ya, Mas. Besok kamu harus tuntut Mbak Reni soal rumah itu" saran Mira yang tau jika besok adalah sidang perceraian suaminya dengan istri pertamanya."Loh, jadi ma
"Wah jadi ini rumah kamu yang di belikan sama Candra, Ren?" tanya Sarti yang di angguki oleh Mira."Wah, bagus sekali rumahnya, Mir. Sudah kita langsung tinggal di sini saja, lagian inikan rumah kamu. Dan katanya sertifikatnya juga atas nama kamukan," ujar Bejo."Iya Pak, kata Mas Candra sertifikat rumah ini atas namanya Mira," jawabnya."Ya, itu berarti ini memang rumah kamu, Mir." Mereka semua mau masuk ke dalam rumah itu. Tapi naas, pintu rumah itu ternyata terkunci, sehingga mereka bertiga langsung mengetuk rumah itu.Nggak lama ada sepasang laki-laki dan perempuan yang keluar buat bukain pintunya."Maaf, siapa ya?” tanya nya, karena merasa tidak mengenal Mira dan kedua orang tuanya."Loh, seharusnya saya yang tanya. Anda-anda ini siapa?" bukannya menjawab Mira malah balik bertanya."Tentu saja kami ini adalah pemilik rumah ini," beritahu seorang laki-laki yang menempati rumah itu."Anda ini jangan sembarangan ngomong ya, ini itu rumah anak saya," sentak Sarti."Iya, ini itu ruma
"Wah, jadi ini rumahnya Mira yang kamu belikan, Ndra. Ya, lumayan bagus sih, tapi kok beda ya sama yang sering di tunjukin Mira di telpon?" tanya Sarti."Silahkan masuk dulu saja Pak, Bu. Sudah ditunggu sama Mira dan Mama didalam," Candra sangat malas menanggapi perkataan dari Ibu mertuanya, sehingga Candra langsung menyuruh kedua mertuanya buat masuk saja.Sementara Mira yang melihat kedua orang tuanya datang dari kampung segera memeluknya."Bapak, Ibu, Mira kangen," ujar Mira seraya memeluk kedua orang tuanya."Bapak sama Ibu juga kangen Mir sama kamu," balas Bejo."Eh, Jeng Sarti, Pak Bejo," Dengan senyum ceria Ratih langsung memeluk sahabatnya itu."Jeng Ratih apa kabar?" tanya Sarti dengan basa basi."Yah beginilah keadaanku Jeng," balas Ratih yang keadaannya kurang baik, karena nggak punya duit. Baru kali ini loh Ratih nggak pegang duit, karena selama Reni menjadi menantunya Ratih nggak pernah sampai kekurangan duit. Bahkan apapun yang Ratih mau selalu keturutan, hidupnya juga m
Tiba tiba Hp Mira berbunyi pertanda ada telepon yang masuk, dan setelah Mira lihat ternyata dari Ibunya di kampung, sehingga Mira segera mengangkatnya."Halo, Bu," jawab Mira. "Ibu apa kabar?”"Baik Mir, kamu sendiri bagaimana kabarnya? Suami sama mertua kamu baikkan sama kamu?” jawab Sarti dengan balik bertanya. Ya, Sarti itu adalah nama Ibunya Mira."Baik, Bu.""Owh, iya. Kamu bisa jemput Bapak dan Ibu di terminal tidak, Mir. Ibu sama Bapak mau kerumah kamu, Ibu sama Bapak mau melihat rumah mewah kamu yang di belikan sama Candra," pinta Sarti dengan senangnya, karena rencananya nanti Sarti dan suami mau ikutan tinggal di rumah gedongan milik anaknya.Bahkan rumahnya di kampung sudah di jual buat bayar hutang, dan sisanya buat pegangan. Sengaja Sarti menjual rumahnya buat bayar hutang, karena rencananya Sarti dan suami mau ikut tinggal sama anaknya yang sekarang sudah dapat suami kaya.Nggak tau saja mereka berdua kalau rumah itu sudah diambil alih sama Reni, dan sudah di jual sama R
"Menurut Bunga tak masalah deh kalau Mas Candra cerai sama Mbak Reni. Nanti mas Candra tinggal tuntut saja tuh harta gon9 gini dari Mbak Reni," saran Bunga, yang tiba-tiba punya ide seperti itu."Wah, iya bener, Ndra. Apa kata adik kamu itu. Biarkan saja itu Reni bakal kehilangan sebagian hartanya," tambah Ratih yang langsung setuju saja kalau soal duit."Mira setuju, Mas. Lagian ngapain sih kita datang-datang terus ke rumahnya Mbak Reni, sudah kaya pengemis saja," seru Mira. Sedangkan Candra tentu saja tidak setuju, karena Candra masih mencintai Reni.Dan karena ulah Ibunya kini rumah tangga Candra jadi berada di ambang kehancuran."Nggak, Candra tidak setuju. Candra sangat mencintai Reni Ma," ujar Candra yang membuat Mira sakit hati."Ya ampun, Mas. Bisa-bisanya kamu bilang cinta sama Mbak Reni, padahal disini aku udah hamil anak kamu loh. Sedangkan Mbak Reni tak bisa memberikan anak buat kamu," balas Mira dengan hati yang sedih, karena suaminya gak pernah berpihak dengannya."Kan
“Waw, enak sekali ya hidup kalian main asal minta ini dan itu sama Reni. Hello, memang kalian ini siapanya Reni ya, perasaan dalam agama kalian bukanlah tanggung jawab Reni tuh. Jadi nggak wajib bagi Reni membiayai hidup kalian.Lalu apa tadi kamu bilang? uang suami juga uang istri. Itu pemikiran yang bagaimana sih, yang ada juga uang suami kali yang uangnya istri. Uang istri ya uang istri, begini nih kalau orang nggak pernah dengerin ceramah kyai," saut Desi, rasanya sangat geram sekali Desi sama perkataan tidak tau diri dari Mira, Ratih dan Bunga. Ingin sekali Desi meremas mulut-mulut itu biar kalau bicara itu dipikir dulu."Tuh dengerin kuping kalian, kalian semua itu bukan tanggung jawab aku. Seharusnya kalian itu malu minta-minta sama aku.Kamu juga, Mas. Sebagai kepala rumah tangga dan suamiku bukanya menafkahi aku malah aku yang disuruh menafkahi kamu dan keluarga kamu," ujar Reni."Alah, udah deh. Nggak usah pakai ceramah segala, buruan balikin semua barang-barang berharga mil
"Pasti mereka marah-marah karena semua fasilitasnya aku cabut dan nggak aku kasih uang bulanan lagi," balas Reni. "Iyalah, mereka marah Mbak. Secara mereka itukan sudah terbiasa hidup enak. Eh, tiba-tiba nggak pegang duit," saut Lili. "Ya sudah, lebih baik kita kerumah kamu sekarang, yuk," sedari dulu Dipta sudah gedeg banget sama kelakuan Candra. Apalagi keluarganya yang pada bermuka dua, mereka juga sengaja menjauhkan Reni dengan keluarganya. "Lili ikut," pintanya. Lalu semuanya langsung meninggalkan makanannya masing-masing dan pergi kerumah Reni. Sesampainya di rumah, bener saja. Candra dan keluarganya emang ngamuk-ngamuk seperti orang gila di depan rumahnya, pada teriak-teriak minta di bukain gerbang. Apalagi Candra sampai mengambil batu dan di lempar ke gerbang rumahnya, sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Untung saja batunya kecil, sehingga nggak ngefek di gerbang rumah Reni yang begitu kokoh. Begitu Reni sudah datang, Satpam itu segera membukakan gerbangnya. Dan di s
Sore harinya Ratih, Bunga, Candra dan juga Mira bener-bener mendatangi rumah Reni. Tapi sayang sekali, Reni malah nggak ada di rumah. Mereka berempat datang dengan menaiki taxi, karena sudah tidak punya mobil lagi."Pak, buka gerbangnya," teriak Candra di depan pintu gerbang, sedangkan seorang Satpam yang saat itu sedang bertugas segera keluar dari pos satpam."Eh! Pak Candra. Tapi maaf Pak, Bu Reninya tidak mengizinkan anda sekeluarga buat masuk," perkataan dafi Satpam itu, bener-bener membuat Candra ingin sekali mengamuk.Candra sangat tidak betah jika tidak pegang uang dan tidak membawa mobil. Apalagi sekarang dirinya tidak punya baju yang bagus, karena Reni tak memberikan baju-baju bagusnya yang dibeli setelah menikah."Panggil Reni, saya perlu bicara," titah Candra tanpa basa basi."Tapi maaf Pak Candra, Bu Reninya sedang tidak ada di rumah," beritahu Satpam itu."Loh, inikan sudah jamnya pulang kantor, pastinya istri saya sudah pulang juga.""Waduh, saya juga tidak tahu, Pak."
Bunga ngatain Reni jahat tanpa mengaca, padahal dia yang lebih jahat. Ditambah sekarang dia menduga Reni dengan dugaan yang tiada bukti. wanita mana sih yang tidak sakit hati jika suaminya yang dicintainya diam-diam menikah lagi di belakangnya."Masak sih, Nga. Sepertinya Reni bukan tipe wanita yang seperti itu deh, lagian selama ini dia kan hanya dirumah saja," ujar Candra yang tau sifat istrinya."Ya maksud Bunga itu siapa tau saja begitu loh, Mas," balasnya."Ini nggak bisa dibiarkan, Ndra. Kita harus bicara sama Reni, dia sebagai istri dan menantu nggak bisa berlaku seenaknya begini," ujar Ratih.Sementara Mira di kamar sedang mengobrak abrik isi kopernya, karena barang-barang brandednya tidak ada sama sekali. Perhiasan nya juga tidak ada, yang ada hanya baju-bajunya yang dari kampung dan beberapa baju baru yang dibelikan sama Candra.Padahal Mira sangat ingat, jika dia masih punya banyak baju branded yang masih tersegel, alias belum pernah terpakai. Tapi nggak ada di dalam kopern