Amy berlari sekuat tenaga keluar dari rumah itu, melewati taman belakang yang sudah ditumbuhi rumput liar. Dia hampir terjatuh beberapa kali, namun adrenalin membantunya tetap bergerak. Begitu berada di luar area rumah, Amy langsung mengingat rencana darurat yang telah disepakati sebelumnya. Jika terjadi sesuatu, Amy harus segera menghubungi nomor telepon yang sudah diberikan oleh Celia. Dengan tangan gemetar, Amy mengambil ponselnya dan mencari nomor tersebut. Dia tidak tahu siapa pemilik nomor itu, hanya tahu orang tersebut bisa membantu Celia."Ya?" suara seorang pria di ujung sana terdengar. Itu adalah suara Thomas Montague."Tuan. Saya Amy, Celia… mereka menangkapnya! Tolong, bantu kami!" Amy berkata setengah berbisik berusaha menahan isak tangisnya saat dia berbicara.Thomas sontak berdiri dari kursinya. "Dimana kalian sekarang?" tanya Thomas dengan suara tegas namun tenang.Amy memberikan lokasi mereka, dan Thomas segera menghubungi orang-orangnya untuk bergerak cepat. Dia tid
Malam itu di jalan raya yang lengang, dua rombongan mobil berkecepatan tinggi melaju ke arah yang berlawanan tapi dengan tujuan yang sama, yaitu menyelamatkan Celia. Angin malam berhembus kencang, seolah-olah tahu bahwa pertemuan tak terduga akan segera terjadi. Di satu sisi jalan, konvoi Keenan Montague membawa Celia yang masih dalam keadaan shock setelah diselamatkan dari cengkeraman Simon. Di sisi lain, rombongan Luxian yang terlambat tiba di tempat Simon, kini sedang dalam perjalanan mencari Celia, berusaha untuk menyelamatkannya dari bahaya yang dia ketahui sedang mengancam.Kedua rombongan ini tiba-tiba berhadapan di sebuah persimpangan jalan yang sepi. Cahaya lampu mobil dari kedua arah saling bertabrakan, menerangi malam yang gelap. Keenan, yang mengemudikan mobil di barisan depan, segera mengenali mobil mewah milik Luxian yang melaju ke arahnya. Dia memperlambat laju mobil dan memberikan isyarat kepada anak buahnya di belakang untuk berhenti.Di sisi lain, Luxian yang bera
Dengan adanya dokumen dan rekaman video yang ditemukan di tempat tersebut, menjadi jelas bahwa Simon telah mengoperasikan jaringan kejahatan yang jauh lebih besar dan lebih keji dari yang dibayangkan sebelumnya.Thomas, dengan suara yang penuh otoritas, memberikan instruksi kepada timnya untuk menutup klub secara permanen. Segel polisi dipasang di setiap pintu, memastikan tidak ada yang bisa masuk atau keluar tanpa izin dari otoritas. Para korban yang ditemukan di klub tersebut segera diamankan dan diberikan perlindungan, sementara para tersangka langsung dibawa ke tahanan untuk diperiksa lebih lanjut.Operasi malam ini tidak berhenti di satu tempat. Thomas telah merencanakan untuk menutup semua klub yang dimiliki oleh Simon di seluruh kota. Dalam waktu yang hampir bersamaan, tim lain yang dikerahkan oleh Thomas menutup paksa setiap klub dan properti yang terkait dengan Simon. Dari hasil penggeledahan di berbagai lokasi, semakin banyak bukti yang ditemukan, uang tunai dalam jumlah bes
Malam itu, di sebuah klub eksekutif yang megah, Luxian duduk sendirian di sebuah private room VVIP. Pemandangan diluar jendela memperlihatkan gemerlap kota, namun matanya tertuju pada layar besar yang menayangkan berita tentang Jaksa Thomas Montague. Wajahnya serius, merenung dalam-dalam tentang apa yang baru saja dia saksikan. Luxian menghela napas berat, menyesap minumannya perlahan. Pikiran-pikiran tentang intrik politik dan keadilan memenuhi benaknya, namun malam ini dia mencoba melupakan sejenak semua masalah itu. Di tempat lain dalam klub yang sama, di room biasa, Marco, setelah selesai syuting mengajak para artis untuk sekedar refreshing dan membangun kedekatan antar sesama pemain. Celia dan Abigail ada diantara mereka.Abigail mendapat informasi dari managernya bahwa Luxian berada di lantai atas, di ruangan VVIP. Matanya langsung berbinar penuh rencana. Tanpa membuang waktu, dia dengan cepat meninggalkan kelompoknya, menuju ke lantai atas untuk menemui Luxian. Di dalam pikir
“Luxian adalah milikku! Dan dia berjanji kami akan segera menikah!”“Abigail cukup hentikan! Kita sepakat menunggu bayi itu lahir. Tes DNA yang akan membuktikan jika itu memang anakku atau bukan!”“Tentu saja ini anakmu!”Celia menatap dingin Luxian tanpa suara.“Hal itu tidak akan mempengaruhi pernikahan kita.” Kata Luxian cemas. Dia tahu hari ini pasti akan datang. Walaupun sudah menyiapkan mental, tapi tatapan dingin Celia tetap saja terasa menusuk.“Apa maksudmu kalian menikah?”“Celia, dia adalah istriku.”Abigail membelalakkan matanya, tidak percaya dengan apa yang dia dengar. “Celia, aku tidak akan membiarkanmu.” Pikirnya sambil berjalan keluar ruangan dengan marah.Di parkiran, saat menuju mobilnya, tiba-tiba saja seseorang membekap mulut Abigail dari belakang, masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan tempat itu.Di ruangan tinggal mereka berdua.Celia segera menjaga jarak dari Luxian. Dan berkata dengan dingin, “Dia hamil? Bagus sekali. Karena kau sudah mempunyai wanita un
Ketika juru sita mulai membacakan perintah pengusiran, suasana semakin memanas. Beberapa anggota keluarga Albern mulai berteriak, menuduh Celia sebagai pengkhianat, sementara yang lain mencoba menghalangi petugas yang datang untuk memindahkan barang-barang mereka. Ketegangan semakin terasa, dan Keenan tahu bahwa situasi ini bisa menjadi lebih buruk jika tidak segera ditangani.Untuk memastikan semuanya berjalan sesuai hukum, Keenan memberi isyarat kepada petugas keamanan yang dibawanya. Para petugas dengan tenang namun tegas mengawal anggota keluarga Albern keluar dari rumah, meskipun mereka terus melawan dan memprotes. Beberapa dari mereka mencoba membawa barang-barang berharga, tetapi Keenan telah memastikan bahwa semua aset di rumah tersebut telah diinventarisasi, sehingga tidak ada yang bisa diambil tanpa seizin Celia.Akhirnya, setelah beberapa jam yang penuh ketegangan, keluarga Albern dipaksa untuk melupakan rumah tersebut. Mereka tidak punya pilihan lain selain menerima kenya
Luxian langsung menghentikan semua aktivitasnya begitu mendengar kabar dari Marco bahwa Celia terluka parah setelah diserang oleh orang tak dikenal. Kecemasan menyelimuti pikirannya sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Dia tidak bisa membayangkan jika sesuatu yang lebih buruk terjadi pada Celia. Segera setelah tiba di rumah sakit, Luxian dengan cepat menuju ruang tunggu, berharap bisa mendapatkan kabar terbaru tentang kondisi Celia.Namun, begitu dia tiba di sana, Luxian terkejut melihat Thomas Montague, seorang pria yang dikenal sebagai sosok terpandang, sedang berbicara dengan dokter. Wajah Thomas penuh kekhawatiran, hal itu membingungkan Luxian. Apa hubungan Thomas dengan Celia? Kenapa dia begitu peduli?Namun dia segera mengabaikan pikirannya. Tapi saat Luxian melihat Keenan juga ada di sana, orang itu tampak tegang dan serius, seperti sedang menunggu kabar seseorang yang sangat penting baginya. Membuat Luxian cemburu.Ketika pandangan mereka bertemu, ada ketegangan yang lan
Sementara itu di rumahnya, Eliza menunggu berita dari dua orang yang disewanya dengan gelisah.Tangannya meraih remote dan menyalakan televisi untuk sekedar mencari hiburan. Namun di layar, breaking news justru memperlihatkan adegan kecelakaan tragis dan mengerikan yang melibatkan dua orang pria tidak dikenal hingga tewas setelah tertabrak mobil. Eliza mengenali wajah-wajah itu dengan cepat, mereka adalah pembunuh bayaran yang disewanya untuk menghabisi Celia. Eliza merasa lega kedua orang itu tewas, karena dengan begitu tidak ada lagi yang bisa melacak jejak kembali ke dirinya. Namun, perasaan was-was masih menghantuinya, tidak ada berita apapun tentang kondisi Celia, apakah rencana mereka berhasil atau gagal? Eliza terdiam, jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir keras, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun tidak ada petunjuk lebih lanjut dari berita tersebut. Ketidakpastian ini semakin membuatnya tidak tenang, pikirannya terus berputar, mencari jawaban yang mu
Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob
Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me
Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d
Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b
Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k
"Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m
Dengan wajah yang perpaduan sempurna antara Celia dan Luxian, anak itu menjadi simbol dari hubungan masa lalu yang rumit, tapi juga penuh cinta.Sergio sangat mencintai anak itu dan menganggapnya seperti darah dagingnya sendiri.***Suatu hari, di sebuah taman kota yang tenang dan indah, Celia sedang berjalan-jalan dengan putranya. Anak kecil itu tampak riang, berlari-lari kecil di sekitar taman, mengejar burung-burung dan tertawa ceria. Celia mengawasinya dengan senyum hangat di wajahnya, menikmati momen damai bersama anaknya. Hari itu cuaca sangat cerah, dengan sinar matahari yang lembut menyinari taman, membuat suasana semakin nyaman.Sementara Celia duduk di bangku taman, tiba-tiba dia melihat sebuah keluarga yang dikenalnya sedang berjalan di sepanjang trotoar taman. Itu adalah keluarga Davies. Nyonya Paula sepertinya sedang mengajak Nenek Iris jalan-jalan menikmati suasana sore hari.Celia merasa dadanya berdegup sedikit lebih cepat. Dia tidak pernah benar-benar memutuskan kont
Beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Celia memutuskan untuk mengunjungi Hacienda, rumah keluarga besar keluarga Davies di Ashford.Di sana, ia berharap bisa bertemu dengan Nenek Iris, Celia berpikir, jika ada orang yang bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan Luxian atau tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya, mungkin itu adalah Nenek Iris.Saat Celia tiba di Hacienda, suasana terasa hening dan damai. Angin sepoi-sepoi meniup lembut dedaunan pohon di halaman, dan langit sore berwarna keemasan memberikan perasaan tenang. Namun, hati Celia tidak tenang. Langkah kakinya sedikit gugup ketika dia mendekati pintu rumah tua itu.Nenek Iris menyambutnya dengan senyuman ramah seperti biasanya, tetapi senyuman itu terasa penuh arti, seolah-olah ada sesuatu yang disimpan di baliknya. "Celia, sayang, apa yang membawamu ke sini?" Tanyanya lembut, suaranya tenang dan menenangkan.Celia, yang awalnya mencoba tersenyum, kini menunjukkan keraguannya. Matanya menatap langsung ke wajah Nen
Di rumah sakit, suasana terasa tegang saat Abigail berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, kondisinya kritis akibat pendarahan hebat setelah pengejaran dramatis bersama Simon. Tim medis bergerak cepat, mempersiapkan operasi darurat. Dokter memberitahu bahwa kondisi Abigail dan bayinya sangat kritis. Kemungkinan besar, bayinya sudah meninggal dalam kandungan dan harus segera dikeluarkan, akibat trauma dan stres fisik yang dialaminya.Di kediaman keluarga Davies suasana menjadi sangat tegang. Mereka tampak khawatir dan frustasi dengan semua situasi yang kacau ini. Abigail telah menjadi pusat masalah bagi keluarga mereka. Awalnya mereka berpikir bahwa bayi yang dikandung Abigail adalah anak Luxian, tapi dengan berita bahwa Abigail terlibat dengan Simon, segalanya menjadi tidak jelas. Mereka tidak mau mengambil risiko dan memutuskan untuk meminta dokter melakukan tes DNA pada bayi Abigail. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang mereka miliki, keluarga Davies berhasil memaksa pihak ruma