Hari ulang tahun Amelia tiba, hari yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan dan perayaan. Namun, dalam kenyataannya, perayaan ini dibayangi oleh kepura-puraan yang harus dijalani oleh Celia. Dia ingin sekali memberitahu pada dunia jika dia adalah Celeste saudara kembar Amelia yang hilang, namun kini telah kembali. Terutama pada sang bunda.Tapi dia harus bersabar, demi mereka yang dia cintai.Rumah besar keluarga Montague dihiasi dengan sederhana namun elegan, menandakan acara yang intim dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat serta saudara.Di ruang tamu yang luas, terdapat sebuah meja panjang dengan dekorasi bunga mawar putih dan biru yang lembut. Sebuah kue ulang tahun bertingkat dihiasi dengan lilin-lilin kecil, menanti untuk ditiup oleh "Amelia." Celia berdiri di sudut ruangan, mengenakan gaun putih lembut yang disediakan oleh Lady Eleanor. Dia merasa canggung, seolah-olah dia adalah tamu di acara yang bukan miliknya.Para tamu mulai berdatangan, satu per satu mengucapkan selamat
Siang itu Celia selesai syuting lebih awal, dia berencana meminta Ozzy untuk mengantarkannya ke tempat Luxian, melanjutkan rencana yang tempo hari sempat tertunda.Tapi begitu melangkah keluar dia mendapat telepon dari ayahnya yang mengajaknya keluar untuk makan siang. Dengan menggunakan ride hailing dia pergi menuju restoran tersebut, tempat Thomas menunggu.Luxian bermaksud menjemput Celia di tempat syuting, melihatnya naik ke sebuah mobil, segera menyuruh Bryan mengikutinya dari belakang.Biasanya restoran itu tidak menerima tamu jika tidak melakukan reservasi terlebih dahulu. Tapi Luxian mendapat pengecualian. Kebetulan ruangan untuknya dan Celia berhadapan. Saat di lorong, Luxian melihat Celia masuk ke salah satu private room. Sebelum pelayan menutup pintu geser, dia mendengar samar suara seorang pria. Sekilas dia melihat Celia tersenyum, sebelum pintu itu tertutup sepenuhnya.Setiap private room di rancang kedap suara, sehingga suara tidak bisa terdengar dari luar.Luxian masuk
Amy dan Lily, yang masih terkejut dengan apa yang terjadi, merasa lega melihat Luxian dan Bryan. Tanpa berpikir panjang, mereka mengikuti Luxian yang dengan hati-hati menggendong Celia keluar dari club.Begitu mereka keluar, Luxian membawa Celia ke mobilnya yang sudah menunggu di depan club. Bryan segera mengatur semuanya, memastikan mereka aman dari ancaman lebih lanjut.Di dalam mobil, Luxian memegang tangan Celia dengan erat. Dia bisa merasakan denyut nadi Celia yang lemah, dan meski dia jarang menunjukkan emosinya, saat itu dia sangat khawatir."Kita pulang ke penthouse," ucap Luxian tegas kepada Bryan yang langsung menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi. Amy dan Lily yang masih gemetar karena ketakutan pulang dengan taksi, mereka merasa bersyukur karena Celia selamat.Di perjalanan, Luxian tidak pernah melepaskan tangan Celia. "Kamu akan baik-baik saja, sayang. Aku janji," bisiknya, meski dia tahu Celia mungkin tidak bisa mendengarnya.Malam itu menjadi awal dari konflik yang
“Karena ulahmu sekarang aku hamil! Kau brengsek!”Luxian menangkap kedua tangan Celia yang memukul dadanya dan menguncinya di atas kepala gadis itu. Kemudian dia berkata, “Jika kau masih mengingatku setelah sekian lama, itu artinya kau sangat mencintaiku, iya, kan?” Tanya Luxian, nada suaranya rendah namun mengandung rasa cemburu. Walaupun dia bertekad ikut dalam permainan untuk mengetahui identitas pria itu, tapi tetap saja dia kesal.“Aku sangat membencimu!”Celia menatap orang yang ada di hadapannya, sosok yang diselimuti bayangan gelap. Matanya yang basah dan berkabut, membuatnya seolah kembali ke malam itu di hotel. Tapi di lain sisi suara dan aroma tubuhnya, itu adalah milik Luxian. Bayangan keduanya, Luxian dan sosok asing saling tumpang tindih. Dalam keadaan bingung Celia menjawab, “Aku mencintaimu.”Mendengar itu mood Luxian semakin buruk, bibirnya tersenyum sarkasme. “Kau bilang membencinya karena dia menghancurkan hidupmu, tapi kemudian kau bilang mencintainya? Cepat sekal
Amy berlari sekuat tenaga keluar dari rumah itu, melewati taman belakang yang sudah ditumbuhi rumput liar. Dia hampir terjatuh beberapa kali, namun adrenalin membantunya tetap bergerak. Begitu berada di luar area rumah, Amy langsung mengingat rencana darurat yang telah disepakati sebelumnya. Jika terjadi sesuatu, Amy harus segera menghubungi nomor telepon yang sudah diberikan oleh Celia. Dengan tangan gemetar, Amy mengambil ponselnya dan mencari nomor tersebut. Dia tidak tahu siapa pemilik nomor itu, hanya tahu orang tersebut bisa membantu Celia."Ya?" suara seorang pria di ujung sana terdengar. Itu adalah suara Thomas Montague."Tuan. Saya Amy, Celia… mereka menangkapnya! Tolong, bantu kami!" Amy berkata setengah berbisik berusaha menahan isak tangisnya saat dia berbicara.Thomas sontak berdiri dari kursinya. "Dimana kalian sekarang?" tanya Thomas dengan suara tegas namun tenang.Amy memberikan lokasi mereka, dan Thomas segera menghubungi orang-orangnya untuk bergerak cepat. Dia tid
Malam itu di jalan raya yang lengang, dua rombongan mobil berkecepatan tinggi melaju ke arah yang berlawanan tapi dengan tujuan yang sama, yaitu menyelamatkan Celia. Angin malam berhembus kencang, seolah-olah tahu bahwa pertemuan tak terduga akan segera terjadi. Di satu sisi jalan, konvoi Keenan Montague membawa Celia yang masih dalam keadaan shock setelah diselamatkan dari cengkeraman Simon. Di sisi lain, rombongan Luxian yang terlambat tiba di tempat Simon, kini sedang dalam perjalanan mencari Celia, berusaha untuk menyelamatkannya dari bahaya yang dia ketahui sedang mengancam.Kedua rombongan ini tiba-tiba berhadapan di sebuah persimpangan jalan yang sepi. Cahaya lampu mobil dari kedua arah saling bertabrakan, menerangi malam yang gelap. Keenan, yang mengemudikan mobil di barisan depan, segera mengenali mobil mewah milik Luxian yang melaju ke arahnya. Dia memperlambat laju mobil dan memberikan isyarat kepada anak buahnya di belakang untuk berhenti.Di sisi lain, Luxian yang bera
Dengan adanya dokumen dan rekaman video yang ditemukan di tempat tersebut, menjadi jelas bahwa Simon telah mengoperasikan jaringan kejahatan yang jauh lebih besar dan lebih keji dari yang dibayangkan sebelumnya.Thomas, dengan suara yang penuh otoritas, memberikan instruksi kepada timnya untuk menutup klub secara permanen. Segel polisi dipasang di setiap pintu, memastikan tidak ada yang bisa masuk atau keluar tanpa izin dari otoritas. Para korban yang ditemukan di klub tersebut segera diamankan dan diberikan perlindungan, sementara para tersangka langsung dibawa ke tahanan untuk diperiksa lebih lanjut.Operasi malam ini tidak berhenti di satu tempat. Thomas telah merencanakan untuk menutup semua klub yang dimiliki oleh Simon di seluruh kota. Dalam waktu yang hampir bersamaan, tim lain yang dikerahkan oleh Thomas menutup paksa setiap klub dan properti yang terkait dengan Simon. Dari hasil penggeledahan di berbagai lokasi, semakin banyak bukti yang ditemukan, uang tunai dalam jumlah bes
Malam itu, di sebuah klub eksekutif yang megah, Luxian duduk sendirian di sebuah private room VVIP. Pemandangan diluar jendela memperlihatkan gemerlap kota, namun matanya tertuju pada layar besar yang menayangkan berita tentang Jaksa Thomas Montague. Wajahnya serius, merenung dalam-dalam tentang apa yang baru saja dia saksikan. Luxian menghela napas berat, menyesap minumannya perlahan. Pikiran-pikiran tentang intrik politik dan keadilan memenuhi benaknya, namun malam ini dia mencoba melupakan sejenak semua masalah itu. Di tempat lain dalam klub yang sama, di room biasa, Marco, setelah selesai syuting mengajak para artis untuk sekedar refreshing dan membangun kedekatan antar sesama pemain. Celia dan Abigail ada diantara mereka.Abigail mendapat informasi dari managernya bahwa Luxian berada di lantai atas, di ruangan VVIP. Matanya langsung berbinar penuh rencana. Tanpa membuang waktu, dia dengan cepat meninggalkan kelompoknya, menuju ke lantai atas untuk menemui Luxian. Di dalam pikir