Jeremy mendesak dan ekspresinya menjadi gelap.Resepsionis itu tergagap, "Pria itu berkata, setiap mawar untuk Mrs. Whitman mewakili—"“Perasaannya.” Suara seorang lelaki terdengar dari jauh. “Apakah kualifikasi perekrutan karyawan mu terlalu rendah, Jeremy? Bagaimana bisa kau mempunyai resepsionis yang gagap?”Jeremy sudah kesal mengetahui seorang laki-laki memberi Madeline mawar.Namun sekarang saat dia mendengar suara arogan itu, api kemarahan di dalam dirinya malah padam.Madeline berbalik dan melihat Fabian berjalan santai ke arah mereka dengan kedua tangan di sakunya. Rambut peraknya mencolok dan menarik perhatian."Apa kau mencoba memprovokasi ku dengan mengirimkan ini ke istriku, Fabian?" Jeremy bertanya menggoda.“Jangan terlalu cepat cemburu, Presiden Whitman. Mawar tidak selalu harus berarti seperti itu,” jawab Fabian penuh arti.Madeline melirik buket itu dan menghitung ada 30 bunga mawar.Dia tersenyum tipis. “Tiga puluh mawar. Tuan Muda Fabian, apakah ini untuk mengenang
Melihat Jeremy hampir meledak, Madeline menerima permintaan maaf itu dan menyuruh si pengantar barang pergi."Aku baik-baik saja. Jangan khawatir, santai saja."Madeline menghibur Jeremy.Namun, Jeremy tetap menatap Madeline dengan tatapan serius di kedua sudut matanya.“Tentu saja aku khawatir. Aku tidak sanggup melihatmu terluka, bahkan satu goresan pun.”Fabian menjadi obat nyamuk di samping mereka.Dia hendak menanyakan kabar Lilian ketika seorang wanita berjalan mendekat.Wanita itu berambut pendek berwarna abu-abu dan mengenakan pakaian yang ketat membungkus tubuhnya yang menggoda siapa pun yang melihat. Berjalan mendekat, dia tersenyum ramah dan memperkenalkan dirinya.“Halo, aku Lana Johnson, kakak Fabian.”Ternyata Fabian juga mempunyai kakak perempuan.Baik Jeremy maupun Madeline tak ingin terlalu dekat dengan Keluarga Johnson, jadi Jeremy merangkul Madeline lalu berbalik.“Pria-pria dari Keluarga Whitman lebih memikat dibanding laki-laki di luar sana.”Lana menekuk bibir mer
Jeremy tidak asing lagi dengan pemujaan terhadap dirinya, tapi inilah pertama kalinya dia bertemu dengan seseorang yang begitu terus terang mempertontonkan hasratnya seperti Lana.Belum lagi tindakan wanita itu yang berjinjit dan menciumnya jelas dilakukan agar dilihat oleh Madeline.Namun, Jeremy tak membiarkan Lana menyentuhnya. Mendorong wanita itu menjauh, dia berkata dingin, “Jangan ganggu aku.”Dia memberi peringatan sebelum berbalik lalu berjalan mendekati Madeline.Madeline sepertinya telah bertemu dengan seorang kenalan, jadi dia tak melihat Lana mencoba mencium dirinya.Jeremy menghela napas lega.Dia tak ingin Madeline salah paham.Percakapan Madeline berakhir, dia berbalik dan melihat Jeremy mendekatinya, membawakan tasnya sambil tersenyum hangat. “Aku tiba-tiba ingin makan makanan Spanyol, Linnie. Ayo makan di tempat lain.”Madeline merasa perubahan keputusan Jeremy yang tiba-tiba itu aneh.Melirik diam-diam ke arah Lana yang tidak terlalu jauh dari mereka, dia mengulurkan
Dia mengangkat telepon dan mendengar suara sok Lana. “Apa kau menerima bunga wijaya kusuma dariku, Mr. Whitman? Aku yakin kau mengerti mengapa aku mengirim bunga itu.”“Untuk terakhir kalinya, Lana Johnson, jangan ganggu aku lagi. Aku tidak tertarik, juga tidak akan tertarik nanti, pada perempuan sepertimu.”Lana hanya mencibir saat intonasinya menunjukkan kalau dia kepincut. “Kau tak akan pernah tahu apakah dirimu tertarik sampai kau mencobanya. Kudengar istrimu sedang hamil empat bulan, Mr. Whitman.”Tindakan dan perkataan perempuan ini terlalu keterlaluan. Membuatnya muak.Tak mau membuang-buang ludahnya buat perempuan ini, dia menutup telepon dan memblokir nomor Lana sebelum dia pergi mempersiapkan peluncuran parfum Madeline akhir minggu ini.Namun, dia sama sekali tak menyangka Lana kembali muncul.Berpakaian menggoda, bau unik menguar dari tubuh Lana―bau yang Madeline bisa cium saat dia mendekati Lana.Baunya sendiri enak, namun Madeline merasa kalau bau itu mengacaukan pikiranny
Jeremy tak ingin terpengaruh oleh perempuan ini dengan cara apa pun, jadi dia segera memasuki ruang perjamuan tanpa menoleh lagi.Setelah mendapatkan mug termos Madeline dari Eloise, Jeremy kembali melewati jalan yang sama, meskipun dia tak menyangka Lana masih menunggu di tempat yang sama.Jeremy mengabaikan keberadaan Lana dan berjalan lurus ke depan.Lana menatap Jeremy yang mendekat dengan mata ambigu yang kuat. Saat Jeremy lewat, dia mengangkat tas kecil transparan di tangannya."Mr. Whitman, kau seharusnya mengenali ini, ‘kan? Bukankah ini obat yang diminum istrimu baru-baru ini?"Jeremy tidak tertarik untuk mengetahui apa pun yang ada hubungannya dengan Lana, tapi pandangannya tertuju pada benda-benda di dalam tas kecil transparan itu.Pil merah muda kecil itu jelas merupakan obat yang baru saja dikonsumsi Madeline.Menurut Adam, ini adalah obat baru yang dikembangkan timnya yang sangat efektif menekan tumor. Obat itu memiliki dukungan uji klinis dan bahan-bahannya aman.Namun,
Dia datang ke kamar presidensial. Pintu terbuka dan Lana, mengenakan baju tidur tembus pandang dengan garter, muncul di depan Jeremy. Tato besar di dadanya sangat menarik perhatian.Jeremy membuang muka dengan tenang, tidak menunjukkan minat untuk melihat tubuh Lana. Dia mengeluarkan pil yang diberikan Lana kemarin dari sakunya."Sekarang ceritakan bagaimana kau bisa tahu kalau istriku minum obat ini."Lana bersandar di pintu. "Haruskah aku berbicara di sini? Apa kau tidak takut ada yang memotret kita? Kau bersama aku yang berpakaian seperti ini, hanya mengobrol di sini ... jika istrimu melihat ini, aku khawatir akan ada masalah."Meskipun Jeremy enggan, dia masuk untuk mencari tahu kebenaran dan demi kesehatan Madeline.Begitu dia masuk, dia sekali lagi mencium bau unik dan asing itu. Lampu di ruangan itu juga diredupkan.Jeremy tahu tujuan Lana, tapi dia tak mau berurusan dengan itu, jadi dia membuka mulutnya dan berkata dengan lugas, "Sekarang kau bisa memberitahuku."Lana menyerah
Madeline mendongak dan melihat Jeremy berjalan masuk dengan sedikit jejak kelelahan di antara kedua alis indahnya.Melihat Madeline duduk di tempat tidur, Jeremy mengendurkan alisnya dan tersenyum hangat. "Linnie, apa aku membangunkanmu?"Madeline menggelengkan kepalanya dan meletakkan ponselnya. "Kenapa kau tidak pulang tadi malam?"Meski Jeremy tidak ingin membohongi Madeline, dia juga tidak ingin Madeline salah paham."Masalah dengan klien ini agak mendesak dan aku tak bisa meninggalkannya. Maaf aku membuatmu khawatir." Jeremy berjalan ke tempat tidur dan mencium alis Madeline.Ketika pria itu mendekatinya, Madeline menemukan bau di tubuh Jeremy yang bukan milik pria itu.Dia punya penciuman yang sensitif, dan jika dia ingat dengan benar, bau unik ini sama dengan parfum Lana.Setelah melalui banyak hal dengan Jeremy, Madeline yakin pria itu tidak akan melakukan apa pun untuk mengkhianatinya. Karena percaya, Madeline tidak menanyai Jeremy. Dia bangun dan pergi untuk membuatkan sarapa
"Aku akan menyuruh sekretarisku menindaklanjuti kontrak denganmu jika tidak ada yang lain yang ingin kau sampaikan."Setelah mengatakan itu, dia tersenyum dan menarik lengan Jeremy."Suamiku, ayo naik ke atas.""Oke." Jeremy membiarkan Madeline membawa mereka menuju lift saat wanita itu menarik lengannya. Namun, dia tidak tenang.Lana memandangi punggung Madeline dan Jeremy. Dia mendengar orang-orang di sekitarnya berbisik-bisik tentang dia. Dia mengeluarkan rokok vape tipis dari tasnya dan menghisapnya, menghembuskan asap putih dengan terampil."Eveline, nona muda Keluarga Montgomery." Dia melengkungkan bibirnya dan tersenyum sebelum berbalik untuk pergi.Di dalam lift, suasana saat ini berat dengan keheningan yang memekakkan telingaJeremy dengan hati-hati menatap wajah Madeline yang tenang tapi dingin."Linnie, tadi malam—""Kau tidak bernegosiasi bisnis dengan siapa pun tadi malam. Kau pergi menemui Lana. Kau tinggal bersamanya sepanjang malam?" Madeline langsung bertanya sambil m