Madeline mendongak dan melihat Jeremy berjalan masuk dengan sedikit jejak kelelahan di antara kedua alis indahnya.Melihat Madeline duduk di tempat tidur, Jeremy mengendurkan alisnya dan tersenyum hangat. "Linnie, apa aku membangunkanmu?"Madeline menggelengkan kepalanya dan meletakkan ponselnya. "Kenapa kau tidak pulang tadi malam?"Meski Jeremy tidak ingin membohongi Madeline, dia juga tidak ingin Madeline salah paham."Masalah dengan klien ini agak mendesak dan aku tak bisa meninggalkannya. Maaf aku membuatmu khawatir." Jeremy berjalan ke tempat tidur dan mencium alis Madeline.Ketika pria itu mendekatinya, Madeline menemukan bau di tubuh Jeremy yang bukan milik pria itu.Dia punya penciuman yang sensitif, dan jika dia ingat dengan benar, bau unik ini sama dengan parfum Lana.Setelah melalui banyak hal dengan Jeremy, Madeline yakin pria itu tidak akan melakukan apa pun untuk mengkhianatinya. Karena percaya, Madeline tidak menanyai Jeremy. Dia bangun dan pergi untuk membuatkan sarapa
"Aku akan menyuruh sekretarisku menindaklanjuti kontrak denganmu jika tidak ada yang lain yang ingin kau sampaikan."Setelah mengatakan itu, dia tersenyum dan menarik lengan Jeremy."Suamiku, ayo naik ke atas.""Oke." Jeremy membiarkan Madeline membawa mereka menuju lift saat wanita itu menarik lengannya. Namun, dia tidak tenang.Lana memandangi punggung Madeline dan Jeremy. Dia mendengar orang-orang di sekitarnya berbisik-bisik tentang dia. Dia mengeluarkan rokok vape tipis dari tasnya dan menghisapnya, menghembuskan asap putih dengan terampil."Eveline, nona muda Keluarga Montgomery." Dia melengkungkan bibirnya dan tersenyum sebelum berbalik untuk pergi.Di dalam lift, suasana saat ini berat dengan keheningan yang memekakkan telingaJeremy dengan hati-hati menatap wajah Madeline yang tenang tapi dingin."Linnie, tadi malam—""Kau tidak bernegosiasi bisnis dengan siapa pun tadi malam. Kau pergi menemui Lana. Kau tinggal bersamanya sepanjang malam?" Madeline langsung bertanya sambil m
Lana tersenyum genit saat tubuhnya semakin mendekati Jeremy, rokok vape di antara jari-jarinya mengepul kan sisa asap putih.Dia menatap penampakan menggantung Jeremy saat ini, merasa puas. Dia hendak mengambil kesempatan untuk mencium pria itu, tapi dari penglihatan tepinya, dia tiba-tiba melihat Madeline mengangkat ponselnya dengan kamera mengarah padanya saat wanita itu perlahan masuk.“Kenapa tidak dilanjutkan, Miss Johnson? Apa kau tidak ingin terkenal? Aku akan membantumu,” kata Madeline sambil tersenyum tipis, “Aku akan mengunggah video ini secara daring sebentar lagi agar orang-orang dari semua seluruh dunia dapat melihat bagaimana seekor rubah betina menggoda pria yang sudah menikah."Mendengar suara jernih Madeline, kesadaran Jeremy tampaknya mulai pulih. Namun, dia merasa sedikit kabur mengenai apa yang baru saja terjadi.Lana menggigit rokok vape-nya saat antusiasmenya mereda. Sambil tersenyum meremehkan Madeline, dia berkata, "Aku hanya bercanda. Mrs. Whitman tidak perlu t
...Mungkin karena efek psikologis yang ditimbulkan oleh mimpi buruk itu, entah kenapa perut Madeline terasa sedikit tidak nyaman.Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Jeremy harus memimpin sebuah rapat penting, jadi pria itu tak bisa menemaninya.Setelah melakukan pemeriksaan, Madeline memberikan hasilnya kepada Adam yang kemudian membacanya dengan seksama."Eveline, aku akan meresepkan obat lain untukmu. Obat ini tidak akan mempengaruhi janin mu. Ini terutama digunakan untuk menstabilkan emosimu. Cukup minum satu kali sehari. Kau seharusnya tidak bekerja lagi dalam waktu dekat agar bisa beristirahat dengan baik."Madeline tahu bahwa suasana hatinya sebagai wanita hamil sering naik turun, dan mimpinya tadi malam begitu jelas hingga dia masih bisa sedikit mengingatnya.Dia mengangguk, berterima kasih kepada Adam, dan pergi.Ketika Madeline sudah meninggalkan ruangan, seseorang dengan santai berjalan keluar dari ruangan kecil di dalam kantor Adam.Lana menghembuskan asap r
Madeline dengan jelas melihat seorang laki-laki dan seorang perempuan saling berpelukan dan berciuman dengan mesra.Perempuan itu jelas-jelas adalah Lana, dan laki-laki itu...Sama sekali tidak mungkin baginya untuk salah mengingat kontur punggung pria yang terukir jauh di benaknya."Jeremy..."Rasa sakit yang tumpul muncul di hati Madeline, dan pikirannya tiba-tiba menjadi kacau.Dia memaksa dirinya untuk tenang, tapi emosinya tampaknya semakin tidak terkendali.Cahaya redup di depan matanya dan bau yang unik membuatnya pusing.Lana mengangkat sepasang mata indahnya dan tersenyum penuh kemenangan pada Madeline yang berangsur-angsur menjadi pucat. "Mrs. Whitman, kau sudah sampai?"Nada suaranya arogan, menghina, dan provokatif. "Ciuman Mr. Whitman sangat enak. Pria seperti itu benar-benar membuatku tidak bisa melepaskan diriku."Dia tahu Lana sengaja memprovokasinya, tapi Madeline tak bisa menenangkan dirinya.Dia langsung mengepalkan tinjunya dan berjalan ke belakang pria itu sebelum
Madeline kembali ke mobil. Udara di parkiran bawah tanah membuat pikirannya tidak terlalu kacau seperti sebelumnya, tapi tangannya yang memegang kemudi bergetar.Dia meyakinkan dirinya untuk tenang, namun dia tak punya kekuatan lagi untuk mengemudi.Benaknya kini dipenuhi bayangan Jeremy dan Lana berciuman.Senyum kemenangan perempuan itu dan tatapan menghina Jeremy menyerupai sikap dingin pria itu terhadapnya dulu.Namun, Madeline tetap merasa kalau Jeremy punya alasan atas perilakunya hari ini.Dia tidak sanggup mengemudi sekarang, jadi dia menunggu di dalam mobil.Dia tak tahu sudah berapa lama dia menunggu. Dia membayangkan Jeremy dan Lana masih berada di ruangan yang sama saat ini, membayangkan apa yang mungkin mereka lakukan. Hati Madeline sakit.Dia tak bisa duduk di sini dan menunggu.Madeline turun dari mobil dan hendak naik lift ketika dia melihat Jeremy berjalan menuju tempat dia berada.Pria itu sekarang berpakaian rapi, tampak menakjubkan dan elegan."Jeremy," panggil Made
Jeremy tiba-tiba mendengar suara benturan yang tumpul, seperti benda berat yang jatuh ke lantai.Dia pikir Madeline melemparkan barang-barang sambil merajuk dan menjadi lebih khawatir lagi."Linnie." Dia mengetuk pintu dan berseru, "Linnie, kau baik-baik saja?"Jeremy bertanya tapi tidak menerima tanggapan apa pun dari Madeline.Detak jantungnya yang tiba-tiba mengencang dan gelisah membuat Jeremy tak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia mencoba membuka pintu, tapi terkunci dari dalam.“Linnie, apa yang kau lakukan di dalam? Linnie!”Suara Jeremy membawa sedikit kepanikan dan kebingungan.Dia membuang bantalnya dan mengangkat kakinya yang panjang untuk menendang pintu.Segera setelah pintu terbuka, Jeremy melihat Madeline berbaring di samping tempat tidur dan pil-pilnya berserakan di seluruh lantai kamar. Kedua matanya langsung dipenuhi kengerian.“Linnie!” Dia bergegas berlari ke sisi Madeline dan memeluk wanita itu.Melihat wajah Madeline yang se pucat salju, Jeremy kalang kabut. “Bang
"Aku tidak berbicara omong kosong." Lana membuka sebuah video di galeri ponselnya dan menyerahkan ponsel itu kepada Jeremy.Video itu menunjukkan Madeline memasuki kamar hotel.Jeremy menonton video dan mendengarkan dialog di dalamnya, ekspresi terkejut muncul di wajahnya.Madeline salah mengira pria asing yang berpakaian persis seperti dia itu sebagai dirinya!Dia mengerti kenapa Madeline tidak membolehkannya menyentuhnya, bahkan menyebutnya kotor.Tapi, bagaimana ini bisa terjadi? Laki-laki itu jelas bukan dia. Laki-laki itu dan dirinya tampak sangat berbeda. Terlepas dari pakaian, tidak ada kesamaan sama sekali antara dirinya dan laki-laki itu, tetapi Madeline benar-benar berpikir bahwa laki-laki itu adalah dirinya.“Lana, trik apa yang kau gunakan? Kenapa Madeline seperti ini?!” Jeremy bertanya, hatinya menegang inci demi inci oleh sesuatu yang tak terlihat.Dia bisa membayangkan betapa kesal dan kecewanya Madeline saat mengira laki-laki itu adalah dirinya.Lana melemparkan sekanto